Sabtu, 24 Maret 2018

Guna-guna Pelakor Rontok di Tangan Bolang Naga

SEGALA berkah dan bala itu memang takdir dari Yang Maha Kuasa. Tapi sepanjang nyawa masih menyatu dengan badan, hakekatnya wajib hukumnya untuk terus melakukan ikhtiar, tak terkecuali lewat jalan supranatural.

Demikian pesan Abah Rahman jelang menggelar ritual asah batin di sebuah ceruk hulu Sungai Deli di Kecamatan Namorambe, Deliserdang, Sumatera Utara, belum lama ini. Pesan itu selalu dilontarnya pada setiap orang yang meminta bantuan dunia okultisme darinya. "Misi saya adalah menolong orang, membawa kebaikan dalam hidup mereka. Hari ini saya bicara pada
orang-orang yang dirundung masalah, dan besok lusa saya merasa senang karena mereka telah merasa lebih baik dan sudah tahu bagaimana melindungi masa depannya. Kekuatan saya terletak pada kepercayaan orang lain. Syukur, lewat keahlian ini, sekarang makin banyak orang yang memercayai saya," katanya.

Begitulah. Kali itu, di tepi sungai itu, Abah Rahman mengerahkan kemampuannya sebagai cenayang guna menyelamatkan harmoni keluarga Ny Rika Amran (43), yang suaminya belakangan ini di bawah pengaruh kuat guna-guna seorang wanita pelakor. Ibu 3 anak itu tinggal di sebuah komplek perumahan beken di Kota Medan. Ceritanya, hampir enam bulan sudah suaminya yang pengusaha travel kepincut oleh seorang wanita yang secara lahir tampak masih kalah elok dengannya. Itu terlihat dari foto sang wanita pelakor -termasuk foto suami Ny Rika- yang saat itu dipegang Abah Rahman.

"Mari, Bu, kita mulai, waktunya sudah tiba," ajak Abah Rahman pada wanita yang sedari tadi berdiri di sampingnya. Ia memandu prosesi ritual di atas sebuah batu besar di depan areal ceruk tersebut. Sambil duduk bersila, mereka pun mulai coba
memusatkan pikiran. Pikiran itu diarah menyucikan jiwa. Suci bersih tak ada noda. Bebas dari kegelapan hati. Gemercik riak air Sungai Deli serta semilir angin membelai pohon-pohon kapuk dan bambu muda di sekitar lokasi itu menjadi saksi ritual
mereka.

Dan tak sampai 15 menit kemudian, Abah Rahman mengambil beras kuning dan bunga tabur di samping sila kakinya. Bunga dan beras itu digenggamnya. Ia pun melanjutkan renung dalam semedi. Memanjatkan doa, melakukan permohonan. Ia merenungkan Bolang Naga. Makhluk sakti itu dalam renungannya diarahkan pada mata. Dan disemayamkan di biji mata. Lalu apa yang kemudian terjadi?

Tak lama berselang, (percaya tak percaya) alam pun nampak tak mau diam. Hujan rintik-rintik turun. Langit di atas kepala 2 orang duduk bersila itu mulai menghitam. Dan sejurus kemudian, guruh memecah langit. Siapa sebenarnya Bolang Naga, sosok gaib di balik meditasi Abah Rahman?

Bolang Naga adalah penguasa gaib wilayah itu. Dalam mitologi Kerajaan Aru Baru, sosoknya teridentifikasi sebagai Mambang Diyazid, saudara Putri Hijau yang berwujud naga (Baca 'Pasar Dedemit Pancur Gading : Rajin Nyajen, Niat Terkabul').  Dalam mitologi yang dipercaya itu, Mambang Diyazid atau Bolang Naga mokswa di alur sungai itu. Sosoknya yang dianggap mewakili jati diri 'manusia tanpa cela' membuatnya mengutamakan keluhuran budi. Selalu mengingatkan yang salah jalur untuk kembali
ke jalan yang benar. "Dan (kekuatan sang Bolang itu) yang mulai merontokkan guna-guna dari wanita lain dalam rumah tangga ibu (Rika) ini," jelas Abah Rahman, seusai ritual. Benarkah?

"Ya, hasilnya 2 Minggu (terakhir) ini memang sudah nampak. Suami saya setiap hari sudah kembali pulang ke rumah. Biasanya dia hanya pulang seminggu sekali. Dia juga sekarang selalu marah asal saya sebut nama (wanita) selingkuhannya itu. Dan itu sangat tak biasa. Guna-guna dari wanita simpanannya memang nampak mulai hilang," beber Ny Rika, tampak
girang.

"Ini tinggal ritual kirim sajen saya aja setiap hari ke tempat ini. Kebetulan, saking senang sekaligus wujud syukur, ini saya singgahi. Biasanya saya cukup transfer (duit) dan Abah Rahman sendiri yang membeli sesajen dan menjalankan ritual ini,"
tandasnya. Kebenaran memang selalu mengalahkan kebatilan, tak terkecuali kejahatan lewat mistik. (Sal)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar