Jumat, 28 Mei 2021

Jampi-jampi Penakluk Abah Rahman

Orangnya biasa saja. Badannya gemuk, besar, tinggi. Tampangnya pun tak tampan-tampan amat. Cuma manis dikit. Untuk ukuran orang Asia, parasnya ponten 6,5. Alias standar kandas. Tapi........

Ada tapinya. Penulis puisi satu ini punya ilmu segudang. Ilmu kebhatinan. Mulai dari pelet penakluk hati sampai pesugihan dan pengasihan. Namanya kesohor di kota ini.

Pelet biasamya digunakan untuk memikat pasangan beda kelamin. Pun ada penarik simpati buat mereka yang selera sesama jenis.

Pelet, biasanya digunakan oleh cowok memikat cewek yang tak suka dengannya. Dimaklumi saja, faktor cowok menggunakan pelet lantaran muka yang pas-pasan dan lainnya.

"Karena wajah pas-pasan itulah, banyak pasien laki-laki yang datang ke Abah. Padahal, cowok tadi kadung cinta sama cewek yang ditaksirnya. Makanya, minta diritual dan diberi jimat jampi-jampi penakluk hati,"kata Abah Rahman. 

"Dijamin, si cewek langsung bertekuk lutut karena pelet dari Abah,"tambahnya.

Selain menguasai jampi-jampi pelet, dukun yang berpraktik di Jalan Halat Gang Umar nomor 1 itu juga mampu mengobati masalah patah hati.

Juga menyelesaikan problem rumah tangga, rezeki seret, karir mandeg, pengasihan, pelarisan, ingin disayang atasan, kunci pasangan, susah dapat keturunan, mendamaikan perkara, dan masalah berat lainnya. 

"Ritualnya bisa dilakukan dari jarak jauh,"ucap Abah Rahman sambil memberikan nomor WA 081376306023, miliknya. (**)

Kamis, 27 Mei 2021

Jimat Politik

Abah Rahman meminta seorang pria gagah menyimpan jimat jelang Pileg, beberapa tahun ke depan. Sebuah kertas diikat benang putih.

Hari sudah senja. Tapi matahari masih saja mengintip, meski jam menunjuk angka 6 lewat belasan menit. Awan di langit bergelayut cerah. Terang.

Di lantai batu, di sebuah pondok, piring kaleng berisi kue dan gorengan, tergeletak. Masih tersisa pisang, ubi dan bakwan goreng. Ada juga cabe hijau. Pelengkap santap gorengan.

Di dekat piring, ada 2 cangkir kopi. Hitam pekat. Ntah punya siapa. Saya baru sampai di pondok itu. Melihat jamuan makan sore di piring kaleng itu, liur saya nyaris terjun bebas.

Tapi saya tahan, karena belum dipersila oleh penunggu pondok, Abah Rahman. Malu, karena belum diijinkan mengunyah gorengan tersebut.

Padahal, perut saya keroncongan hebat. Belum disumpal makanan lagi, selepas makan siang. Kebiasaan saya sekarang, selalu ngemil jelang sore atau senja. Ditemani kopi tentunya.

Di pondok bambu itulah saya menunggu Abah Rahman. Saya tak berani menyantap gorengan itu sebelum Abah Rahman datang. Dia lagi sibuk meritual seorang pria, tak jauh dari pondok.

Setelah ditunggu beberapa lama, Abah Rahman muncul. Saya berharap segera dipersilakan makan dan minum. Tapi ternyata belum. Abah Rahman malah bertanya dari mana saya tadi.

Hmmmm....kesal sedikit sebetulnya, karena cacing dalam perut terus saja berkicau. Minta disulangi panganan yang hangat-hangat.

Abah Rahman, berbeda jelang maghrib itu. Pakai kemeja kotak-kotak dan blangkon. Dia tak menawarkan makanan atau minuman. Dia hanya menyilakan saya duduk dan langsung berbicara tentang jimat.

Tak sopan sebetulnya, memperlakukan tamu seperti itu. Tapi sudahlah, saya coba bendung dulu liur yang kadung terjun bebas tadi. Dari pada nelangsa, menahan keroncongan.

Abah Rahman langsung to do point. Dia cerita soal pria yang baru saja diritualnya. Pria itu naik mobil Mazda warna biru. Orangnya ganteng. Berambut lurus dan kulitnya putih.

Tingginya hanya sepantaran anak SMA kelas 1. Sekitar 168 an sentimeter. Dari penampilannya, saya tebak orang beduit. Abah Rahman bilang pria itu meminta jimat.

Jimat kebal? Tak mungkin. Karena pria itu metroseksual. Tak sangar bak centeng atau preman. Abah Rahman hanya bilang, pria itu butuh 'penguat jiwa'.

Saya bingung. Apa maksud penguat jiwa versi dukun berbadan gempal itu? Abah Rahman menyeka keringat di keningnya. "Alot juga ritualnya,"katanya.

Menurut Abah Rahman, alotnya ritual disebabkan ada orang yang memginginkan kursi pria tadi. Cuma cara menginginkannya ditempuh jalur tak lazim. Cara ghoib. Bukan berkompetisi sehat menarik suara rakyat.

Saya mulai faham. Desas desus bahwa Abah Rahman juga menyediakan jimat, selain pelet dan pengasihan, terbukti.

Saya menanyakan bagaimana cara memperkuat jiwa pria tadi. Tiba-tiba cacing di perut saya, ngomel lagi. Karena tak tahan, refleks tangan kanan menyambar sepotong bakwan nganggur. Meski Abah Rahman belum menyilakan. Saya lahap secepat kilat.

Abah Rahman menjelaskan, jimat memperkuat jiwa diberikan agar posisi pria tadi dikancah politik, langgeng dalam waktu lama. Meski dihadapkan pada pesaing ketat, kursinya tak akan goyah.

"Namanya jimat politik. Biasa dipakai para politisi biar kursinya nyaman dalam waktu lama. Berfungsi juga untuk membuat pejabat atau politisi karirnya moncer, aman dari marabahaya,"kata Abah Rahman.

Seberapa ampuh jimatnya? Wallahulam. Tanyakan langsung sama Abah Rahman. WA saja dia dinomor 081376306023. Karena dia ahlinya. Bukan saya yang cuma menuliskan kisahnya. (Wiku Saptanadi)

Sang Dukun yang Pemalu

"Aku orangnya pemalu, bang. Tak tahu bergaul. Tak bisa membawa diri. Dan tak bisa kerja tim,"aku Abah Rahman, sore semalam.

Mukanya tak sedih saat mengungkap sisi lemahnya itu. Biasa-biasa saja. Nada bicaranya juga datar.

"Semasa kecil aku sering dibully sama kawan sepermainan. Makanya, kemana-mana aku selalu sendirian. Ke tempat-tempat sepi dan keramat,"tambahnya.

Lagi-lagi, nadanya datar. Awalnya saya berharap, Abah Rahman pasang muka sedih. Pura-pura mewek, netesin air mata. Dikit pun jadilah. Biar kelihatan cius (baca serius) wawancara daring dengannya. Tapi nyatanya tidak ehehee......

Itulah pengakuan cenayang Abah Rahman, saat ditanya alasan banting setir. Dari wartawan ke dukun. Dua alam yang berbeda jauh skillnya. Ibarat langit sama sumur. Jauuuuuuuuuuuuuwah nian.

Dulu setamat sekolah, antara 2007-2008 -an lah (kalau salah minta maaf), sebelum jadi dukun dan digelari Abah, dia pernah jadi jurnalis. Tapi nggak lama.

Sekali melamar, beruntungnya, Rahman langsung diterima. Dia pun bergabung di tim redaksi koran kriminal Posmetro Medan. Kantornya di Graha Pena Jalan SM Raja. Persis di seberang gerbang Tol Amplas.

Digembleng oleh orang-orang beretos kerja keras dan tegas. Awalnya, Rahman sempat down. Asanya nyaris pupus. Alasannya ya itu tadi, tak bisa kerja tim. Ditambah, pemalu.

Sementara keredaksian menuntut Rahman dan temam-temannya bisa bekerja bersama dan sama-sama kerja. Rahman berusaha menyanggupi. Tak lantas lempar handuk.

Sebulan, 2 bulan dan berbulan-bulan lamanya, Rahman berusaha beradaptasi. Dia mulai bisa mengikuti ritme kerja keredaksian. Meski, dimomen-momen tertentu dia masih canggung.

Rahman, sejatinya bukanlah pribadi pemalu tulen. Dia masih bisa membuat canda-canda kecil. Walau kadang, jokenya tidak buat orang terpingkal-pingkal.

Saya, kebetulan pernah sekantor dengannya. Tak terlalu akrab. Tapi kami sering ngobrol dengan rekan kerja yang lain.

Pernah suatu waktu, Rahman kedapatan bercanda bersama teman setim. Di koran Posmetro maupun Sumut Pos.

Minimal, candaannya ketika itu, bisa membuat kawan-kawannya melebarkan bibir. Senyum. Rahman memang dikenal irit becakap. Hanya menimpali pembicaraan orang. Itupun sekali-sekali.

Di Posmetro, Rahman pernah dipercaya memenejemeni rubrik Supranatural. Dia lihai memilih artikel-artikel yang bersinggungan hal-hal gaib, klenik. Nah dari situlah, Rahman dikira dukun.

"Dipikir pembaca aku dukun. Pernah ada yang minta berobat, langsung ku iyakan,"aku Rahman.

Rahman pun berlagak dukun yang sudah punya izin praktik. Pembaca yang mengira dia orang pintar, dimandikan. "Kumandikan di pemandian putri hijau, Namorambe,"katanya. Tempat itu adalah tempat favorit ia menyendiri dan melakukan ritual.

Syukurnya, praktik dadakan kali pertama itu berhasil. Rahman dapat salam tempel. Istilah dunia perdukunan ; disalami mahar. Tapi berapa mahar yang ia terima, tak mau dibeberkannya. Rahasia dukun, itu alasannya.

Sejak itulah Rahman mulai kebanjiran job. Menyembuhkan orang-orang yang bermohon disembuhkan dengan ilmu kebathinannya.

"Semua problem pasien kuritualkan di tempat keramat. Melalu foto dan namanya,"ucap Rahman. Sambil mengaku, mulai membuka praktik secara resmi sejak 2009. (Wik)

Rabu, 26 Mei 2021

Cenayang Bucin


Tubuhnya gemuk besar, gempal. Perut rata; rata-rata lemak kamsudnya eheheee. Bibirnya terlihat komat kamit. Entah apa yang dimantrakannya. Seketika orang yang dihadapannya berbinar.

Sirna sudah raut lesu pria ditaksir berusia 40 an tahun itu. Ya beberapa jam sebelum dihadiahii jampi-jampi, pria tadi terlihat hampa. Pikirannya kosong. Menerawang jauh memikirkan seseorang.

"Dia itu Bucin (budak cinta)," kata Abah Rahman sambil tertawa. Saya baru mahfum. Ternyata, orang yang berdatangan ke rumah di Jalan Halat Gang Umar nomor 1 itu, adalah para pasien Abah Rahman.

Salahsatunya, pria sepatu (separuh tua) tadi. Mereka datang dengan harapan sembuh dari sakit hati. Kecewa dan patah hati.

Abah Rahman, satu dari sekian banyak cenayang di kota ini. Bermula didatangi beberapa sahabat, teman, juga kenalan. Pertanyaannya ; sama. Bagaimana sembuh dari luka hati akibat asmara.

Abah Rahman, mantan jurnalis koran ternama itu menyanggupi. Pengobatan jarak jauh dilakukan. Penyembuhan secara kebathinan itupun berhasil.

"Sudah lama Abah membuka layanan untuk penyembuhan sakit bathin. Itu semua disebabkan kebiasaan hidup. Ada yang lebih utama, yaitu bagaimana sikap batin seseorang ketika mengetahui dirinya sedang sakit,"urai Abah Rahman.

Abah Rahman menganalogikan, seekor burung hinggap di ujung ranting. Tak pernah takut rantingnya patah. Bukan karena percaya pada kekuatan rantingnya,. Namun percaya pada kekuatan sayapnya.

Sama halnya dengan kehidupan, kata Abah Rahman. Sebelum seseorang “bangun” dari masalah, maka masalah tetap terus bergelayutan dalam hidupnya.

"Banyak orang terbangun bukan karena kesadarannya. Namun dipaksa oleh kejadian yang kurang sedap. Seperti masalah rumah tangga, perceraian, sakit hati, putus cinta, dan sejenisnya,"ucap Abah Rahman

"Merasa dihina, langsung menuntut. Merasa difitnah, langsung marah. Merasa dilecehkan, meledak. Terus kapan mau mencari solusi?"tambahnya.

Ketika punya masalah, seringkali mencari kambing hitam. Malah menyalahkan orang lain, masa lalu, situasi ekonomi. Bahkan pemerintah terseret-seret disalahkan.

Selama fokus hanya menyalahkan, maka menjadi kehilangan momentum untuk mencari solusi.

Abah menambahkan, Tuhan sudah sangat baik memberi potensi dan membekali anugerah besar kepada Paranormal.
Namun, jika kita tidak mau memanfaatkan dan menguji langsung, maka semua itu tetap menjadi potensi saja.

"Kenapa tidak mencoba membuka diri dan meluaskan hati untuk mendatangi tempat praktik Abah Rahman? Agar mengobati luka hati ketimbang hanya terus meratap dan kemudian malah mati penasaran?"katanya mempromosikan diri.

Abah Rahman mengaku menawarkan pencerahan penting dalam hidup dengan melihat realitas.

"Insya Allah, Abah selalu memberikan kualitas terbaik dari pengobatan seluruh permasalahan cinta dan asmara. Baik itu masalah pasangan, rumah tangga, rasa cemburu, dan juga agar hubungan menjadi rekat dan awet langgeng sampai tua,"ucapnya. (*)