Senin, 07 Maret 2022

Abah Rahman UngkapTetesan Darah Santet

PERUBAHAN sifat istri dari lembut menjadi jealous dan suka marah tak karu-karuan membuat karier suaminya hancur lebur. Inilah kisah sebuah rumah tangga diserang santet. 

Kisah nyata ini datang dari pasangan suami istri, sebut saja Ryan (36) dan Asih (31). Mereka tinggal di kawasan Tanjung Anom, Deliserdang.

"Mencelakai orang melalui benda-benda tertentu yang dikirim ke dalam tubuh korban, agar yang bersangkutan binasa. Bukan. Ini jenis santet yang tak begitu," jelas Abah Rahman, baru-baru ini, soal santet yang menyerang rumah tangga Ryan dan Asih. 

"Untuk semua (orang) yang datang ke saya, mau dia bersusuk, pelet, ilmu kebal, mendongkrak bisnis yang lesu, hingga urusan santet, selalu lebih dulu saya jelaskan bahwa dia harus yakin (dengan saya). Kalau tak bisa yakin, tak usah ke sini. Itu sangat penting karena dalam dunia mistik, keyakinan yang kuat akan mengalahkan segalanya. Itulah yang disebut spirit, yang mempunyai energi ekstra dalam menghadapi berbagai aral dan onak kehidupan. Keyakinan atau spirit tidak bertumpu pada akal atau kalkulasi logis. Spirit bertumpu dengan hitung-hitungan rasa. Dan spirit yang kuat itu kan menguasai batin. Jadi beruntung mas (Ryan) dan mbak (Asih) ini bisa menumbuhkuatkan keyakinannya hingga problem mereka pun kelar," beber Abah Rahman.

Penjelasan itu terjadi persis saat Ryan dan Asih (kembali) menemui sang cenayang guna mengucap terima kasih. 

Ya, Abah Rahman berhasil merontokkan serangan santet terhadap pasangan itu. Dan seperti banyak kasus santet, sang pelaku --selain dukun bayarannya-- bukanlah orang jauh dari lingkungan hidup korban. 

"Kami tak menyangka pelakunya dia," sambung Ryan. Ayah satu anak ini pun bercerita. 

"Sebelum menikah dengan saya, istri saya ini sempat berpacaran dengan cowok yang dulu teman satu kerjanya."

Asih dan Alex --sebut saja begitu sang pelaku santet-- dulu bekerja di sebuah gerai ponsel terkenal di kawasan Simpang Limun, Medan.

"Istri saya," imbuh Ryan, "cukup lama berpacaran dengan dia (Alex, red). Lebih dari 4 tahun. Mereka juga sempat berencana untuk menikah. Tapi saat itu nasib lalu mengantar saya kenal dengan istri saya. Kami kemudian pacaran. Hanya 3 bulan (pacaran) kami pun menikah. Itulah yang membuat dia sakit hati. Tapi saat itu kami tak yakin dia sakit hati, karena dia datang di pesta (pernikahan) kami."

Begitulah. Sebulan menikah, Asih langsung positif hamil. "Tapi seiring itu, sifatnya yang lembut dan sabar berubah. Istri saya jadi gampang marah. Soal sepele dibuatnya jadi besar. Jealous-nya terhadap saya pun makin tak karu-karuan. Tapi saya pikir itu wajar karena dia sedang hamil."

"Tapi sampai kami mendapat anak, kelakuannya, apalagi jealous-nya semakin menjadi-jadi. Dia terus meyakini saya punya (cewek) simpanan. Tapi itu tak pernah ada secuil bukti pun didapatnya.Ya karena memang saya tak pernah selingkuh! Tapi keyakinan konyolnya itu semakin menjadi-jadi hingga istri saya terus-terusan melabrak saya di kantor." 

"Dan akhir dari perbuatan gilanya itu : bos memecat saya! Saya pun jadi pengangguran. Ekonomi kami kontan hancur. Tapi meski sudah begitu, rumah tangga kami jadi makin sering gadoh. Itu karena istri saya terus yakin saya punya (cewek) simpanan. Ah, hancur leburlah (rumah tangga). Kasihan anak kami."

"Saat saya galau tak genah-genah itulah, paman saya bercerita soal Abah (Rahman). Katanya, problem seperti saya alami juga dialami teman kerjanya. Dan problem teman paman saya itu beres setelah berobat ke Abah.  Dia pun menyarankan saya dan istri cepat mendatangi Abah."

"Hampir sebulan setelah saya mendengar cerita serius paman itu, saya baru berhasil membujuk istri saya. Kami pun menemui Abah."

"Dan baru sekitar 10 menit bertemu Abah, cerita paman itu pun makin saya yakini (kebenarannya). Itu karena baru saya dan istri mengenalkan nama kami, Abah sudah langsung tahu masalah kami. Dia langsung menyebut kami telah dikerjai orang. Disantet, pasnya. Disantet agar kami berpisah."

"Tanpa panjang lebar, saat itu juga Abah minta diantar ke rumah kami. Dia yakin petunjuk soal serangan santet itu ada di rumah kami."

"Dan ternyata memang benar. Dari atas plafon kamar kami Abah pun menemukan setumpuk tanah. Katanya itu tanah kuburan. Belakangan (soal temuan aneh itu) istri saya mengingat kejadian lama."

"Ceritanya, saat saya tak di rumah, istri saya memang pernah mendengar suara seperti ada pasir atau tanah dituang di atas plafon kamar kami. Kejadian itu katanya berlangsung sampai beberapa malam. Kami memang tinggal di perumahan yang masih baru, jadi tidak punya tetangga. Benar-benar masih sepi perumahannya."

"Tak cuma tanah kuburan, temuan Abah berikutnya malah makin seram. Kami menemukan bekas tetesan darah di tepi teras rumah. Tetesan darah serupa juga ada di sudut teras."

Semua kronologi yang dibeber Ryan diamini Abah Rahman.

"(Tanah kuburan dan tetesan darah manusia) itulah yang menjadi media (santet) hingga rumah tangga mas (Ryan) dan mbak (Asih) ini yang tadinya adem ayem berubah jadi gak tenang. Sering ribut, benar-benar gak harmonis, bahkan suami jadi hilang pekerjaan. Sadis memang!" potong Abah Rahman. Lalu apa solusi dari spiritualis ini?

"Hari itu juga, dari rumah kami kembali ke tempat praktek Abah. Di sana, saya langsung disuruh mandi. Dan sehabis mandi itu, saya benar-benar ngerasa segar. Pokoknya bedalah dari sebelumnya, badan saya juga berasa enteng.Istri dan anak kami juga bergantian mandi dengan air khusus dari Abah. Sebelum mandi, kami tentu harus berdoa dulu."

"O iya, ada yang beda saat istri saya mandi. Tiba-tiba dada dan punggungnya katanya sakit sekali kayak ada yang nonjok. Tapi sehabis mandi, sakitnya hilang dan badan terasa enteng. Sejak ritual itu rutin kami lakukan, akhirnya istri saya mendadak gak suka marah-marah lagi. Dia seperti kembali ke dirinya sebenarnya. Padahal sebelum mandi, dia selalu emosian sekali. Bawaannya mau marah mulu."

"Nah soal mantan pacar istri saya itu, Abah Rahman meminta kami memaafkannya. Tapi belakangan, saat kini rumah tangga kami kembali rukun dan saya pun telah dapat kerja lagi, daerah rumah cowok itu pernah kami datangi. Dan menurut beberapa tetangganya yang kami tanyai, dia (Alex -red) kini masuk rumah sakit jiwa. Ibunya mengantarnya ke sana karena belakangan tingkah lakunya mendadak aneh. Kami pun tak lagi pernah memikirkannya. Yang penting, rumah tangga kami harmonis. Terima kasih Abah..." (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar