Kamis, 03 Februari 2022

Abah Rahman Bereskan 1000 Kasus Perselingkuhan

           
DIDOMINASI lelaki sebagai pelaku, Abah Rahman diketahui telah membereskan lebih seribu kasus perselingkuhan dalam rumah tangga. Itu dilakukannya selama rentang tahin 2009 sampai sekarang. Ini cukilan testimoni soal itu.                               


"Dengan Abah Rahman, saya telah menemukan harapan baru bagi masa depan saya, suami, dan anak-anak kami. Awalnya saya tak percaya dengan hal-hal yang berbau gaib. Tapi sekarang, dengan dukungan karomah dari dunia gaib, saya dan keluarga selalu merasakan kebahagiaan dalam rumah tangga. Suami saya sudah tak lagi main gila," demikian Ny. Rohaya (47), warga Jalan Harmonika, Padang Bulan, Medan. Pengakuan ibu tiga anak itu dilontar dalam acara "12 Tahun Abah Rahman Melayani dengan Batin" di Medan, Desember 2021.  Bersama lima pasien lain dalam masalah beda, di situ Ny. Rohaya berkisah soal hancurnya rumah tangganya saat sang suami berselingkuh. "Ada sekitar tiga tahun (hidup) saya cem orang gila sebelum akhirnya saya bertemu dengan Abah Rahman," imbuh Rohaya di acara yang digelar sederhana di tempat praktik sang paranormal (Jalan Halat Gang Umar No.1 Medan).  

"Tiga tahun suami saya (hidup) dalam cengkeraman perempuan simpanannya," sambung Rohaya lagi. Usut punya usut, suami Rohaya tak semata kena jerat asmara sang simpanan. Ayah tiga anak itu juga terkena ajian guna-guna.                   


Menurut Abah Rahman, 'guna-guna' sang wanita simpanan itu bukanlah ajian sembarang. "Yang dulu menjerat hati suami ibu (Rohaya) ini  adalah 'guna-guna' yang dikenal hebat milik salah satu suku di Sumatera ini," jelas Abah Rahman soal kasus mistik keluarga Rohaya. Beruntung, lewat dukungan banyak karomah gaib, Abah Rahman akhirnya berhasil melepas suami Ny. Rohaya dari belenggu 'guna-guna' sakti itu. "Ini sampai sekarang bacaan (sakti) dari Abah (Rahman) tetap saya simpan dan masih terus saya baca pada waktu-waktu tertentu," sambar Ny. Rohaya soal bait-bait rapalan penghancur 'guna-guna' istri muda itu. Terangkai cukup panjang, bait rapalan itu diketahui berbahasa Jawa kuno. Guna merebut kembali sang suami, 'mantra' panjang itu dibaca Rohaya saban malam selepas wanita ini melakukan ritual mandi khusus. "Tak sampai dua bulan saya rutin melakukan ritual dan membaca rapalan itu, suami saya akhirnya kembali ke rumah dan tak pernah meninggalkan saya  dan anak-anaknya lagi," tutur Rohaya. Inilah 'seribu' bait rapalan sakti penghancur 'guna-guna' istri muda itu. Selain Rohaya, rapalan ini juga diketahui telah menyelamatkan banyak rumah tangga yang sebelumnya didera badai perselingkuhan. Inilah bacaan kuno itu.                                           
"Sun amatek ajiku...(sebutkan nama lengkap orang yang mau diobati). Wayahipun tumuruna, ngaubi awak mami, tur tinuting bala, pinacak suji kembar, pipitu jajar maripit, asri yen siyang, menyeramkan kalane wengi.
Duk samana akempal kumpuling rasa, netraku dadi dingin, netra ingsun emas, puputihe mutiara, ireng-ireng wesi manik, ceploking netra, waliker uda ratih.
Idep ingsun kekencang bang ruruwitan, alisku sarpa mandi, kiwa tengen pisan, cupakku surya kembar, kedepku pan kilat tatit, kang munggeng sirah, wesi kekenten adi.
Rambut kawat sinomku pamor anglayap, batuk sela cendani, kupingku salaka, pilingan ingsun gangsa, irungku wesi duaji, pasu kulewang, pipiku wesi kuning.
Watu item lungguhe ing janggut ingwang, untuku rajeg wesi, lidah wesi abang, aran wesi mangangkang, iduku tawa sakalir, lambeku iya, sela matangkep kalih.
Guluku-ningsun paron wesi galigiran, jaja wesi sadacin, pundak wesi akas, walikat wesi ambal, salangku wesi walulin, bauku denda, sikutku pukul wesi. 

Asta criga epek-epek ingsun cakra, cakar wok jempol kalih, panuduh trisula, panunggulku musala, mamanisku supit wesi, jentikku iya, ingaran pasopati.
Bebokongku sela ageng kumalasa, akawet wesi gilig, ebol-ingsun karah, luput denda kang tinja, balubukan entut mami, uyuhku wedang, dakarku purasani.
Jembut kawat gantungaku wesi mentah, walakang wesi gapit, pupu kalataka, sungsum ingsun gagala, ototku gungane wesi, ing dalamkan, ingaran wesi.
Sampun pepak sarira-ningsun sadaya,
samya pangawak wesi, pan ratuning braja, manjing aneng sarira, tan ana braja ndatengi, dadya wiyana, ayu sarira mami.
Ana kidung sun-angidung bale anyar, tanpa galar asepi, ninis samun samar, patining wuluh kembang, siwur burut tanpa kancing, kayu trisula, gagarannya calimprit.  Sumur bandung sisirah talaga mancar, tibeng jaja ajail, dinding endas parah, ulur-ulur liweran, tatambang jaringing maling, dadal dadnya, gagulung ing gagapit.


Naga raja pangawasan manik kembang, kembang gubel abaji, tajem neng kandutan, udune sarwi nungsang, kurangsangan angutipil, angajak-ajak." (*) 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar