Oleh : Abah Rahman
Boni orangnya nekat. Apa pun yang dilakukannya untuk mengubah hidupnya
ke arah yang lebih baik. Ia memang punya
semangat berkobar, tapi keterampilannya sangat minus. Apalagi, sifatnya tertutup membuatnya sering terhindar dari
pergaulan.
Boni terus berusaha, bekerja apa saja. Ya, hal yang bisa dilakukannya
saat itu adalah sebagai penarik beca di Medan. Saat itu, ia sudah beranak satu.
Penarik beca kian hari makin banyak saja, pun begitu, warga sekarang banyak
yang sudah memiliki sepeda motor yang system pembeliannya lewat kredit.
Praktis, siapapun bisa memiliki sepeda motor dengan mudah.
Ditengah situasi yang tak menentu itu, Boni terus berusaha. Ia pergi
pagi pulang malam, walau hasilnya tak seberapa. Hari-hari dilaluinya dengan
tabah, walau sejujurnya ia sudah sangat tidak betah dengan keadaan ini. Hidup
miskin dan pas pasan.
Puncaknya, ia tumbuh jadi manusia penyendiri. Ketika badanya begitu
lelah, namun sewa didapat tidak kunjung ada, Boni kerap menyendiri. Apa yang
terjadi, terjadilah, begitu pemikirannya saat itu. Ya, disebuah kolam di
kawasan Deli Serdang. Kolam tempat penangkaran ikan air tawar. Lama kelamaan,
perilaku ini sudah menjadi tradisi bagi hidupnya. Merenung sendiri.
Hingga sebuah kejadian aneh menimpanya. Diantara tidur dan tidak, ia
didatangi sesosok wanita. Berpakaian kemban layaknya orang – orang desa tempo
dahulu.
Kedatagannya bersama aroma melati yang menyengat. Boni hanya terpelongo
melihat itui semua. Lamat-lamat wanita itu memandangi Boni. Dari ujung rambut
sampai kaki. Nyaris tak berkedip.
Boni hanya diam. Dengan lemah lembut, wanita gaib itu menanyakan kenapa
Boni kerap datang ke kolam itu. Boni diam saja. Pelan-pelan, ia menceritakan kesusahan
hidupnya. Oleh wanita misterius itu, keluhan Boni didengarkannya begitu serius.
Sejurus kemudian dengan senyuman begitu manis, Boni diberikan dua angka. Ya,
angka keberuntungan. Namun Boni dilarang untuk membeli banyak. Hanya sepuluh ribu
saja. Dan, dengan keyakinan penuh, Boni membeli nomor keberuntungan itu.
Hasilnya ? Nembus. Hip hup hura. Alangkah senangnya Boni. Dengan duit segitu,
ia bisa belanja sepuasnya untuk keperluan hidup.
Kini hari hari Boni dihabiskan di kolam itu. Ia tak menaiki becak lagi.
Sebuah kreta metik sudah berhasil dibelinya. Ketika ia mengunjungi kolam itu,
ia selalu mengatakan kalau ada ritual kecil. Apalagi kalau tidak ingin bertemu
perempuan gaib itu. (***)