Selasa, 06 Mei 2014

Pengakuan Anak Pengusaha Salon : ‘Cincin Pelaris Abah Rahman Antarkan Aku Ikut UN’



Tidaklah berlebihan kalau kusebut, cincin pelaris Abah Rahman lah yang mengantarkan aku ikut Ujian Nasional SMA. Karena faktanya, cincin yang dimahari ibuku itulah yang membuat usaha salonnya kembali lancar. Sehingga, tunggakan uang sekolahku terbayar lunas.

Di lingkungan keluarga, aku dipanggil Upik. Anak sulung dari tiga bersaudara, yang sejak kelas VI SD harus menyandarkan segalanya kepada ibuku, karena ayah berpulang ke Rahmatullah.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup kami ketiga anaknya, ibu yang perantau asal Jawa Tengah itu semula berkerja sebagai PRT. Itu karena, tidak ada lagi harta yang dapat dijual untuk modal usaha. Padahal ibu berbakat untuk membuka usaha. Sebab harta yang sempat dikumpulkan ayah selama ia berkerja sebagai tukang pangkas, habis terkuras untuk biaya berobatnya.

Tidak lama memang ibu sebagai PRT. Seingatku hanya tujuh bulan saja. Sebab majikannya mengangkatnya sebagai asisten salon kecantikan, setelah mengikuti program kursus salon yang dilaksanakan selama tiga bulan. Di tempat usaha salon majikannya, yang juga lembaga kursus tersebut.

Singkat kisah, ibu akhirnya menjadi tenaga terampil setelah profesi itu digelutinya selama lebih kurang tiga tahun. Dalam kurun waktu itu pula ia mengumpulkan empat sertifikat kursus. Yakni Tata Rias Pengantin, Tata Kecantikan Rambut dan Kulit, Tata Busana, dan apa itu ya, lupa aku satu lagi. Dan karena itu pula pada gilirannya, ibu minta izin kepada majikan untuk membuka usaha sendiri.

Persaingan Tidak Sehat Kini ibu menjalani tahun ketiga sebagai pengusaha salon kecantikan. Di sebuah rumah kontrakan, karena ibu belum mampu mengumpul uang untuk mengganti rumah kami yang terjual ketika ayah sakit.

Pada tahun pertama membuka usaha, ya Alhamdulillah. Kebutuhan pangan, sandang, kesehatan dan pendidikan kami, pun tercukupi. Karena memang betul-betul diback up oleh bekas majikannya itu. Diberi pinjaman modal dan dicarikan pelanggan.

Tapi begitu menjalani tahun kedua, tepatnya mulai sembilan bulan yang lalu, usaha ibu terasa goyang. Entah mengapa, pelanggan baru tak nampak, pelanggan lama pun hilang satu persatu. Apakah karena tak ada lagi support dan promosi bekas majikan ibu, karena ia meninggal, atau karena hal lain, aku pun tak bisa memastikannya.

Hanya yang kutahu, ada dua teman ibu sesama binaan bekas majikan ibu itu yang diduga melakukan persaingan tidak sehat. Ibu yang berstatus janda dan kebetulan sering memangkas kaum lelaki, dijadikan tajuk untuk menyebar isu macam-macam.

Ah entahlah. Kalau aku, masih haqul yakin dengan kemampuan ibu menjaga harkat martabatnya. Pastinya, ibu pun sampai terjerat hutang dengan rentenir, karena macatnya penghasilan.

Cincin Pelaris Singkat kisah lagi, mulai empat bulan yang lalu, di jari manis tangan kanan ibu terpasang sebentuk cincin. Batu blue safir dengan ikatan perak Bali.

Karena asing bagiku, kutanyalah ibu. Diakuinya bahwa, batu cincin itu adalah batu milik bekas majikannya, yang dikasi oleh salah seorang anak laki-lakinya setelah sang bekas majikan meninggal. Katanya, sebagai kenang-kenangan. Namun karena yang mengasi, dicurigai ‘ada hati’ dengan ibu, makanya tidak dipakai ibu. Apalagi orang yang dimaksud itu umurnya jauh dibawah ibu.

Tapi itulah, karena kepentingan usaha, cincin itu pun harus dipakai sejak ya itu tadi, empat bulan lalu. Dan sudah bernama ‘cincin pelaris’ made in paranormal Abah Rahman. Sang pemilik account Twitter @Abah Rahman dan Facebook Abah Rahman.

Paranormal Abah Rahman itulah yang mengisi batu cincin tersebut dengan energi pembangkit ketertarikan, melalui sebuah proses olah bathin. Dan untuk kepentingan itu, ibu memberi mahar sebesar Rp 300 ribu.

“Kawan emak yang menganjurkan minta tolong ke Abah Rahman. Karena pengalaman dia hampir sama dengan kita. Usaha hancur, karena dengki orang. Tapi begitu dipakainya cincin pelaris, usahanya pun lancar lagi. Sampai sekarang. Makanya emak pun yakin.” Begitulah kata ibuku waktu itu.

Betul pula. Begitu ibuku memakai cincin pelaris, usaha salonnya berangsur normal. Dan Alhamdulillah, tunggakan uang sekolahku yang sampai enam bulan, terbayar jadinya. Karena itu pula, tak ada halangan bagiku untuk mengikuti Ujian Nasional SMA belum lama ini. Masuk Akal Terus terang, karena penasaran, aku pun sempat mengontak Abah Rahman melalui nomor 0813 7630 6023 miliknya. Tidak bisa kukontak melalui pin BB 214841E6, karena BB ku sudah terjual untuk bayar uang sekolah dua adikku.

Yang kutanya,”faktor apa yang menyebabkan energi cincin pelaris pada batu cincin ibu begitu cepat berfungsi ?” Dijawab Abah Rahman,”karena ibu punya keyakinan bagus, energi batu cincin pun berfungsi bagus.”

Energi batu cincin, kata Abah Rahman, berproses menjadi bagian aura tubuh ibu, ketika batu cincin itu berada di jarinya. Kemudian menjadi magnet yang dapat membangkitkan daya tarik orang untuk membeli apa yang ibu jual atau memakai jasa ibu.

“Tidak lain karena, ibu tidak merasa terpaksa atau dipaksa memakai batu cincin.” Begitu jelas Abah Rahman.

Tentang batu cincin, Abah Rahman telah menyiapkan beragam bentuk untuk dipilih pasien. Tapi boleh saja pasien yang membawa sendiri sesuai dengan selera atau yang dimiliki. Maharnya tetap sama, yakni Rp 300 ribu. Karena yang mau dimahari, bukan batu cincinnya. Melainnya energy supranaturalnya.***