Selasa, 10 April 2018

WIL Ini Lupa Diri Usai Nini Jerguk Kabulkan Permintaannya

Pun cantik, muda, seksi, 'pintar ini pintar itu', Dinda (21) ternyata sosok kacang lupa kulit. Gelimang uang dan harta membuat simpanan seorang Tubang lupa asal usul kesuksesan instan yang didapatnya 7 bulan terakhir ini. Walhasil, tabiatnya  mendatangkan petaka. Menabrak pantangan yang menjadi syarat utama, dia kini sibuk meratap pada penasehat spiritualnya, minta ampunan.

"Ya, begitulah (kesalahan Dinda). Dia baru panik gitu karma datang. Tapi sebelumnya, sekian bulan sejak permintaannya dikabulkan 'Yang di Atas', saya yang telah sekuat batin mendorong mimpi-mimpinya (mendapatkan tubang kaya, baik hati) ke tuah keramat Nini (Jerguk) malah dilupakan. Saya dan perintah sajen Nini disepelekannya. Ke mana Dinda ya? Kok gak ada kabar. Eh, dia sibuk upload foto (di instagram) bersama tubang tajir itu, plesiran ke negara ini, negara itu, shopping di benua ini, benua itu, sombongnya (saat itu) memang minta ampun."

Abah Rahman, spiritualis di balik skandal Dinda dengan tubang itu ngedumel seusai membaca (dan menunjukkan) pesan WhatsApp (WA) terbaru Dinda yang mengusik kesendiriannya menghabiskan senja di Pemandian Putri Hijau, Deliserdang, Sumatera Utara, Senin (9/4/2018). "Masalah seperti pasien Dinda ini," sambungnya yang mulai tenang, "sebenarnya bisa terhindari asal dia tetap rutin mengirim dana sajen makanan Nini (Jerguk). Makin besar dana sajen bahkan semakin menguatkan pagar gaib yang melanggengkan niat yang telah didapatnya itu. Tapi (syarat gaib) itu kan yang ditabrak. Anak itu kembali ngingat saya pas (ketiban) susah saja, ya seperti sekarang ini, saat tubangnya mulai sering 'atur jarak' bahkan mulai berhitung dengan segala kesenangan yang telah diberinya. Semua itu sekarang membuat Dinda takut kehilangan tubang sumber pundinya itu."

Nah, seiring Dinda kini mulai menggandul nasib mengarah jelek buntut pantangan ditabrak, sudikah kekuatan gaib kembali mengantarnya ke pelukan tubang itu? "Bisa tapi tentu tak segampang seperti ritual pertamanya. Kalau kondisi baik (hasil dari ritual) telah didapat tapi kemudian (karena menabrak pantangan) itu berubah menjadi buruk, ritual deklarasi mistik harus diulang. Nah, untuk membuat prosesi sakral itu, harus dicari hari baik. Sampai sekarang saya masih mencari hari baik itu. Dan (hari) itu pula yang saban hari ditanya cewek bandel tak ngikuti aturan ritual itu," beber Abah Rahman seraya mengaku semakin memercayai kemujaraban Nini Jerguk lewat peristiwa temuan sebuah pusaka yang tiba-tiba ada di rumahnya (baca : Memanggil Nini Jerguk, Perlu 24 Macam Sesaji & Bawa Foto 'si Dia').

Sejak peristiwa itulah Abah Rahman haqul yakin : hidupnya memang ditakdirkan bergelut di dunia supranatural. Dia pun sedikit bercerita soal kisah paska temuan pusaka itu. "Suatu ketika, dia (pusaka) ngasih mimpi ke saya. Di situ, dia berkata, 'Saya di atas banyak makhluk halus. Pasukan saya ada 40 jin. Saya bisa membantu menyelesaikan problem apa saja yang  dialami manusia asal saya juga dibantu, asal saya dirawat dengan baik. Jadi syarat apa yang saya minta harus dipersiapkan'."

Begitulah. Kepercayaan buah mimpi tak biasa itu akhirnya tumbuh kuat dan semakin kuat bersemayam di sukma Abah Rahman. Seiring wisik (perintah) via mimpi itu, Abah Rahman mulai taat melaksanakan berbagai ritual sesajen untuk disembahkan kepada makhluk gaib. Begitu pula semadi, bahkan menjalankan pantangan memakan sebuah makanan kesukaannya selama beberapa tahun. Itu semua adalah syarat untuk memperdalam ilmu kebatinannya.

Tak lama berselang, sang Abah pun berhasil mewujudkan obsesi dari usaha dagang seorang kerabatnya. Sejak fakta itulah, cerita soal kemampuannya berkembang hingga dia kini semakin dikenal sebagai dukun ampuh. "Orang-orang," urai sang Abah, "pun kemudian berdatangan mencari saya. Tak hanya dari Medan, mereka semua yang kini tengah saya himpun dalam wadah 'Abah Rahman Fans Club' itu berasal dari luar kota (Medan), dari kabupaten, trus sampai luar pulau (Sumatera). Perempuan, lelaki, muda, tua, paruh baya. Ada (yang akhir pendidikannya) SMA, cuma SD, SMP,  sarjana (S1-S2) juga banyak."

"Karena ragam itu pula, mereka ada yang bekerja sebagai petani, pedagang, pekerja hiburan, karyawan swasta, PNS, aktivis, orang partai (politik), bahkan peneliti/ilmuwan dari beberapa lembaga terkenal, wartawan tentu juga ada. Karena percaya dengan supranatural itu secuil anugerah dari kisah maha hebatnya Tuhan, mereka masing-masing membawa masalah dan berdiskusi pada saya. Yang diganggu soal inilah, susahnya meraih keinginan 'itulah', yang sakit tak sembuh-sembuhlah, susah dapat jodoh, perkawinan  terancam cerai, macam-macamlah problemnya." Nah, dari semua insan dengan rupa-rupa problem hidup yang akhirnya terbereskan dengan kekuatan okultisme Abah Rahman, beruntung hanya 'satu dua' bertabiat seperti Dinda. (***)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar