Rabu, 14 Maret 2018

Rajin Nyajen Niat Terkabul

Namanya pasar pasti ramai, sibuk dan riuh. Tapi ini pasar di alam gaib. Pun tampak ramai dan sibuk seperti lazimnya pasar manusia, tidak satu pun sosok-sosok di situ terdengar bicara. 

Semuanya membisu. Sepi mencekam. Wajah orang-orangnya bahkan nampak sangar. Menunduk tak
memperlihatkan wajah. Membawa sesajen dari banyak wanita malam yang dibantunya, spiritualis
Abah Rahman rutin menyambangi pasar dedemit itu. Di mana?

Pasar dihuni roh-roh bisu itu berada di kawasan Sungai Deli alur Pancur Gading, Delitua Lama,
Deliserdang. Ini masih kawasan situs Kerajaan Aru Baru yang melahirkan mitologi Putri Hijau.
"Tapi seiring maraknya pembangunan perumahan di kawasan ini, pasar demit ini sekarang semakin
terdesak jadi ke arah alur sungai ini," kata Abah Rahman, ditemui di lokasi yang diyakini menjadi pasar lelembut itu, Selasa (13/03/2018) jelang Maghrib. Kepercayaan soal pasar gaib itu juga diyakini banyak sesepuh penduduk Pancur Gading, Pamah dan Delitua Lama. Bahkan
sebagian warga lama di sana meyakini pasar gaib itu bisa dilihat lewat mimpi.
Lalu dari manakah dedemit-dedemit Pancur Gading itu berasal?

Sebagian masyarakat beranggapan, ribuan dedemit yang tumplek-blek di pasar itu adalah
jelmaan roh prajurit korban perang Kerajaan Aru Baru versus Aceh yang terjadi lebih 600 tahun lalu. "Tapi semakin lama jumlahnya
semakin bertambah. Mereka semua dipimpin oleh Bolang Naga," jelas Abah Rahman.

Namun menilik cerita yang berkembang dari mulut ke mulut, nampaknya, sosok Bolang Naga
identik dengan Mambang Diyazid, adik Putri Hijau yang berwujud naga. Dalam mitologi
yang dipercaya, Mambang Diyazid memang mokswa di Sungai Deli.

Abah Rahman terus bercerita. Suatu tempo, saat melakukan semadi di sana, makhluk halus di pasar itu tak hanya banyak bermodel manusia ras Asia, tak sedikit
pula yang berkulit bule atau orang Eropa.  ”Mereka itu rohnya orang-orang yang mati di kawasan
ini. Ya orang-orang zaman baheula jauh sebelum kita ada atau manusia sekarang," jelasnya lagi.

Bergaul dengan masyarakat dedemit di Pancur Gading nyaris bukan pengalaman istimewa bagi
Abah Rahman. Itu saking seringnya dia berinteraksi secara batin -demi terkabulnya niat
dari wanita-wanita klien. "Bagi mereka, makin sering mendapat sesajen, maka permohonan
atau niat duniawi yang kita sorong pun semakin kuat mereka wujudkan. Karena itu pula,
sekarang ini saban hari saya mengantar sesajen (dari pasien) untuk makanan mereka,"
beber Abah. Minyak Duyung, bertih, dan Bunga Datuk adalah 3 jenis sajen paling disuka
dedemit Pancur Gading. Tertarik menguji kesaktian para dedemit di pasar gaib Pancur Gading? (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar