Rabu, 09 Mei 2012

Mengungkap Rahasia Keris


 Keris adalah senjata khas masyarakat Jawa. Pada kepercayaan masyarakat Jawa keberadaan keris adalah sebagai salah satu pusaka yang memiliki peranan gaib dan peranan fisik. Peranan gaib dan peranan fisik sering dicampur adukkan sebagai manfaat dari keris, dan sebagai suatu bentuk perpaduan antara yang gaib dan yang fisik. 

Keris pada dasarnya dibagi dalam dua bentuk dasar yaitu bentuk lekuk lekuk dan lurus meruncing. Batang keris yang berbentuk lekuk lekuk disebut dengan keris luk, sedangkan keris yang lurus meruncing disebut dengan keris lajer.

Keris dengan bentuk luk adalah keris yang memiliki keindahan  bentuk dan proses pembuatan yang lebih sulit.

Berbagai nama yang beredar dalam lingkup spiritualis, adalah memiliki nama yang berbeda beda berdasarkan nama yang diberikan oleh orang terdahulu, atau oleh yang menginginkan nama yang baru. Misalkan ada keris yang memiliki nama keris Tulak Bala, maka nama tersebut adalah diambilkan dari fungsinya yaitu keris yang mampu menolak kekuatan jahat atau daya negatif.

Dalam proses pembuatan keris, maka sang empu melakukan ritual tertentu untuk menghimpunkan kekuatan gaib yang kelak akan dimasukkan ke dalam keris. Ritual ini adalah dilakukan dengan puasa, mencari wangsit atau ritual dilakukan dengan mencari bahan yang tepat untuk membuat keris.

Keris biasanya dibuat dari beberapa jenis logam antara lain adalah baja, karbon (dari tanduk kerbau), atau batu meteor. Baja adalah pembentuk utama yang dijadika nkeris dari bentuk batang baja menjadi bentuk keris. Setelah baja terbentuk menjadi keris, maka dilakukan warangan dengan menggunakan rcun alam berupa batu meteor. Jika keberadaan batu meteor tidak didapatka, maka digunakan ular atau katak kerok (kodok kerok=jawa). Karbon pada jaman dahulu adalah berasal dari tanduk kerbau. Kerbau yang diambil tanduknya dipilih kerbau yang memiliki tanduk yang besar, jantan, dan gagah. Dari tanduk ini maka dibuatlah bubuk tanduk kerbau yang merupakan bubuk karbon.

Dalam ilmu pengerasan logam, karbon yang diberikan pada baja dengan menggunakan perlakuan panas, maka akan menghasilkan baja yang lebih keras. Ilmu pengersan logam yang telah berbentuk keris ini dilakukan dengan memanaskan keris hingga mendekati titik leleh., kemudian keris dimasukkan ke dalam bubuk karbon. Pendingin dengan media pendiingin bubuk karbon ini akan menjadikan keris dimasuki atau dilapisi oleh bubuk karbon pada setiap permukaan yang bersentuhan dengan bubuk.

Racun dimasukkan ke dalam keris dimaksudkan agar dalam menggunakan keris jikas musuh terkena meski hanya berbentuk goresan, tetapi luka tersebut akan dapat mematikan. Racun yang berasal dari hewan adalah dapat disembuhkan dengan pengobatan yang sama jika terkena bisa hewan tersebut. Jenis hewan yang biasanya digunakan untuk memberikan racun pada keris adalah ular tanah, ular welang weling, ular kobra, ular derik, katak kerok (kodok kerok= Jawa = katak yang memiliki kulit tebal).

Mendeteksi keberadaan kekuatan yang ada pada keris dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan mendeteksi kekuatan racun, dan mendeteksi kekuatan gaib yang ada dalam keris. Kekuatan yang berada pada keris adalah memiliki peranan penting dalam penilaian masyarakat Jawa. Kekuatan ini adalah ditujukan pada besar manfaat untuk mengatasi hal hal gaib.

Jika akan dilakukan pengujian besar daya racun, maka dapat dilakukan dengan menusukkan keris pada pohon pisang dan melihat reaksi yang akan terjadi sehari setelah ditusuk. Cara lainnya adalah dengan menjilat permukaan keris, cara inni hanya dikuasai oleh paguyuban tertentu dan jika dilakukan oleh orang awam maka akan berakibat kematian.

Cara untuk melihat berapa besar kekuatan yang ada dalam keris, maka dapat dilakukan dengan cara seperti dalam pendeteksian benda pusaka.
Cara yang biasa digunakan adalah :
a.       Merasakan getarakan yang berada pada keris, jika besar, maka kekuatan gaibnya besar, jika kecil, maka kekuatan gaibnya kecil.
b.      Melihat dengan menggunaka mata batin.
c.       Mengadu kekuatan keris dengan kekuatan yang ada pada penguji.

Meredam kekuatan gaib dalam keris dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a.       Nayuh, yaitu dengan mengadu kekuatan batin dengan kekuatan jahat yang berada pada keris (hal ini biasanya dilakukan pada keris yang memiliki aura panas, dan dilakukan oleh orang yang memiliki kelebihan dalam ilmu kebatinan).
b.      Memberikan kayu, atau benda lainnya di dekat keris untuk meredam kekuatan jahatnya.
c.       Merendam pada air sirih atau kunyit.
d.      Diikatkan emas pada keris.
e.       Diikatkan benang lawe pada keris.
f.       Merendam pada air cucian beras (leri).

Cara yang biasa dilakukan oleh para spiritualis adalah seperti di atas, tetapi jika dilakukan tanpa adanya panduan dari orang linuwih, maka jangan sesekali melakukannya, bisa jadi racun yang melekat pada permukaan keris akan meracuni dan berakibat buruk.

Racun yang berada pada keris biasanya berada pada lapisan kurng lebih 0,1 mm di permukaan keris. Jika pada saat dilakukannya pengeresan adalah bersamaan dengan dimasukkannya racun, maka kemungkinan rcun akan masuk pada setiap bagian keris, tetapi hal ini akan merusak keris secara perlahan. Cara untuk melihat daya atau kekuatan membunuh dari racun yang terdapat pada keris dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Cara I
Menusukkan keris pada batang pisang, atau tanaman lainnya, lihat reaksi yang terjadi pada tanaman tersebut, jika dalam waktu singkat tanaman menjadi layhu maka racun cukup kuat. Batas waktu yang ditentukan jika dilakukan pada batang pisang untuk racun yang hebat adalah semalam. Jika dalam waktu semalam pohon pisang tidak menunjukkan layu daunnya, maka racun tersebut kurang mematikan, dan sebaliknya.

Cara II
Jika seseorang telah memiliki ilmu alam dan ia mampu menguasai kekuatan logam, maka dapat dilakukan dengan menjilat ujung keris. Jika rasa ujung keris adalah seperti terdapat soda, maka racun yang terdapat pada keris adalah berbahaya, tingkat rasa getir yang seperti soda ini dijadikan acuan menentukan besarnya racun yang ada.

Perawatan keris dapat dilakukan dengan memberikan minyak wangi agar permukaan keris tidak mudah berkarat dan memiliki aroma wangi. Untuk menambahkan racun pada keris, maka dilakukan warangan pada keris. Untuk memperlihatkan permukaan pamor, maka diberikan minyak yang biasanya berwarna gelap dan hal ini dilakukan secara rutin atau berkala. (***)


Misteri Batu Akik

Akik adalah benda yang memiliki bentuk yang kecil dan biasanya berada pada embank. Emban adalah tempat ditempatkannya akik dengan keperluan dapat dikenakan pada tangan. Akik terdiri dari beberapa jenis tergantung dari dari bahan dasar yang menjadikannya batu hiasan tangan. Akik disebut juga sebagai batu hias, sedangkan emban disebut sebagai cincin tempat diletakkannya batu cincin.

Jika dihubungkan dengan keberadaan kekuatan gaib di dalamnya, maka yang dimaksud akik adalah suatu benda yang digunakan pada cincin sebagai mata cincin yang merupakan hiasan  dan atau merupakan wadah sebuah kekuatan gaib.

Akik paling banyak adalah berasal dari bebatuan yang memiliki keunikan tersendiri. Keunikan dari batu bias berasal dari bentuk, kelangkaan, kekerasan, keindahan dan kekuatan yang berada dalam batu tersebut.

Jika dilihat dari keunikan, maka batuan yang dapat dijadikan sebagai batu cincin atau batu koleksi adalah sebagai berikut :

Pada permukaan batu akik sering terdapat pola tertentu. Pola ini jika diamati, lama kelamaan akan membentuk suatu gambar yang menyatakan bentuk tertentu. Misalkan ada sebuah bentuk bercak yang membentuk gambar atau tanda palang, maka batu jenis ini disebut dengan batu tapak jalak (batu telapak kaki burung jalak).

Selain memiliki pola tertentu, biasanya terdapat tulisan atau bercak yang membentuk gambar.

Serat adalah timbul dari asal usul batu tersebut yang mungkin bisa berasal dari fosil kayu. Kayu memiliki serat yang tidak sama, begitu juga setelah ia terbentuk menjadi fosil, maka bentuk seratnya tetap akan terlihat seperti kayu asli. Ada pun batu jennies lainnya yang memang memiliki bentuk serat yang mirip dengan bentuk bercak bercak tipis dan biasanya berwarna coklat.

Batu akik tidak harus berada pada cincin dan digunakan sebagai hiasan, tetapi ada kalanya batu tersebut tetap dibiarkan dalam bentuk asli yang bisa sebesar kepala orang dewasa. Dari bentuk yang relative ini, maka akan menampilkan imajinasi bagi pemilik dengan menjadikannya mirip dengan bentuk tertentu atau memang tetap sebagai bentuk asli.

Bentuk dari gambar bisa merupakan tulisan, atau memang merupakan gambar yang menyamai bentuk. Misalkan bentuknya adalah mirip kodok atau kura kura.

Kelangkaan dari batuan menjadikan batu yang sudah langka tersebut banyak diburu untuk koleksi atau untuk jual beli. Batuan yang biasanya menjadi buruan karena kelangkaannya adlah batu yang memiliki keaslian, biasanya akan dijadikan sebagai benda pusaka. Jika adlah masyarakat ditemui keberadaan batuan langka seperti halnya batu giok, maka batu tersebut sering dijadikan sebagai batu akik atau mata cincin.

Permukaan dari batu juga bisa dianggap sebagai keunikan dan jumlah yang sedikit dari batu. Batu yang memiliki permukaan tidak teratur biasa terdapat pada batu lintang atau batu yang berwarna putih mengkilat, keras dan biasa terdapat di pegunungan. Batu ini bisa dijadikan sebagi mata cincin, tetapi sangat rapuh.

Pada umumnya batu memang memiliki kekerasan yang tinggi. Dalam hal ini dapat dibedakan mana batu yang keras, lebih keras dan sangat keras. Untuk membedakan mana batuan yang keras dan sangat keras, biasanya batu tersebut diadukan atau dipukulkan antara satu dengan batu lainnya. Tentu saja hal ini akan merusak kondisi batu, maka cara lainnya adlah mengukur berat yang dimiliki oleh batu satu dengan batu lainnya. Jika batuan memiliki kekerasan tinggi, proses dilakukannya pembentukan agar bentuknya menjadi kecil dan sesuai pada cincin diperlukan proses yang lama dan memerlukan kesabaran.

Biasanya permukaan dari batuan yang memiliki kekerasan tinggi akan menampakkan kilauan atau batu tersebut akan mengkilat jika dilakukan pembersihan dengan menggunakan zat kimia atau dilakukan penggosokan dengan batu asah. Batu asah yang biasanya digunakan untuk mengkilatkan permukaan adalah serbuk intan.

Keindahan yang dimiliki dalam batu memiliki nilai jual tinggi. Batu biasanya memiliki bentuk yang sederhana, tetapi menampakkan keindahan dari dalam Bantu tersebut manakala ia berada di bawah cahaya, dan ia akan memperlihatkan kilauan cahaya yang lain dari batu itu sendiri. Keindahan yang tampak dari dalam batju juga sering menjadikan nilai tambah untuk batu akik. Biasanya batu yang memiliki keindahan dari dalam adalah akan memancarkan cahaya yang memang berasal dari dalam batu tersebu. Cahanya ini bukan berarti caaya yang timbul seperti batu phosphor, tetapi ia akan menampakkan caaya tersendiri dari dalam manakala ia berada pada tempat dengan cahaya yang cukup.

Batu yang banyak memiliki keindahan antara lain adalah batu rubi, yaitu batu yang memiliki keindahan pada cahaya yang memancar dari dalam, batu giok adalah batu yang memiliki warna seperti lumut. Batu kecubung adalah batu yang umumnya memiliki warna bening dan tembus oleh cahaya. (***)

Kamis, 03 Mei 2012

ILMU FIRASAT, UNGKAPAN WATAK MANUSIA MULAI DARI KEADAAN RAMBUT HINGGA UJUNG KAKI

    Adalah bukan tanpa alasan, mengapa pada zaman dahulu ilmu firasat berdasarkan ciptaan Imam Safi’I sebagai ungkapan rahasia Tuhan, hanya boleh diketahui oleh para raja dan satria yang berjiwa agung dan bijaksana. Sebabnya adalah sudah barang tentu, karena setelah mengetahui rahasia watak satu-satunya manusia, yang baik maupun yang buruk, mereka yang jiwanya agung dan bijaksana hanya menampungnya untuk dirinya sendiri tidak dibuka pada setiap orang.
    Inilah yang diharapkan oleh para pembaca, agar cukup berjiwa agung dan mulia, untuk tidak menyalah gunakan pengetahuannya, setelah dapat mengungkapkan rahasia wak sesama manusia berdasarkan seluruh tubuh, mulai dari rambut hingga ujung kakinya.
    Sebab barang siapa melakukan hal ini bukan untuk menimbulkan bahan persengketaan antara sesama, karena bersengketa adalah sirikan Allah, tidak akan lepas dari kutukan Allah atas dosa tersebut.
    Berdasarkan hati bersih, jujur dan bijaksana hanya bertujuan demi kebaikan dan keselamatan bersama, hendaknya anda memulai mempelajari ilmu firasat ungkapan Imam Syafi’i ini.
    Selamat membaca dengan i'tikat yang suci dan jauh dari tujuan yang tidak semestinya.

RAMBUT
1.    Kaku    :    Hati kaku, kasar kelakuannya, pikirannya pendek.
2.    Berpucuk merah    :    Lambang durjana, pikirannya kurang teratur dan hatinya kurang jujur.
3.    Lemas    :    Pendiriannya tidak teguh, mudah kena pengaruh
4.    Keriting    :    Terlalu pemberani kurang pertimbangan. (perhitungan)

KEPALA
1.    Besar, bundar    :    Hati pemurah, pemikirannya cerah (pikiran terang dada lapang).
2.    Kecil    :    Pelupa, kurang memiliki pikiran-pikiran baik.
3.    Penjol    :    Kurang teguh pendiriannya.
4.    Sedang, bundar    :    Berbakat menjadi ahli pikir, bersih hatinya.
DAHI
1.    Lebar dan rata    :    Pemurah dalam segala (lapang pikiran)
2.    Sempit    :    Kikir suka menggerutu.
3.    Panjul/menonjol    :    Cerdas tetapi kadang-kadang terlalu cepat dalam menarik kesimpulan.
4.    Sedang    :    Cerdik cerdas, halus budi pekertinya dan ramah.

TELINGA
1.    Lebar    :    Besar keinginannya, walau kadang menghadapi orang kurang semestinya, pengecut malas (penakut dan pemalas).
2.    Kaku    :    Congkak, angkuh, suka bertirakat (tapa).
3.    Sempit (kecil)     :    Pelupa, kaku hatinya, tetapi setia, teguh pendiriannya.
4.    Sedang    :    Bijaksana, dermawan.

ALIS (Kening)
1.    Tebal    :    Tebal keyakinan dan pendiriannya, agak kurang jujur hatinya.
2.    Berpadu    :    kasar kelakuan, cepat marah, ingkar janji dan penakut
3.    Runcing-Ramping
      (Kecil)     :    Suka bersolek (berdandan) rapi dan pendiriannya seperti orang bangsawan.
4.    Sedang    :    Bijaksana, banyak akal dan budinya yang luhur dan mulia.

BULU MATA.
1.    Menancap    :    Rapi dandanannya, suka akan milik orang lain, sering menderita sakit mata.
2.    Tegak (kaku)     :    Tinggi hati mudah kaget, heran terpesona terhadap segala sesuatu.
3.    Teguh, Mapan    :    Luas Pemikirannya, pendiam, berhati baik.
   
MATA
1.    Bendul    :    Penakut pendek pikiran, dan tidak teguh pendiriannya.
2.    Cekung    :    Besar nafsunya untuk memiliki segala yang dipunyai orang terong.
3.    Cekung dengan alis
Condong ke bawah    :    Hatinya mudah cemas dan takut
4.    Bertahi lalat    :    Kurang jujur dan lemah pendiriannya.
5.    Semu kuning    :    Baik hati, penyabar.
6.    Semu biru    :    Kurang jujur, segala niatnya yang tidak baik dengan segala daya hendak dikejarnya terus.
7.    Sinarnya tajam    :    Teguh pendirian, tebal kepercayaannya, hatinya lurus (lempang)
8.    Sedang    :    Bijaksana pikiran maupun tindakannya.
9.    Kecil (sempit)     :    Tidak tahu diuntung (tidak kenal terima kasih pada jasa/ Pertolongan orang).
10.    Jereng    :    Suka akan barang milik orang lain, selalu mencari kesempatan.
11.    Hitamnya kedalam    :    Pelupa, bingungan dan kurang jujur hatinya.
12.    Bulat telor    :    Mata keranjang.
13.    Kecil hitamnya
Lebar putihnya    :    Suka memperturutkan kehendak sendiri, kurang sopan santun.
14.    Besar bidang hitamnya    :    Awas pandangannya, sederhana watak dan tingkah lakunya.
      15  .Mata juling                    :   maklum bos cacat dari lahir
KEDIP
1.    Berkedip jarang    :    Tinggi hati teapi mudah dipengaruhi orang.
2.    Berkedip kerap    :    Cerdas tetapi bosanan.
3.    Berkedip normal    :    Bijaksana, suci, jujur.

HIDUNG
1.    Kecil    :    Pelupa, kurang pertimbangan baik/buruk.
2.    Besar    :    Kikir, lemah daya pikirannya dan daya tangkapnya (tanggapannya).
3.    Runcing    :    Berhati bersih, berbakat kaya tapi pelupa akan segala kesucian apabila sudah kaya.
4.    Besar ujung    :    Hidung belang atau mata keranjang.
5.    Pesek    :    Pemalu, pelupa dan suka makan enak.
6.    Sedang    :    Luas pikirannya, bijaksana.

LUBAN HIDUNG
1.    Sempit    :    Durjana, mata keranjang (hidung belang).
2.    Lebar    :    Bernafsu besar akan makanan enak, selalu mencobai makanan apapun.
3.    Sedang    :    Bersahaja, bijaksana.

MULUT
1.    Lebar    :    Suka makanan (rakus), pikiran kacau.
2.    Sempit    :    Tahan lapar, sopan, bijaksana, kuat akal pertimbangannya tentang baik atau buruk.
3.    Sedang    :    Bijaksana, halus tingkah lakunya.

BIBIR
1.    Tebal    :    Hatinya dingin, beku, pendek pikiran, dan kurang kebranian.
2.    Tipis    :    Banyak tutur katanya, bawel mempersoalkan baik atau buruk.
3.    Sedang    :    Halus perangainya, pemurah dan peramah.

GIGI
1.    Besar-jarang    :    Rakus, banyak makan
2.    Kecil-rapat    :    Tahan lapar.
3.    Kecil-jarang    :    Tidak jujur, rakus.
4.    Tidak teratur tongos    :    Suka serba terburu-buru, kurang pertimbangan.
5.    Condong ke dalam    :    Berkurang rasa kecemasan (kecil hati) yang merupakan bakatnya.

DAGU
1.    Runcing    :    Bawel, suka kurang pertimbangan memarahi orang.
2.    Rata    :    Betah lapar.
3.    Sedang    :    Suka banyak menghimpun falsafah dan pikiran suci (besih)
LEHER
1.    Panjang    :    Penakut, kurang panjang pikirannya, beranggapan besar dirinya serba tahu ketertiban, kebersihan (kerapian), suka bersolek.
2.    Pendek    :    Pelupa, berhati kaku tetapi pikiran panjang.
3.    Papak    :    Tledor, serba tidak kebetulan, pikiran acapkali kacau.
4.    Jenjang    :    Pikiran bersih, berbakat kaya, halus budi pekertinya.

BAHU (Pundak)
1.    Tebal    :    Kasar tingkahnya, pendek dan gelap pemikirannya.
2.    Tipis    :    Lebih mengutamakan lagak lahir, suka ongkang-ongkang (berpangku tangan) kurang kegiatan dalam bekerja.
3.    Sedang    :    Cerdik cerdas, ramah dan kuat, mantap daya pikirannya.

BAHU
1.    Panjang    :    Kurang jujur hatinya, tetapi ramah dan sopan, cekatan tingkah lakunya.
2.    Pendek    :    Lemah pikiran, kaku sikap dan bekerjanya.
3.    Sedang    :    Bijaksana, cerdas akal pikirannya.

JARI-JARI TANGAN
1.    Tebal ujungnya    :    Serba tergesa-gesa tingkahnya dan pekerjaanya.
2.    Pendek tebal    :    Kurang jujur, suka bergunjing dan suka makan.
3.    Halus pipih    :    Cerdik, cerdas akan pikirannya.
4.    Besar pucuk kuku    :    Pikiran dan hatinya kurang baik, cenderung kearah jahat.
5.    Pendek    :    Hatinya kurang baik (tidak jujur), kurang terpelihara mentalnya bisa menjadi durjana.
6.    Panjang    :    Panjang dan luas pikirannya.

DADA
1.    Bidang (lebar)     :    Pemaaf, dapat menampung 1001 persoalan berat, ringan, baik buruk, penting tidak penting.
2.    Sempit    :    Sempit perasaannya, pelupa, ada kecenderungan melakukan pekerjaan kurang semestinya (kurang baik).
3.    Meringkus    :    Banyak pikirannya yang bukan-bukan (yang tidak berguna).
4.    Miring    :    Hatinya kurang baik, ada kecenderungan melakukan hal-hal yang merugikan/mencelakakan orang lain, senang berdusta (bohong) dan lemah pikirannya.
5.    Sempit bagian atasnya    :    Kurang baik hatinya, lagaknya seolah-olah dirinya seorang cerdik dan berilmu, sebenarnya banyak akalnya yang tidak semestinya.
6.    Sempit bagian atasnya    :    Lemah tenaga, lemah pula semangat, dan kemauannya. Ingin segala-galanya cukup tersedia baginya.
7.    Tegap (sedang)     :    Bijaksana, banyak akal dan pikirannya yang baik, bersih hatinya.

RUSUK (Tulang rusuk).
1.    Panjang    :    Suka bersolek, tapi malas, kaku dalam segala pekerjaan (canggung)
2.    Pendek    :    Canggung dalam bekerja, tetapi besar tekadnya (berani mati).
3.    Ukuran sedang    :    Banyak akal dan ide-idenya yang baik dan hatinya cerah.

LAMBUNG
1.    Besar    :    Kuat dalam bekerja, sentausa pula hati maupun pikirannya.
2.    Kecil    :    Lemah tenaga, kemauan dan pikirannya.
3.    Sedang    :    Luas pikirannya, lembut sikap maupun tingkah lakunya.

PERUT
1.    Kecil    :    Kurang suka bekerja berat, halus perasaannya, banyak akal pikirannya.
2.    Besar    :    Kuat bekerja, kuat daya dan semangatnya.
3.    Kaku membulat    :    Pikirannya wajar, lamban, hatinya polos lamban.
4.    Sedang    :    Bijaksana, luas pikirannya, suka merendah (rendah hati), sopan, dan ramah.
5.    Pipih    :    Tahan lapar, halus budi pekertinya dan cerah pikirannya.

PINGGUL (bokong)
1.    Besar     :    Kuat tekatnya, kuat tenaganya.
2.    Rata (tepos)     :    Kurang tenaga, senangnya serba dilayani, gemar memberi perintah (menyuruh).
3.    Runcing    :     Melambangkan pikiran yang kurang baik.
4.    Kecil     :    Kurang wajar akal pikirannya, teguh hati pendiriannya dan halus budi bahasanya.

PAHA
1.    Bulat Padat     :    Banyak tutur cakapnya, lembut hatinya.
2.    Panjang     :    Lincah geraknya, tetapi ada kecenderungan pada langkah yang kurang semestinya, bila tidak terkendalikan oleh mental terpelihara baik.
3.    Pendek     :    Kuat tenaga, besar semangat dan kemauannya bekerja.

TULANG KAKI
1.    Sedang     :    Kuat pikirannya, sopan sikap dan laku.
2.    Kuat kekar     :    Bijaksana, halus tingkah dan perasaannya.
3.    Condong ke dalam     :    Bawel besar kemauannya, tidak seimbang dengan tenaga kemampuannya.

TELAPAK KAKI
1.    Tebal sebelah     :    Watak tidak perdulian, nekad
2.    Halus bentuknya     :    Cekatan tingkah lakunya, halus menarik tutur katanya, kuat berjalan jauh.
3.    Tertelungkup      :    Hemat, cenderung pada sifat kikir.
4.    Sedang     :    Lembut hati, lembut pula akal pikiran dan sikapnya.
5.    Menengadah     :    Boros mengenai segala halnya.

CARA BERJALAN
1.    Tumit bergerak-gerak     :    Menyembunyikan pikiran dan perasaan kurang baik (tidak semestinya).
PUNGUNG
1.    Membungkuk     :    Tekun rajin dalam bekerja, pikiran cerah, hati bersih, bicaranya jelas.
2.    Tegak lurus     :     Gila pujian, pikirannya tidak bersahaja (tidak wajar).
3.    Sedang     :    Bijaksana dalam segala hal.

JEJAK (Langkah)
1.    Jarang     :    Mencerminkan hati yang kurang baik, pikirannya terlalu berliku-liku (tak lempang lurus), suka melukai perasaan orang.
2.    Sedang     :    Bijaksana, bersih hatinya, dan tangkas menghadapi segala soal.
3.    Cepat     :    Kurang cerdas, kurang kewaspadaannya.
4.    Terburu-buru     :    Kurang halus sikap dan tingkahnya dan lamban pikirannya.
5.    Menunduk+wajar     :    Halus budi pekertinya, banyak akal pikirannya yang berharga.

BULU
1.    Hanya tumbuh di dada     :    Kurang baik hatinya, agak tak tahu malu
2.    Bulu didada hampir
Mencapai punggung     :    Rajin bekerja, kuat bekerja.

MAKAN
1.    Cepat     :    Rajin bekerja, terlalu berani kurang pertimbangan dan sedikit ceroboh.
2.    Sambil cakap-cakap     :    Kurang panjang pikirannya, pendiriannya tidak tetap.
3.    Tenang menunduk     :    Berhati-hati dalam sikap dan tingkah lakunya.
4.    Sambil pandangannya
Liar kemana-mana     :    Serakah, rakus, durjana hatinya.
5.    Berceceran     :    Boros dalam segala-galanya.


WATAK MANUSIA MENURUT PENAMPILANNYA

Bentuk tubuh dan penampilan orang –seorang adalah berbeda-beda, istilahnya : Mangkrak, Ngatingkrak, Seging, dan Gentalo.
    Apabila berdasarkan penilaian tubuh anda tergolong
1.    Mangkrak    : Beratak kurang baik, isi dan syirik hatinya.
2.    Ngatingkrak    : Hatinya kurang baik, kurang jujur.
3.    Seging        : Hatinya baik, simpatik tingkah lakunya jujur hati dan lapang dada.
4.    Gentalo    : Suka (banyak) makan, agak malas bekerja.

SAUDARA EMPAT KE LIMA PANCER

    Ajaran para leluhur kita telah turun temurun, mengungkapkan adanya saudara empat ke lima pancer, yang sering terlupakan oleh manusia, padahal mereka adalah unsur –unsur persenyawaan yang bersama-sama lahir sehari dengan kita, sewaktu meninggalkan rahim ibunda melalui liang senggama atau menurut istilah Kawi (sanskerta) adalah marga hina.
    Adapun empat saudara dan kelima pancer itu (berjumlah lima) mempunyai nama-nama sendiri, yaitu : Mar dan Marti, Air kawah (tuba), Ari-ari (plasenta) darah dan pusar. Dan semuanya mempunyai tugas masing-masing dalam memangku tujuan menjaga keselamatan dan kesejahteraan kita, baik selaku umat manusia maupun makhluk hidup lainnya.
1.    Mar dan Marti    :    Mendampingi dan memelihara hidup dan menumbuhkan daya cipta.
2.    Kawah air tuba    :    Merawat badan, melahirkan hasrat kemauan.
3.    Ari-ari (plasenta)     :    Menaungi pernjalanan atau langkah hidup.
4.    Darah    :    Membantu tingkah dan mencipta keingginan atau cita-cita.
5.    Pusat (pusar)     :    Mendorong gerak dan gaya, mendatangkan keinginan.
Apabila ini semua dapat dipelihara dan diatur sebaik-baiknya, maka besarlah arti dan manfaatnya dalam menciptakan kesejahteraan hidup. Terutama dengan memperingatinya pada hari lahirnya.
Sebaiknya, apabila sengaja atau tidak disengaja kelima saudara yang bersama-sama lahir dengan kita itu, diabaikan (tidak dikenal, disayangi dan dipelihara), dan kita buktikan sendiri dialam perjalanan hidup kita sehari-hari. Bentuk cobaan-cobaannya sungguh bermacam-macam, umpamanya :
Menimbulkan mala petaka (rintangan), Kacaunya pikiran yang berguna, batalnya segala niat, melesetkan arah tujuan atau cita-cita, memporak-porandakan keinginan, berantakannya sebuah usaha atau ihtiar dan lain sebagainya.
Oleh sebab itu kita sebagai orang timur, yang sejak turun temurun sudah ditinggali ilmu sejati untuk menjaga keselamatan dan menciptakan kesejahteraan hidup, sepatutnyalah menjunjung tinggi ajaran para nenek moyang kita, terutama mempelajari mengakui dan memanfaatkan saudara empat dan kelima pancer itu demi kesejahteraan hidup kita untuk kini dan kelak.

Sejarah Saudara Empat dan Kelima Pancer :
Berdasarkan wejangan (pesan) para leluhur kita, diungkapkan tentang saudara empat dan kelima pancer dengan perincian dibawah ini :
    Ketika sang ibu mengandung sampai melahirkan bayi ia mengalami penderitaan yang bersifat demam, seperti ngilu seluruh tubuhnya atau dalam bahasa Jawa disebut emar, kecuali itu dirasakan pula seperti kejutan hati yang mengandung seribu perasaan tidak enak menjadi satu, sampai saat melahirkan bayi dari rahimnya. Menurut ungkapan nenek moyang kita, lahirnya bayi adalah bersama-sama saudara mudanya perempuan yang diberi nama/istilah Mar-Marti keluar dari bagian dalam badan, sekitar dada, bersamaan dengan waktu berpusatkan tenaga untuk mendorong keluarnya bayi, keluarlah terlebih dahulu lewat liang senggama sang ibu (vagina).
    Air tuba (kawah) yang kemudian disebut sadara muda bersifat putih, disusul lahirnya jabang bayi. Lalu menyusul ari-ari dibelakangnya berwarna kuning, kemudian disebut Adi ari-ari.
    Tahap berikutnya keluarlah darah, yang menjadi adik berwarna merah atau disebut saudara keempat.
    Pada waktu putus pusar, pusat berwarna hitam, disebut saudara kelima. Maka selesailah sudah lahirnya, saudara empat kelima pancer :
1.    Mar Marti
2.    Kakak kawah
3.    Adi ari-ari
4.    Darah
5.    Pusat (pusar)
Inilah 4 saudara ke 5 pancer yang lahir sama sehari, juga sama-sama lewat gerbang yang satu dan yang sama-sama lahir tapi tidak lewat gerbang yang satu itu.
Empat saudara dan kelima pancer yang ada tetapi, selalu terlupakan seolah-olah tak pernah ada, yang diakui maupun tidak, selalu mendampingi, menjaga, turut menunjang mengingatkan, menyelamatkan, membela memberikan jasa-jasanya kepada kita setiap saat tidak memandang kapan dan dimana dan dalam situasi dan kondisi apapun dan bagaimanapun yang juga dimiliki perasaan, kemauan, keampuhan, pengaruh, arti, kelemahan dan kekuatan, sifat baik dan sifat buruk yang kadangkala membantu kadang kala mengganggu kehidupan kita, merasa sedang bila diperhatikan, diakui adanya dan dihargai jasa-jasanya, dan bisa marah apabila diabaikan.
Nenek moyang kita mempunyai tradisi untuk mengadakan selamatan bertujuan mengakui adanya dan menghargai arti dan jasa-jasanya, mengerti kehendak dan kebutuhannya, dengan istilah umum yang disebut : Memule atau Memetri
Memule atau memetri saudara tua dan saudara muda, terdiri dari dua macam :
1.    Untuk saudara yang tidak keluar lewat marga-hina (vagina) berupa : Nasi tumpeng, pecel ayam, sayur menir, daging : daging burung, daging ikan dari kolam, daging hewan ternak, sayur mayur, bunga rampai, sirih yang bagus, pisang yang bagus, minyak wangi dan air gula kelapa dicampur santan kelapa, minyak sundul langit, tape, kerupuk singkong yang dibakar.
Pengokohnya : Logam Putih.
2.    Memule dan memetri saudara yang keluar bersama-sama satu hari lewat marga-hina (vagina) berupa : 5 nasi tumpeng dituangkan dalam takir-pontang, ikannya dari laut dan dari rawa-rawa, ikan sungai, gantal dengan supit menjadi satu bungkus bunga cempaka 5 pasang, pada tiap-tiap potong, dibubuhkan sepasang.
Pengokohnya berupa : Logam timah dituangkan satu persatu.
Nenek moyang kita zaman dahulu selalu yakin, percaya bahwa apabila setiap kali diadakan selamatan memule dan memetri dengan cara demikian kepada saudara empat kelima pancer itu, kesemuanya akan selalu membantu keselamatan dan kesejahteraan hidup siang maupun malam, tidak akan marah, masqul, kecewa, apabila diabaikan sehingga bisa menggangu dan mempersulit jalan kehidupan kita.
Bagi kita yang hidup di alam modern ini yang penting adalah kita mengakui adanya, dan mengakui bahwa saudara empat dan lima pancer mempunyai arti dan daya keampuhan membantu kita dan dapat memberikan pengaruh buruk bagi hidup kita apabila dperhatikan, kehadirannya di sekeliling kita masing-masing. Tidaklah mutlak bagi kita mengadakan selamatan seperti tersebut di atas. Apalagi jika diingat pada kehidupan dewasa ini, dimana ekonomi kita terasa tidak  memungkinkan untuk mengeluarkan biaya untuk selamatan yang tentu tidak sedikit jumlahnya. Cukuplah kiranya apabila kita tidak melupakan kehadirannya di sekeliling kita, dengan menyebut meminta bantuannya, tidak perduli kapan, dimana dan dalam keadaan apapun juga.
Kita sambut dan menyebut saudara empat kelima pancer itu waktu kita sedang makan, minum, mandi, berjalan, duduk, hendak tidur, hendak berhibur, bekerja istirahat, pendek kata kapanpun dan dimanapun mereka kita sebut minta bantuan dukungan supaya kita sehat sejahtera. Mencapai tujuan atau dapat selesai dengan tugas pekerjaan yang sedang dan akan kita lakukan.(***)