Kamis, 26 Mei 2016

Sepenggal Kisah Wanita Pemijat


 Pelanggannya biasa memanggilnya Tunas, singkatan dari Tukang Nasihat.
Karena memang wanita kelahiran Semarang 31 tahun lalu itu adalah
seorang tukang pijat (pemijat) sekaligus wanita malam, yang kerap
menasihati pelanggannya setiap kali kecan.

 Kepribadian seperti itu pulalah yang menyebabkan Tunas dimusuhi
teman-temannya sesama tukang pijat dan wanita malam, sehingga pada
gilirannya dia harus berurusan dengan paranormal Abah Rahman, dan
kemudian jatuh ke pelukan seorang pengusaha warga Medan.

Ceritanya begini. Tunas yang semula dipanggil Imas itu harus merantau
ke Medan dari Indramayu kampung kelahiran ibunya, karena cerai dengan
suaminya. Tunas diboyong ke Medan oleh saudara sepupunya pada tahun
2014, untuk melakoni kerja sebagai tukang pijat, seperti yang dilakoni
saudara sepupunya itu sejak pertengahan tahun 2013. Sementara seorang
anak Tunas yang kini kelas 6 SD, diurus oleh neneknya di Indramayu.
Pada awalnya Tunas tinggal di sebuah panti pijat di sebuah kawasan
Medan bersama sepupunya itu. Tapi hanya berlangsung tujuh bulan,
karena Tunas diusir oleh saudara sepupunya sendiri, karena dianggap
saingan bagi sesama tukang pijat. Sekaligus dinilai sebagai biang
berkurangnya pelanggan panti pijat. Loh kok begitu ? Ya, karena
kebiasaannya menasihati orang, pelanggan panti pijat yang pria yang
memang membutuhkan hal seperti itu, semua ingin dilayani Tunas.
Padahal sebagian besar diantaranya, adalah pelanggan lama teman-teman
Tunas di panti pijat. Inilah yang menyebabkan Tunas dianggap saingan.
Karena kenyataannya Tunas, bisa menjadi teman curhat kalangan
pelanggan pria tertentu, sekaligus pemberi solusi. Sedangkan  pria
yang muak dengan ‘ceramah wanita’, justeru tidak lagi datang ke panti
pijat itu setelah berurusan pemijatan dengan Tunas. Mengapa ? Bisa
dibayangkan betapa muaknya seorang pelanggan pria, ketika disuruh
pulang oleh Tunas, karena uang yang dipakainya untuk pijat diakui
merupakan penghasilan untuk belanja keluarga atau untuk keperluan
pendidikan anak. Dan, bisa pula dibayangkan betapa pitamnya sang
pelanggan ketika ditolak mesum oleh Tunas, dengan berbagai macam
alasan.

Alasan yang sering dilontarkan Tunas diantaranya, tidak bisa melayani
pria yang istrinya masih sehat, atau masih setia. Tidak bisa melayani
pria yang ibadahnya bagus, karena doanya didengar Tuhan. Tidak bisa
melayani pria yang prilaku seksnya menyimpang. Alasan-alasan itulah
yang membuat pelanggan tercengang, bahkan ada yang sempat meluapkan
emosi, dan kemudian memilih untuk tidak lagi berlangganan di panti
pijat itu. Inilah yang menyebabkan Tunas dinilai sebagai biang
berkurangnya pelanggan oleh pengelola panti pijat dan teman-temannya.

 Terapi Abah Rahman Singkat cerita, akhirnya Tunas memilih menjadi
‘wanita kafe remang’, setelah tidak lagi tinggal di panti pijat. Tunas
pun kost di sebuah rumah di kawasan Medan Amplas. Ini langkah yang
ditempuh Tunas, seperti yang disarankan seorang pelanggan setianya di
panti pijat. Namun karena kepribadiannya yang ‘lancar lidah’ itu,
kejadian sama pun dialaminya. Tunas pun dimusihi teman-teman
sesamanya, dan pada pertengahan tahun 2015 lalu, Tunas harus berurusan
dengan paranormal Abah Rahman, karena konon ceritanya, kena mistik.
Tunas pun mengakui, selain pernah dijambak oleh beberapa orang
temannya, dia pernah seperti orang yang kehilangan energi. Tidak bisa
memijat karena lemas, tidak bisa pula ‘melancar lidah’ karena kelu.
Oleh paranormal Abah Rahman yang dikenalnya lewat pertemanan di media
sosial, Tunas pun diterapi dalam masa dua minggu. Di tempat praktek
sang paranormal pemilik ponsel 0813 7630 6023 dan pin BB 214841E6 itu,
Abah Rahman tidak pula mau memberitahu apa nama mistik yang menghantam
Tunas, dan siapa pelakunya. Yang dilakukan paranormal asal kota
Tanjung Balai itu, hanya mengatasi masalah dan memberi solusi. Masalah
yang diatasi Abah Rahman yang sempat berprofesi sebagai wartawan itu
adalah, pertama, membuang pengaruh negatif dari mistik. Kedua,
‘menginstal’ ulang energi diri Tunas. Ketiga, memaksimalkan fungsi
energi diri dalam tubuh Tunas, supaya tidak hanya berfungsi sebagai
penggerak seluruh anggota tubuh, tetapi juga menjadi penangkis jika
ada energi negatif yang menyerang. Istilahnya pagar diri. Makanya
terapi membutuhkan waktu hingga dua minggu. Adalah pelanggan saat di
panti pijat itu yang mengantar Tunas ke tempat praktek Abah Rahman
pada pagi hari, dan menjeputnya pada siang hari dengan mobil. Dan
ternyata, sang pelanggan Tunas yang kita sebut saja namanya Pulan itu,
berminat pula memahari pagar diri dari Abah Rahman. Pulan adalah pria
beristri dengan anak empat orang, yang kesehariannya pengusaha
proferti, dan juga pemborong. Karena beberapa faktor, dia terpaksa
menjalani masa tumpur, dan beralih ‘tempat menghilangkan suntuk’ dari
hotel ke panti pijat. Pakai Cincin Abah Pada hari terakhir terapi,
Tunas dan Pulan masing-masing memahari cincin pelaris made in Abah
Rahman. Karena yang sudah ditekatkan Tunas adalah ‘pensiun’ dari dunia
malam dengan berbagai ragam aktifitasnya, untuk membantu Pulan
menjualkan sejumlah ruko yang posisinya sedang tidak diminati. Rupanya
bak kata pepatah, pucuk dicinta ulam pun tiba. Dalam rentang waktu
tidak sampai setengah tahun, harapan Pulan tercapai. Energi tingkat
tinggi yang ada di cincin pelaris yang dipakai Tunas maupun Pulan,
dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Mampu mempengaruhi pikiran dan
perasaan seseorang untuk meminati ruko yang ditawarkan kepadanya.
Bahagia Bersama Dari sekian jumlah ruko yang ditawarkan duet Tunas dan
Pulan, hanya satu yang tersisa. Karena memang menjadi tempat tinggal
sekaligus tempat usaha baru Tunas dan Pulan, setelah mereka memutuskan
menikah. Jadilah Tunas sebagai istri simpanan sang pengusaha itu. Anak
Tunas yang di Indramayu kini sudah tinggal bersama mereka dan sekolah
di sebuah sekolah swasta, karena mereka berhasil merangkai
kebahagiaan. Dan kebiasan Pulan ‘melancar lidah’ bisa pula
dilanjutkannya, tanpa tantangan yang berat. Hanya saja objeknya sudah
berubah. Tidak lagi pelanggan pijat atau pelanggan café remang,
melainkan teman-temannya dulu. Mengapa ? Doa Abah Rahman agaknya
terkabul. Orang yang pernah menjabaknya, termasuk sejumlah orang yang
mengaku ‘memistik’ Tunas, dengan menggunakan jasa seseorang, sudah
mengakrabkan diri dengan Tunas.  Dan mereka lah objek ‘melancar lidah’
bagi Tunas. Yang membahagiakan, sudah ada tiga atau empat orang yang
rela ‘pensiun’ dari dunia panti pijat atau dunia malam, untuk menekuni
kegiatan sebagai sales produk kesehatan , usaha yang dikelola Tunas.
Itu karena, ‘kelancaran lidah’ Tunas memberi nasihat-nasihat.

 Mereka sementara ini tinggal bersama Tunas. Demikian yang diceritakan
salah seorang sales produk kesehatan tersebut, ketika dia datang ke
praktek Abah Rahman, untuk memahari cincin pelaris sebagaimana yang
disarankan Tunas. (***)