Sabtu, 18 Desember 2021

Dukun AS, Abah Rahman, & Mistik 'Suluk Cinta' (2)

Di TKP Ritual Ini, Jangkrik                        Pun Tak Berani Berbunyi                                                                                
AKSI ritual 'menyucikan' khodam Dukun AS bukanlah tanpa sebab. Ya, ekspedisi gaib Abah Rahman ini terjadi bukan karena 'tanpa angin tanpa hujan'.  Ini  ulasannya.                                             

Semua berawal dari sebuah sore, akhir Juni 2021. Dua penghuni Komplek Citra Wisata, Medan Johor, mendatangi Abah di 'pesanggrahannya' (Jalan Halat Gang Umar No.1 Medan). Wajah mereka tegang saat bercerita. Apa gerangan?                                            

Dua pemuda yang minta identitasnya ditutup rapat itu mengaku menghadapi serangkaian kejadian bernuansa mistik di rumah kerabat mereka. Sudah hampir sebulan mereka tinggal sementara di rumah itu. Selama itu pula teror gaib terjadi. Mereka yang bertalian saudara itu pun bercerita.                                     

Peristiwa sering terjadi di lantai dua. Di lantai berteras itulah letak kamar mereka. Di sinilah ragam suara mengerikan itu mereka dengar, nyaris saban malam. Meski bukan adegan penampakan, teror suara saja telah membuat mereka takut setengah modar.                                                     

Awalnya, tutur mereka, suara-suara gaib itu terdengar seperti rengeng-rengeng. Ngeng....ngeng...ngeng...Itu sering terjadi di atas jam 12 malam. Tapi lamat-lamat, rengeng-rengeng itu terdengar berpadu dengan suara orang-orang semacam nyanyi. Nyanyi yang menyedihkan. Diiringi jerit tangis mistis, nyanyian di sana sini   itu jelas terdengar seram. Keseraman yang nyaris menjadi irama rutin tengah malam itu semakin menakutkan saat terjadi di antara gemerisik  dedaunan tertiup angin. Kalau sudah begitu, jerit tangis serta lolongan minta tolong pun terdengar kian menggema di mana-mana. Apa biang peristiwa itu? Adakah penyebabnya makhluk astral penghuni rumah itu? Bukan.                                  

Guna menyingkap keanehan itu, malam harinya, Abah Rahman pun dibawa ke rumah dua pemuda itu. Nah, teras lantai atas rumah itu ternyata menghadap ke Cadika. Ini areal bumi perkemahan seluas lebih 25 hektar yang dike
l mistis. Tak hanya rerimbunan pohon-pohon besar, di areal hijau itu juga terdapat telaga eksotis. Telaga Paya Badau. "Telaga ini awalnya  kawasan rawa. Di dalamnya ada mata air yang bersumber dari Sungai Babura (di belakangnya)," kata Abah Rahman setiba di kawasan rumah dua pemuda itu. Cadika atau Telaga Paya Badau bersebelahan dengan Komplek Citra Wisata. "Peristiwa mistik terkenal di areal ini ya dimulai sejak danau atau telaga itu dibuat. Di situlah areal penuh makhluk halus ini mulai 'diacak-acak' manusia. Akibatnya, yang saya tau saja, tiga      buldoser yang dulu mengeruk dan melebarkan tanah rawa itu tiba-tiba amblas. Buldoser-buldoser itu jadi separuh tenggelam. Beberapa saksi menyebut penampakan sosok ular besar muncul dan menarik tiga buldoser itu ke dalam rawa. Akhirnya, tiga alat berat itu baru bisa terangkat setelah seorang dukun perempuan tua turun tangan. Tiga buldoser itu terangkat berkat ritual '7 rupa benang'," beber Abah Rahman seraya menyebut, ular besar penunggu Telaga Paya Badau adalah bagian dari laskar Naga, saudara tua Puteri Hijau. Karena sejarah mistik areal itulah sejak  awal dia tak heran mendengar laporan dua pemuda tersebut.                       

Begitulah. Abah Rahman pun tiba di rumah dua warga itu. Posisi rumah sasaran teror gaib ini berada di barat laut belakang Cadika, mendekati Sungai Babura. Beda dengan aura telaga atau wilayah depan Cadika, menurut Abah Rahman kawasan belakang areal itu melulu dipenuhi makhluk halus berenergi negatif. Itulah yang membuat                                              keasrian Cadika ditatap siang hari dari lantai atas rumah ini kontras ketika malam. Semakin malam, keremangan Cadika kian mengantar bayang-bayang   seram. Setidaknya, begitulah hasil terawang batin Abah Rahman usai tepekur beberapa saat di teras atas rumah itu. Pengakuannya kontan diamini dua pemuda itu. Bahkan pada malam tertentu, menurut mereka, jangkrik pun tak berani berbunyi. "Saya bukan dukun aliran hitam. Karena itu sedari tadi saya hanya kontak batin dengan ular penunggu Telaga Paya Badau, bukan dengan makhluk-makhluk halus jahat beragam rupa penunggu wilayah belakang Taman Cadika ini. Bukan. Kalau (penunggu) yang di belakang ini semuanya berenergi hitam, beda dengan ular telaga di depan." Di sela asap    kemenyan dari dupa, Abah Rahman menjelaskan itu sambil berdiri di teras seberang kegelapan belakang areal Cadika. Nah, di areal penuh horor itu pula sejumlah terpidana meregang nyawa di hadapan polisi regu tembak. Termasuk Dukun AS?  (*/bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar