Jumat, 13 Januari 2017

Bawalah Bunga Datuk ke Delitua, Insya Alloh…

SEPERTI kekeramatan sebuah sumur di Kediri yang dihuni sesosok 'nyai' hingga ramai didatangi para pencari berkah, lokasi  sakral senada juga ada di Delitua, Deliserdang. Seperti pula sumur tua di Kediri yang dihuni anak cucu Nyai Plencing, di Delitua, pancuran air baheula itu pun diyakini dikerumuni para panglima setia Putri Hijau. Ini laporannya.

Areal pancuran keramat berair jernih itu persisnya berada di Desa Pamah. Rincinya di tepi Sungai Deli atau bekas areal Istana Kerajaan Haru, Delitua. Saban hari, laki, wanita, tua-muda, bahkan tokoh terkenal, acap datang ke kawasan wingit itu. Di sana terdapat 2 lokasi pancuran. "Yang pertama dapat itu adalah pancuran keramat Datuk Panglima. Ini dahulu tempat mandi panglima pengikut  Putri Hijau, tokoh sakti di jaman Kerajaan Haru. Nah, pancuran yang kedua, itu baru lokasi bekas pemandian Putri Hijau, " beber Abah Rahman, spiritualis yang dikenal sering berada di 2 lokasi situs keramat itu.

Pancuran Keramat Datuk Panglima serta Pancuran Putri Hijau dikenal sudah lama acap memberi berkah kepada banyak orang yang di kawasan itu khusuk memanjatkan doa pada Sang Maha Esa. "Utamanya terhadap orang-orang yang mencari solusi terhadap kebuntuan masalah asmara, rumah tangga, dan bisnis," jelas Abah Rahman.

Spritualis yang tampak telah menyatu dengan khodam kawasan itu mengaku ada 2 jenis uborampe (perlengkapan) yang harus dibawa setiap orang jika ingin mendapat berkah dari kawasan 2 pancuran tak sembarang itu. Uborampe itu berupa bunga Macan Kera dan Bunga Datuk. "Bunga Macan Kera terdiri dari bunga rampai, bunga putih, dan 5 macam jeruk, yakni jeruk malam, jeruk pagar, jeruk hantu, jeruk pajri, dan jeruk purut. Sedangkan Bunga Datuk terdiri dari kinangan dan bunga rampai," urai Abah Rahman.
"Bunga Macan Kera," urainya lagi, "adalah syarat untuk ritual membuang sial orang sang pencari berkah. Sementara, Bunga Datuk adalah bunga persembahan yang sangat disenangi banyak makhluk gaib." Lalu seperti apa kesaktian sosok Putri Hijau yang sampai sekarang masih dikeramatkan banyak orang itu?

Selain kesaksian sejumlah situs keramat peninggalannya, tak ada yang bisa menjelaskan detail soal kesaktian putri cantik dari Tanah Deli itu. Tapi seperti  sejarah perubahan peradaban Kerajaan Haru menjadi Kesultanan Deli yang Islam, kisah Puteri Hijau dan para tokoh sakti pengikutnya dilaporkan identik dengan cerita Putri Campa di Majapahit.

Putri Campa yang juga terkenal sakti dan jelita adalah latar kisah asal-usul orang Jawa meninggalkan agama Budha dan berganti memeluk agama Islam. Putri Campa adalah tokoh sakti era Majapahit bernama Majalengka. Majapahit sejatinya hanyalah kiasan. Bagi yang belum tahu ceritanya, Majapahit dianggap sebagai nama kerajaan.

Ceritanya, Prabu Brawijaya adalah raja terakhir yang berkuasa. Ia menikah dengan Putri Campa yang beragama Islam. Putri inilah yang membuat Brawijaya tertarik memeluk Islam. Ketika sedang beradu asmara, sang putri selalu membeberkan keutamaan agama itu. Setiap dekat sang prabu, tiada kata lain yang terucap dari Putri Campa kecuali kemuliaan agama Islam.

Tak lama kemudian datanglah kemenakan Putri Campa bernama Sayid Rahmad.  Ia mohon izin menyebarkan ajaran Islam di Majalengka. Sang Prabu mengabulkan. Sekilas ini mirip dengan cerita di era banyak pedagang dari Arab datang ke Deli dan menghadap Sultan Deli jaman itu. Begitulah. Sayid Rahmad tinggal di desa Ngampeldento, Surabaya.

Banyak ulama dari seberang kemudian datang ke Majalengka. Mereka menghadap sang prabu guna mohon izin tinggal di wilayah pesisir. Permohonan itu dikabulkan.  Akhirnya berkembang dan banyak orang Jawa memeluk agama Islam. Perkembangan itu menempatkan seorang guru agama Islam tinggal di daerah Bonang, termasuk wilayah Tuban. Sayid Keramat namanya. Ia maulana Arab keturunan Nabi Mohammad Rasulullah.

Orang-orang Jawa banyak yang tertarik kepadanya. Penduduk Jawa yang tinggal di pesisir Barat sampai Timur meninggalkan agama Budha dan memeluk agama Islam. Di wilayah Blambangan sampai ke arah Barat menuju Banten pun banyak yang mengikuti ajaran Islam. Adakah kisah Putri Hijau dengan para panglimanya yang terkenal sakti sejatinya juga latar sejarah ambang masuknya peradaban Islam di Tanah Deli? Wallau’alam. (Tim Redaksi Abah Rahman)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar