Sabtu, 23 Februari 2013

Tiap Malam Jumat Kliwon Lakukan Tapa Kumkum di Sungai Ular


 Mendatangkan Rezeki  dan Pengasihan

Jika Anda pencinta dunia gaib, dan ingin mendapatkan sensasi batin yang tenang, lakukanlah tapa kumkum. Ada banyak sensasi di sana.
Sedikit berbagi cerita, Abah Rahman punya kebiasaan dalam laku ritualnya. Saban malam Jumat Kliwon, di tempat seorang sepuh, ia melaksanakan ritual tadi. Tapa Kumkum  alias berendam di air waktu malam tersebut dilaksanakannya di  Kampung Sekepal,  Kecamatan Galang, Deli Serdang. Tepatnya di aliraran Sungai Ular.
“Sudah seperti agenda rutin, tiap malam Jumat, bersama teman teman, saya senang melakukan ritual Tapa Kumkum di Sei Ular. Persis tengah malam, acara itu digelar. Ya, suasananya santai tapi syahdu,” ujar Abah Rahman menerangkan.
Ritual tapa kumkum itu dipimpin oleh sesepuh setempat, Ki Misroni namanya. Olehnya, orang orang yang ingin melaksanakan tapa kumkum, disuruhnya untuk berdiri menahan arus sungai. Kebetulan  ruas sungai tersebut tidak terlalu dalam dan berdasar pasir.
“Selama melaksanakan ritual tersebut, kami disuruh berdoa. Minta pada Tuhan Yang Maha Esa, Mendatangkan rezeki dari seluruh penjuru mata angin, dan memakrifatkan derasnya air sungai tersebut, seperti itulah rezeki datang,” imbuh Abah Rahman kemudian.
Melihat referensi supranatural, tapa kumkum punya sejarah dan manfaat tersendiri.  Lelaku ini berasal dari tanah Jawa. Boleh dibilang, merupakan salah satu lelaku favorit dalam mencari berkah. Dasar  lelaku ini mengacu pada tapa selama 9 tahun dari seorang wali asli dari suku Jawa yakni Kanjeng Sunan Kalijaga . Ketika beliau bertapa di tepi sungai atas perintah Sunan Kudus.  Atau mereka yang berasal dari aliran Kejawen atau Islam Kejawen akan merujuk pada kisah heroic dari sang Werkudara alias Bima yang dengan penuh keiklasan menyelam ke dasar samudra untuk mencari air perwitosari alias air kehidupan atas order maha resi Durna.
      Dari segi ilmiah ada alasan tertentu kenapa beberapa kelompok merasa nyaman berendam alias tapa kum kum di aliran sungai, yakni karena alasan bahwa tubuh manusia 75% lebih terdiri dari cairan yakni darah dan  mereka mencoba mengisolasi diri di dalam air dan berkomunikasi dengan keadaan air sehingga segala penyakit yang timbulnya dari cairan alias darah dapat dinetralisir dalam tempo hitungan yang singkat.
Sedangkan dari segi metafisika atau alasan kebatinan , para penggemar tapa berendam mengakui bahwa dengan tapa berendam di dalam air ataupun cuman sekedar sebatas leher mereka menemukan suatu dunia yang murni di dalam air. Karena air adalah media yang mujarab dalam menemukan sebuah jalan atas nama sejatining urip atau daya urip dalam hitungan singkat. Dan ada satu hal yang mesti kita hadapi jika kita berendam di dalam air yakni rasa takut akan dalam sebuah kolam air atau sungai, rasa takut akan dinginnya temperature air di waktu malam dan rasa takut melihat segala bayangan ketika kita sedang berproses berendam di dalam air.
      “Cobalah lakukan sesekali tapa berendam ini, walau pun sebentar. Kita akan mendapatkan sesuatu yang menenangkan batin dan membuat diri selalu bahagia,” kata Abah Rahman sambil tersenyum. (red)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar