Senin, 23 Mei 2022

BENTENG PUTRI HIJAU, SEBUAH TRAGEDI BUDAYA


Didukung prajurit dan persenjataan tangguh Kesultanan Turki Usmani bahkan panglima dari India, ribuan tentara Aceh tak bisa membobol benteng ini dengan cara-cara biasa. Kelicikan siasat perang lah yang akhirnya membuat Kesultanan Aceh berhasil menaklukkan Aru, kerajaan pemilik benteng perkasa itu. Inilah kisah benteng perang abad 13 penuh daya mistik yang kini jadi situs cagar budaya tanpa khas mistik. 

Benteng Putri Hijau. Benteng baheula seluas 17 hektar yang di sisi gerbang masuknya mengalir mata air keramat tempat pemandian (pancuran) Putri Hijau ini berada di Desa Delitua, Kecamatan Namorambe, Deliserdang. Sebagian areal sisa benteng kini menjadi kawasan permukiman Perumnas Taman Putri Deli. 

Sejak 2014, situs legendaris aset Sumatera Utara ini resmi menjadi kawasan cagar budaya. Penetapan soal itu tertuang dalam SK Cagar Budaya Benteng Putri Hijau No. 1863/2014 dikeluarkan Bupati Deliserdang. 

Meski telah ulang kali ditemukan kalangan arkeolog, sampai sekarang benda-benda purba masih sering didapati dari kawasan benteng bersejarah ini. 

"Asal warga di sini membangun rumah, dari galian tanah selalu ditemukan uang-uang koin tempo Doeloe. Koin-koin itu bertulisan Arab. Pecahan keramik zaman doeloe juga ditemukan," kata Herdiansyah (43), warga Perumnas Taman Putri Deli, Selasa (26/04/2022). 

Karena tinggal di bekas areal permukiman purba, Her -sapaannya- sering bermain di Benteng Putri Hijau. Dia bahkan mengaku paling suka mengamati Gua Umang, yang lokasinya tak jauh dari rumahnya. Gua kecil itu menurutnya sangat unik. 

Dikenal misterius, Gua Umang diyakini sebagai tempat tinggal orang bunian. Ini dedemit dalam mitologi Karo. Minus telapak kaki yang terbalik, makhluk kecil ini dilaporkan memiliki wujud mirip manusia. 

Secara peradaban, makhluk tak kasat mata itu dikabarkan punya hubungan erat dengan  manusia-manusia doeloe yang hidup dalam areal Benteng Putri Hijau. 

Pada penelitian sepanjang tahun 2008, sejumlah arkeolog menemukan banyak benda purba dari lokasi benteng hingga Gua Umang yang berada di sisi barat benteng. Temuan itu beragam. 

Mulai artefak peralatan batu (sumatralith) beragam ukuran, peluru senjata api laras panjang bahan timah yang umum digunakan pada abad 15, puluhan keramik abad 12, koin-koin mata uang Aceh, hingga kapak-kapak era manusia primitif pun ditemukan dari lokasi Benteng Putri Hijau. 

Temuan benda-benda peradaban abad 15 hingga surut ke era 'manusia kera' (Pithecanthropus Erectus) itu kontan bikin heran kalangan arkeolog, antropolog, tak terkecuali sejarawan. Sebagian dari mereka lalu menyimpulkan kehidupan di kawasan benteng itu telah ada sejak jaman pra sejarah. 

Temuan itu bahkan membuat seorang praktisi kebatinan menjadikan areal benteng purba itu sebagai "rumah keduanya". Lewat komunikasi transendental, saban hari dia menggali ilmu mistik warisan situs Benteng Putri Hijau. Rutinitas itu dilakukannya sejak tahun 2019. 

"Sebagai bahan ilmu pengetahuan pun lokasi ini harusnya wajib didatangi oleh orang-orang yang berkunjung ke Istana Maimun. Jadi habis dari Istana Maimun, para pengunjung itu harus ke sini. Karena dari lokasi inilah kemudian lahir Kesultanan Deli," kata Abah Rahman, sang praktisi kebatinan yang juga penulis kisah-kisah misteri, ditemui di lokasi Benteng Putri Hijau, Selasa (17/05/2022). 

"Bahkan sebelum Istana Maimun, ada 7 Istana Deli yang lain, semuanya berdiri di tepi Sungai Deli, dari sini (Delitua) sampai hilir dekat muara Belawan," sambungnya. 

"Bagi saya, situs bersejarah ini menjadi semacam tragedi budaya mistik. Itu karena dari lokasi ini banyak warisan budaya leluhur yang tak dapat kita lestarikan," sambungnya lagi. Sebagai "penghuni lama" kawasan keramat Benteng Putri Hijau, Abah Rahman lalu bercerita. 

Berebut Berkah Putri 

Mulai kepala daerah, anggota DPRD,  pengusaha, ibu rumah tangga, sampai istri simpanan telah merasakan energi berkah dari ritual mandi kembang di pancuran keramat Putri Hijau. Demikian Abah Rahman blak-blakan, tapi tak ingin menyebut identitas para pembesar itu 

Menurutnya, jauh sebelum kawasan benteng belum diperbaharui seperti sekarang, lokasi itu telah sering didatangi pejabat. Mereka --pejabat di lingkup Pemprovsu-- selalu datang jelang tengah malam. 

Setiap pejabat datang bersama spiritualis masing-masing. Tak ada yang tak didampingi cenayang. "Dan kebetulan saya termasuk di antara dukun beking para pembesar itu," jelasnya. 

Soal Keramat Putri yang digemari sekalangan pejabat, menurutnya, bukanlah tanpa sebab. Selain kesahihan daya mistik telah banyak teruji, tentu karena folklore sang ratu saat memimpin kerajaan Haru. 

Putri Hijau memerintah kerajaan Aru pada era abad 11-12 Masehi. Di rentang masa itu, ratu ini amat terkenal. Itu karena dia merupakan sosok yang cantik sekaligus sakti. Suka membantu siapa saja yang dilihatnya menderita. 

Putri Hijau menyambung kekuasaan ibunya, Putri Merak Jingga yang kala itu memusatkan kerajaan Aru di Kota Rantang (Hamparanperak). Di masa sang ibu itulah berdiri Kota China, peradaban baheula yang kini jadi situs cagar budaya di Medan Utara. 

Takdir geo politik membuat kerajaan cikal bakal kesultanan Deli ini diakui strategis secara zona perdagangan internasional. Apalagi didukung hasil bumi yang melimpah. 

Itu pula yang membuat banyak kerajaan lain iri hingga bernafsu menaklukkan Haru. Di sinilah peradaban kelam dimulai. 
Haru diserang. Perang berkecamuk. 

Dan meski Aru berhasil ditaklukkan, tapi tidak Putri Hijau. Ratu sakti itu moksa. Juga abangnya, Sang Naga. 

Pun hilang, tokoh sakti itu tetap  menyisakan bukti kekeramatannya.
Pancuran Sang Putri sepanjang jaman mengeluarkan air. 

Berkah dari mata air purba itulah yang jadi motivasi sekalangan pejabat. "Termasuk sekalangan yang saya pandu ritual di tempat ini. Dan bukan kebetulan, sampai sekarang belum ada di antara mereka yang diciduk KPK," jelasnya. 

Itu berkah gaib untuk politisi. Berkah senada untuk kalangan lain --yang jumlahnya lebih besar-- pun tak kalah besar diyakini kebenarannya. Mereka datang dari beragam status dan masalah.  

Mulai pengusaha kecil yang sulit meraup omset niaga, ibu rumah tangga yang terzolimi, perempuan terobsesi punya daya pikat, hingga istri simpanan yang ingin langgeng sebagai "serap" si tuan  kaya, semuanya bahkan saban hari berebut berkah di Keramat Putri. 

"Kadang saya kewalahan melayani mereka," kata Abah. 

Putri Hijau Moksa 

Menurut Abah Rahman, energi astral Putri Hijau telah lama jadi objek pemuas hasrat manusia haus kebahagiaan hidup. 
Ini uraian hasil blusukan paranormal itu ke kampung kelahiran Putri Hijau di Tanah Karo. 

Putri Hijau --dan dua saudaranya-- bukanlah semata tokoh klasik Tanah Deli. Situs-situs peninggalannya juga bukan hanya "antropologi simbol" tentang kabar mistisnya yang menembus jaman. Ia lebih sekadar warisan budaya. 

Ratu Kerajaan Haru itu dikenal cantik sekaligus sakti. Kekuatan tentara (Aceh) tak bisa menculiknya. Sang Putri moksa. Wujudnya (bersama roh) masuk ke alam lain. 

Takdir yang sama pun dialami abang sang Putri yang berwujud ular (Naga Simangombus). Naga dan sang Putri moksa di Selat Malaka. Peristiwa terjadi saat Putri Hijau menggelar ritual tabur bertih dan telur di laut lepas itu. 

Moksa juga dipercaya terjadi pada sejumlah tokoh sakti Pulau Jawa. Dari Prabu Siliwangi, Brawijaya V, Gajah Mada, Raja Jayabhaya, hingga Sabdo Palon Noyo Genggong. 

Moksa disebut sebagai bentuk kesaktian tingkat tinggi. Sosok level ini dianugerahi karomah tak sembarang. Itu yang membuat situs pancuran Putri Hijau di Delitua tak pernah sepi dengan para pencari berkah. Begitu juga situs lain sang Putri seperti di Pulau Berhala. 

Tapi si Meriam beda. 

Adik Putri Hijau itu tidak moksa. Wujudnya pecah di medan perang. Ia pecah karena "menyalak" tanpa henti, membombardir bala tentara yang ingin menculik kakaknya. Kepala atau bagian moncongnya terpental hingga seratusan kilometer dari arena perang. 

Sejak itulah dia dinamai Meriam Puntung. Dan folklore membumi soal itu membuat dirinya dikenal tak kalah sakti. 

Saking diakui sakti, potongan "kepalanya" yang terdampar di Sukanalu lama diincar kolektor benda antik dari Belanda. Meriam purba itu diyakini memiliki daya magis. Ia bisa mendongkrak sekaligus melanggengkan kekuasaan. 

Aksi percobaan pencurian terhadap Meriam Puntung diketahui terjadi beberapa kali. Semuanya tentu memakai cara-cara mistik. Hasilnya? Meski si maling berilmu, tak ada aksi yang berhasil. Aksi gagal terakhir terjadi pada 1997. 

Tahun berikutnya, 1998, giliran potongan "badan" si meriam bikin cerita heboh. Dari rumah semayam di halaman Istana Maimoon, "badan" adik Putri Hijau itu ditemukan "turun" ke jalan raya depan istana. Tengara apa? 

Jawaban datang sebulan setelah temuan aneh tersebut. Seantero negeri mendadak geger. Rakyat turun ke jalan. Kekacauan massal menjalar. Reformasi bergulir. Orang-orang lalu menyimpulkan aksi Meriam Puntung "ke luar dari rumahnya" pertanda jatuhnya presiden otoriter Soeharto . 

Dari momen dua peristiwa mistik 25 tahun lalu itulah perjalanan spiritual saya mengenal Putri Hijau and two brothers dimulai.  Napak tilas edan berhari-hari itu saya mulai dari Sukanalu. Itu terjadi saat badan saya belum "bengkak" seperti sekarang. 

Sukanalu adalah desa tua dekat tempat kelahiran Putri Hijau dan dua saudara saktinya. Letaknya di dataran tinggi Karo, persisnya di kecamatan Barusjahe, sekira 100 Km arah tenggara Kota Medan.  

Di sini, potongan "kepala" adik Putri Hijau itu telah lama bersemayam. "Kami memanggilnya "Nini"," kata Thomas Sitepu, kepala desa Sukanalu era '97. 

Di Sukanalu, di depan "sang Nini", di bawah rimbun jabi-jabi (pohon beringin) di situ, saya lama tepekur. Mengolah rasa, melakukan kontak gaib. 

Putri Hijau dan dua saudaranya lahir tak biasa. Tanpa ayah biologis, Naga, Meriam, dan Putri Hijau lahir dari rahim Putri Merak Jingga. Proses kelahiran nipe (ular), sepotong besi (lama-lama berwujud meriam), dan bayi perempuan cantik itu terjadi di gua Lau Pirik. 

Lau Pirik pun menjadi situs kedua "tour" spiritual saya. 

Usai semalaman ritual di Sukanalu, saya bergeser ke Seberaya. Gua Lau Pirik berada di desa ini. Seberaya --yang masuk wilayah kecamatan Tigapanah-- bersebelahan dengan Sukanalu. Di kedai kopi desa, saya temui sesepuh Seberaya. Saya lupa namanya. Tapi dia bermarga Karo Sekali. Dari laki uzur itulah saya "dapat restu" mendatangi Lau Pirik. 

Gua keramat Lau Pirik berada di tepi desa. Di sini, usai meletak uborampe di mulut goa, saya tepekur lebih lama lagi. Dari pagi hingga hingga lepas maghrib. Suasana gua di lembah belantara Gunung Barus itu memang tampak angker. 

Tepekur di Lau Pirik membuat benak saya  tercampak ke era ratusan tahun lalu. Masa ketika kelana Putri Merak Jingga dan tiga anak anehnya dimulai. Meninggalkan Seberaya, mereka pun menelusuri hutan, naik turun menyusuri terjalnya Bukit Barisan. 

Ilham mendirikan kerajaan terjadi saat anak beranak ini tiba di Penatapan. Dari ketinggian lokasi itu, "kompas" pun menuntut mereka, nun...ke hamparan luas belantara jauh di bawahnya. Dan medan ke arah itu dicapai usai menuruni tepi air terjun (Sikulikap) lalu menelusuri alur Sungai Petani (Sungai Deli) hingga hulu di bawah mata air panas Penen (Sibiru-biru). 

Delitua. Di sinilah perjalanan berakhir. Di daerah ini, fakta kesaktian Putri Hijau dan dua saudaranya kian lama kian mendulang banyak pengikut. Kabar soal itu bahkan mampir ke telinga penduduk yang tinggal di Labuhandeli hingga Kota Rantang. 

Dari wilayah pesisir Belawan dan Hamparan Perak itu dukungan ke Putri Hijau menjadi ratu makin menguat. Istana berikut benteng-benteng pertahanan sepanjang tepi Sungai Deli di Pamah (Delitua) kemudian tercipta. Begitu pula pelabuhan, persis dibuat menghadap zona perdagangan internasional. 

Ya, Selat Malaka. Tapi kisah kemakmuran Haru dipimpin ratu sakti nan elok rupa itu tak berlangsung lama. Bala tentara kerajaan seberang datang membawa  angkara. Haru habis dibantai. Tapi dari puing kerajaan berlegenda mistik itulah kemudian lahir kesultanan berjuluk Deli het dollar land. 

Tulisan ini dibuat menyusul areal situs Putri Hijau di Delitua belakangan tampak ditata pihak pemerintah propinsi Sumatera Utara. Merangkul Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, lokasi keramat itu dirancang sebagai areal cagar budaya yang harus dilindungi. Semua demi merawat jati diri bangsa. 

Saya sangat mendukung itu. Apalagi dengan merajut rangkaian situs sejarah sang Putri yang telah disebut. Juga tanpa menyingkirkan faedah kekuatan astral  dari lokasi-lokasi wingit itu. 

Pancuran Putri Hijau, salah satunya. Bukti fakta faedah lokasi klenik itu terbentang sejak doeloe. Tak terhitung sudah kemujaraban air pancuran Putri Hijau mengalirkan kebaikan masif. 

Dari situ muncul banyak perempuan tangguh. Tercipta 1001 rumah tangga bebas dari jeratan dilema. Banyak kemudaratan lain tersingkirkan. Semoga semua manfaat itu terus terjaga. Semoga. (*)

7 SAJEN JADI PELARIS,VANI PESEK PEDE DAGANG CINTA


NAMA aslinya : Vani Anggraini. Tapi, 'pesek' sudah lama jadi nama belakang Vani, cewek penghangat malam yang sering main di pub seberang Hotel JW Marriott, Medan. Sebutan jelas merendahkan itu kini tak lagi dianggap ledekan. Itu karena pamor si pesek ini naik. Sosoknya jadi tampak 'lebih' dibanding gadis elok berhidung mancung sekalipun. Ini uraian kisah soal itu. 

Sejak remaja, Vani Pesek dikenal manja. Pasnya, terlalu manja. Saking manja, dia sulit mandiri. Apa-apa bergantung orang, utamanya ayah. Mulai soal remeh temeh, emosional, fisik, apalagi urusan finansial. 

Vani juga sosok pantang digass. Tak bisa dimarahi. Sikap rada keras acap didapatnya dari emak. Juga dari dua abangnya. 

Kalau sudah begitu, air mata pun bergulir di pipinya. Untung setawar sedingin selalu datang dari ayah. Sikap mellow lebih banyak didapat Vani dari sang ayah. 

Kemanjaannya yang menjadi-jadi kian terbangun dari perhatian ayah yang serba besar. Sekilas itu wajar karena bungsu 4 saudara ini perempuan semata wayang. 

Tapi sejalan usia bertambah, sifat itu terlihat sebagai gangguan psikologi. Alhasil, manja yang berlebih merapuhkan mental Vani. 

Gadis ini bahkan pernah drop. Itu terjadi
7 tahun lalu seiring takdir ajal ayah dan emaknya datang serentak lewat sebuah insiden tragis di jalan lintas Langkat - Aceh. 

Sejak itu, Vani bak layangan putus. Hidupnya berjalan nyaris tanpa rasa percaya diri. Celakanya, kegalauan paska ditinggal mati dua orang tercinta itu diperparah dengan stereotip publik soal syarat gadis cantik adalah yang berhidung mancung. 

Vani Pesek tentu tak masuk kriteria itu. Dia jadi baper. Gadis miskin rasa syukur ini pun stres. 

Tokoh non fiksi asal Langkat ini memang memiliki tekstur hidung mirip artis Rina Nose. Bahkan lebih parah. Itulah yang bikin perempuan 25 tahun ini acap kurang pede bergaul. Apalagi kalau sedang di antara kaum Adam. 

Sudahlah hidung pesek mungil, kulit gadis ini pun tak putih --meski tidak pula hitam. Rambutnya keriting. Terkesan berantakan. Susah diatur. Secara seksual, Vani Pesek dinilai kurang sedap untuk dilirik kaum laki. 

Penilaian itulah yang membuat Vani kian tak pede lalu akhirnya mantap meninggalkan kampung. Januari 2021 gadis ini masuk Medan. Vani mengikuti ajakan Lastri, teman yang lebih dulu bermukim di Medan. 

Menyewa indekos di seputaran Stadion Teladan, Lastri dan Vani adalah sahabat lama. Mereka setabiat, gemar keluyuran malam saat di kampung. Gara-gara iklan Lastri, di Medan Vani tetap sohor dengan sapaan Vani Pesek. 

Sejak ditinggal orang tua, hari-hari si manja tamatan SMP ini nyaris hanya meratapi nasib. Tak ada niat kerja keras guna mengubah hidup. 

Yang ada malah fantasi. Fantasi yang ingin diaplikasikan dalam kenyataan. Vani Pesek bermimpi seorang cowok kaya datang dan menyelamatkannya dari fakta pahitnya hidup. 

Manusia memang hanya bisa berusaha atau bermimpi merancang nasib. Takdir tetaplah datang dari Yang Kuasa. Begitulah. Empat bulan sudah Vani hidup dalam tanggungan ekonomi Lastri yang pelacur. 

Dia, yang saat di kampung beberapa kali membiarkan tubuhnya dinikmati lelaki demi uang tidak seberapa, tetap merasa tak pede mengikuti gaya jalang Lastri di Medan. Semua itu karena hidung peseknya. Vani minder melacur. 

Tapi, Juni 2021, perubahan tak disangka terjadi. Rasa percaya diri Vani perlahan bangkit. Itu terjadi saat dia berkenalan dengan seseorang yang kemudian berhasil mengubah mentalnya. Siapa? 

Dialah Abah Rahman. Ini sosok paranormal di Medan yang jejak rekam kemampuannya bertebaran dalam dunia digital. Internet mengantar Vani Pesek mengenal dan berlama-lama konsultasi dengan cenayang ini. 

Singkat cerita, mulai Juli 2021, Vani Pesek resmi turun ke kancah bisnis sextainment Kota Medan. Pedenya mendadak selangit. Langgamnya malah lebih elegan ketimbang Lastri, seniornya. 

Lewat ritual '7 Sajen Sebulan' dari Abah Rahman yang sampai sekarang khusuk dijalankannya, Vani Pesek diketahui sering ketiban pulung. Dapat anugerah. 

September 2021, misalnya. Vani Pesek mendapat job di sebuah rumah body massage (BM)  kelas internasional di Medan. Di sini, para gadis pemijat berasal dari China, Vietnam, Thailand, dan Uzbekistan. Lokasi BM 'plus-plus' eksekutif ini berada di seputaran Jalan Putri Merak Jingga, Medan. 

Karena khusus layanan cewek impor, Vani Pesek bekerja di BM itu tentu bukan sebagai pemijat. Berpenghasilan hampir Rp.5 juta/bulan, Vani Pesek didapuk di bagian resipsionis. 

Itu pendapatan resmi. Yang tak resmi, malah lebih Rp.10 juta per bulan diraup Vani. Itu didapatnya lewat tawaran bokingan ngamar ke hotel dari sejumlah tamu tajir BM itu. Ini tentu tak lepas dari pengaruh mistik ritual 7 Sajen yang menjadi daya pengasih untuk Vani Pesek.
Penghasilan menggiurkan itulah yang membuat gadis ini acap bisa kongkow di pub seberang JW Marriott saban jelang week-end. Gaya hidupnya berubah hedonis. 

Sayang, tak seterbuka kisah hidupnya yang rada pahit, Vani Pesek menolak bercerita rinci soal ritual gaib pegangannya. Atas temuan kisahnya, wartawan media ini masih berupaya menemui Abah Rahman guna wawancara. 

"Abah (Rahman) masih ritual di Putri. Belum tahu kapan balik," kata seorang laki muda, ditemui di rumah praktiknya, Jalan Halat, Gang Umar No.1, Medan, Sabtu (14/05/2022) malam. 

Abah Rahman diketahui selalu rutin menggelar ritual di sejumlah lokasi keramat di Deliserdang, Tanah Karo, dan Simalungun. Lokasi keramat Putri Hijau di Delitua adalah salah satu tempat keramat langganannya. (red)

FOTONYA DITEMPEL DI 7 MAKAM KERAMAT, KOKO EDY JATUHKE PELUKAN MASSAGE GIRL

NIAT yang kuat diendapkan ke foto objek sasaran, lalu foto itu kemudian menghasilkan daya tak kasat mata yang akhirnya hinggap dan bersemayam di hati si pemilik foto. 

Demikian proses transfer kekuatan gaib yang membuat hati seorang laki Tionghoa klepek-klepek terhadap seorang massage girl berparas 'biasa-biasa saja'. 

"Walau tak setiap hari serumah dengan Koko (Edy), gua bahagia kok. Semua kebutuhan dipenuhi," tutur Maya (31), sang massage girl pemilik kisah nyata ini. 

"Sekali pun belum pernah Koko tak memenuhi permintaan gua, apa pun itu bentuknya," sambung Maya, ditemui di rumah kontraknya, kawasan elit Multatuli, Medan, Senin 18 April 2022. 

Maya, mantan cewek tak beres itu, adalah simpanan Koko Edy (54), pengusaha properti. Dimulai pertengahan tahun 2018, hubungan pasangan terpaut usia 23 tahun itu sampai sekarang terjalin awet. Mereka bahkan baru dikaruniai anak. 

"Gua mau cerita ke kamu ya karena kita sudah lama kenal. Kalau sama wartawan lain,  preek...mana sudi gua," imbuh Maya lagi pada jurnalis penulis kisahnya, sambil tergelak kecil. 

Inilah kisah Maya dan Koko Edy. 

Drama cinta berbalut mistis ini berawal dari sebuah panti pijat di Medan. Tak usahlah disebut namanya. Yang jelas, ini salah satu panti pijat terkenal di Medan. Letaknya ada di inti kota. 

Di situ, belasan massage girl atau gadis pemijat beroperasi saban hari. Semuanya ramah dan berparas menawan. Kalau pun ada yang berparas 'biasa', lekuk bentuk tubuhnya pasti sangat menggoda. 

Ramah, cantik, ber-body aduhai. Kriteria itu menjadi "syarat wajib" untuk menjadi massage girl di panti layanan "tambahan" tersebut. Itu pula yang membuat panti pijat ini tak pernah sepi dari pasien yang semuanya lelaki nakal. 

Tak hanya menggoda, gadis-gadis di panti "palang merah" seks ini juga memang mahir memijat. Pijatan mereka penuh perasaan. 

Tangan pasien, selalu diletakkan di pahanya yang mulus telanjang. Maklum, rok pendek yang digunakan sang massage girl sudah tersingkap jauh di atas paha. 

Kalau sudah begitu, maka tangan pasien pun tak berhenti. Ia akan merangkul, atau berpilin-pilin sekitar daerah itu. Dan, sang massage girl, entah sedang berakting atau memang terangsang, mulai ikut menikmati gesekan tangan laki-laki yang dipijatnya. 

Sejak itu, pijatan gadis ini sendiri juga mulai terarah pada satu tujuan. Rangsangan. Merangsang lawan jenis untuk "berbuat lebih" dan itu dilakukan di bilik praktek dengan servis memuaskan. 

Tapi kalau long-time, mereka akan berpindah ke hotel. Di situlah sang massage girl menyervis dengan lebih memuaskan lagi. 

Demikianlah lakon nakal Maya di tahun-tahun berlalu sebelum memutuskan berhenti menjadi massage girl. Dia selalu menganggap lelaki yang membukingnya adalah suaminya sendiri. Mesra dan manja. 

Saking mesra, hampir semua pasien menganggap Maya jatuh cinta dan ingin bersetubuh bukan semata alasan uang. Anggapan itu pun akhirnya menjadi keyakinan massal. 

Di sinilah kegaduhan mulai terjadi. Massage girls lain iri. Itu karena Maya jadi rebutan banyak pasien. Jadi primadona. Padahal, dibanding mereka, paras Maya terbilang "di bawah standar". 

Temuan emosional itu akhirnya membuat para massage girls menduga-duga soal resep rahasia primadona Maya. 

Pasti anak itu sudah pakai guna-guna. Pasti dia pakai susuk. Pasti dia main dukun. Dia laris karena pakai ini, karena pakai itu, dan... bla bla bla lain. 

Ragam syakwasangka itu mengalir liar di benak masing-masing massage girl, teman sekerja Maya. Tapi tak satu pun berhasil membuktikannya. 

Maya memang berparas biasa. Kulitnya tak putih. Hidung juga tak mancung. Tapi gadis ini punya body super aduhai. Ampun dijey...!! 

Nyaris tak ada cowok yang jakunnya tidak naik turun asal memandang Maya. Itu juga yang diakui Koko Edy, salah seorang langganan tajir yang dirawat Maya. 

Saking yakin Maya cinta padanya, lakon Koko Edy mirip kerbau dicucuk hidung. Dia nurut. Nurut senurut-nurutnya. Pesona Maya kuat menarik hatinya. 

Saking kuat, dia bahkan jadi pelanggan yang paling sering datang ke panti pijat itu. Om berkendara mobil Ford Everest itu datang setiap hari. Tentu hanya untuk mendapat layanan dari Maya. 

Lalu benarkah Maya jatuh cinta dan ingin selalu bersetubuh dengan Koko Edy bukan semata alasan uang? Tentu itu salah besar. Layanan macam itu dilakukan Maya dengan lelaki mana pun. 

"Mereka tak sadar, bego. Sebenarnya, inilah (layanan) penjual cinta betulan. Gua lah penjual cinta betulan. Lo lihat, cinta gua dibeli Koko (Edy) dengan harga yang paling mahal." 

"Itu sudah gua survei dari semua pasien. Koko lah yang (membayar cinta gua) paling mahal. Ya jelaslah gua milih dia," urai Maya, mengenang ulah curiga teman-teman lamanya di panti pijat. 

Lalu benarkah tubuh super seksi dan layanan seks yang aneh-aneh semata jadi modal Maya sebagai penjual cinta betulan? Ini juga anggapan salah. Maya bercerita lagi. 

Saat menjadi massage girl, persisnya pada Januari 2018,  dia memang memakai jasa mistik untuk mendongkrak "karier pijat plus-nya". 

"Setiap melayani pasien yang banyak duit, diam-diam gua foto dia dengan hape. Fotonya lalu gua kasih ke Abah Rahman. Nah sama Abah itu, setiap foto yang gua kasih kemudian ditempelnya (foto itu) di 7 makam keramat." 

"Di sana Abah berdoa. Setiap hari. Gua dikasih bacaan-bacaan. Juga harus mengubah beberapa kebiasaan rutin, seperti mandi. Gua sudah dibawanya ke 7 kuburan tua itu." 

"Macam-macam tu (lokasinya). Ada di Karo, ada juga daerah Simalungun. Tapi niat kita harus kuat kalo mau minta bantuan ke dunia yang begini." 

"Banyaklah sudah foto tamu yang gua kasih ke dia. Ha haa...Nggak bisa gua lngat lagi (jumlahnya). Hasilnya lo lihat .. kan memang terbukti. Dan Koko (Edy) yang paling royal dengan gua." 

"Makanya saat dah jenuh (kerja di panti), gua milih berhenti dan setia dengan dia," papar Maya. 

Kecurigaan teman-teman lamanya di panti pijat ternyata benar. Saat itu, Maya mengaku sangat menjaga rahasia tabiatnya bermain dukun. 

"Sekarang sudah gua buka (rahasianya), hanya pada Lo. O ya, masih di Medan Pos  kan...Dulu gondrong sekarang botak ya." 

Di rumahnya yang besar dan penuh perabotan uks, Maya pun menutup obrolan dengan wartawan Anda. 

Lalu siapa Abah Rahman, dukun tempatnya mengerjai hati para tamu panti pijat,  terutama Koko Edy? 

Dicek lewat Google,  Abah Rahman adalah spiritualis yang sejak puluhan tahun lalu selalu mencari wangsit di sejumlah makam keramat di Sumatera dan Tanah Jawa. 

Pasiennya didominasi kalangan perempuan malam. Kini dia membuka praktik di Jalan Halat, Gang Umar No.1 Medan. Silahkan menguji minat. (afm)