Sabtu, 20 Desember 2014

‘Mengintip’ Fenomena Mistis Di Kawasan Perkebunan Sei Merah


Oleh : Abah Rahman
Ternyata, kawasan perkebunan Sei Merah Tanjung Morawa Deli Serdang itu menyimpan ‘fenomena mistis’. Boleh jadi inilah salah satu objek yang bisa menawarkan keberkahan tertentu untuk penggiat ‘ngalap berkah’. Inilah yang ‘terintip’ ketika kami menyambangi kawasan nan asri itu sekira tiga jam.
Namanya perkebunan Sei Merah di kawasan kec. Tanjung Morawa Deli Serdang, Sumut. Untuk menyambangi kawasan nan asri itu, menggunakan sepeda motor juga bisa. Seperti yang kami lakoni pada Jumat akhir November lalu. Rencana semula, kami ingin bertandang ke wilayah desa. Tapi itulah, begitu melintas di antara pohon sawit di sana, yang terjadi adalah ‘kontak radiasi elektromagnetik’. Semacam kontak gelombang lewat medan magnet, yang menyebabkan terjadinya penyatuan gelombang atau sinyal. Maksudnya begini. Kami kan kebetulan sudah mendalami ilmu kebathinan sejak beberapa tahun lalu, dan Alhamdulillah sampai sekarang sudah membuka praktek paranormal. Artinya, dalam tubuh kami sudah ada semacam ‘softwere berantena’ yang secara spontan dapat menghubungkan pusat gelombang (energi diri pada kami) dengan gelombang-gelombang yang dikehendaki (gelombang terbimbing) yang berada di luar diri. Nah, melalui ‘softwere berantena’ itulah masuk informasi bahwa, di kawasan itu ada komunitas makhluk ghaib. Kontak gelombangnya begitu terasa karena relatif dekat, sehingga kami memutuskan untuk singgah.
Khodam IlmuSingkat kisah, setelah menyampaikan salam secara kebathinan, kami pun ‘menelusur’ lewat gelombang yang telah terhubung tersebut, dengan maksud bertamu ke pemukiman mereka. Raga kami berada di bawah pohon sawit yang tidak jauh dari jalan, namun yang ‘menelusur’ khodam ilmu kami. Namun ternyata letih juga. Sebab perjalanan yang harus di tempuh oleh khodam ilmu kami, memakan waktu hingga 22 menit, untuk sampai ke gerbang salah satu pemukiman mereka yang terdekat. Memang sulit untuk membandingkan antara waktu di alam ghaib dengan waktu di alam nyata. Tapi itulah kira-kira, sekitar 22 menit, jika dipakai hitungan waktu di alam nyata. Ini hitungan perjalanan pergi ya, dan perjalanan pulangnya pasti sama. Artinya, perjalanan kita ke sana tidaklah seperti perjalanan mengikuti arus energi listrik atau cahaya, sungguh pun yang dipakai sebagai sarana ‘berjalan’ adalah gelombang yang terhubung tanpa putus tersebut. Sebab ibarat masuk hutan, ternyata ada beberapa jarak (kawasan) yang harus dilewati. Dan mirip seperti masuk kawasan hutan belantara. Kalau mau dihayalkan, seperti mau masuk ke perkampungan suku pedalaman. Bedanya memang, kemungkinan kami tidak akan tersesat. Karena ‘mata’ kami seperti cahaya yang sudah sampai ke objek (sampai batas gerbang pemukiman mereka). Tugas kami ‘berjalan’ hanya memperpendek ‘jarak pandang’. Semakin pendek jarak pandang, yang ditandai membesarnya objek yang dilihat, berarti sudah semakin dekat, dan akan sampai ke tujuan. Singkat kisah lagi, kami berkesempatan dialog dengan satu makhluk yang mungkin usianya sudah di atas seratus, tapi masih ganteng. Mengenakan jubah putih. Dia memang menunggu di pintu gerbang, begitu bisa kontak dengan kami. Dia terkesan cukup santun, dan bisa menangkap maksud kedatangan kami. Kalau meminjam istilah anak-anak sekarang,” aduh senyumnya yang awak tak tahan.’ Tapi sayangnya, kami dimintanya untuk memilih waktu yang lain, jika ingin bertandang ke pemukimannya. Karena ternyata, ada kegiatan yang harus dilakukannya pada sore itu. Kalau meminjam istilah kita, mereka mau wirid. Dan kami disarankannya untuk menyambangi kediaman seorang tokoh di kawasan Sei Merah itu. Untuk memudahkan kami menyambangi orang dimaksud, dia menghubungkan gelombang kami dengan gelombang, kita sebut saja orang tua, seperti dimaksud makhluk ghaib itu.
Khodam Orang SaktiSingkat kisah, setelah kami pamitan dengan sosok makhluk ghaib itu, khodam ilmu kami pun kembali ke raga kami. Kemudian, sesuai informasi sang orang tua seperti yang dimintanya saat kami komunikasi, kami pun melanjutkan perjalanan ke sebuah rumah dengan sepeda motor. Nah dari orang tua itulah kami memperoleh informasi bahwa, ada tiga tokoh ghaib yang bermukim di kawasan perkebunan nan asri tersebut. Namanya Ki Guntur Geni, yang tidak lain adalah sosok makhluk ghaib yang berhasil kami ‘jumpai’ melalui gelombang terbimbing. Kemudian Mbah Poleng dan Mbah Zirah. Menurut orang tua kita ini, makhluk yang tiga itu adalah khodam ilmunya tiga orang sakti yang hidup di masa lampau. Maksudnya begini. Pada masa lampau hidup tiga orang sakti yang bernama Ki Guntur Geni, Mbah Poleng dan Mbah Zirah. Sayangnya kami lupa menanyakan, apakah ini nama asli atau gelar, atau panggilan hormat. Setelah mereka meninggal dan dikuburkan, ilmu masing-masing mencari tempat, karena dalam kepercayaan ghaib ilmu itu tidak akan pernah mati. Ilmu yang mencari tempat itulah yang diistilahkan dengan khodam ilmu. Khodam ilmu ini tidak ada beda ‘wujud tubuhnya’ dengan sang pemilik ilmu. Makanya tetap dipakai nama-nama sang pemilik ilmunya, supaya mudah menandai. Karena memang biasanya ada spesifikasi ilmu.
‘Ngalap Berkah’Jadi, kata orang tua kita itu, bagi penggiat ‘Ngalap Berkah’ (pencari berkah atau tuah), silahkan saja membangun komunikasi dengan tiga tokoh ghaib dimaksud. Tapi orang tua kita ini tidak berani menjamin berhasil, karena menurutnya makhluk seperti manusia tidak punya kekuasaan untuk menjamin. Pastinya, seperti yang diketahuinya selama ini, tiga khodam ilmu itu berkarakter seperti karakter pemilik ilmunya. Ya seperti itu, Ki Guntur Geni, karakternya santun dan penghiba. Makanya, bagi siapa yang bisa berkomunikasi kepadanya, lalu betul-betul tulus ingin mendapatkan berkah karena ada persoalan yang dihadapi, biasanya berhasil. Tapi begitulah, karena Ki Guntur Geni ahli pula dalam penerawangan, harus bersihkan niat dulu kalau ingin berkomunikasi. Karena khodam ilmu itu tahu betul untuk bersikap jika yang berkomunikasi kepadanya adalah orang-orang yang misalnya ingin ‘anggar jago’, atau mau ‘menawannya’ sebagai kekuatan Ghain untuk melakukan kejahatan. Begitu menurut orang tua kita yang keberatan namanya dipublikasikan. Bagi yang hobi dengan hal-hal yang ghaib seperti ini, silahkan untuk memanpaatkan peluang. Namun sekedar mengingatkan, tetaplah dalam tuntunan ajaran agama, dan jangan pernah berpaling dari kebesaran Tuhan. Hanya kepadaNya kita menyembah, dan hanya kepadaNya pula kita memohon pertolongan. Begitu kalimat yang diungkap orang tua kita tersebut, sebagai penutup bincang-bincang kami, karena masuk waktu salat maghrib.(*)
Tulisan ini telah dipublikasikan di Majalah MISTERI edisi 595 (20 Desember - 04 Januari 2015)

Keris Pelaris Abah Rahman Bikin Aku Hamil



Kesaksian Mbak Tunik Pengusaha Salon
Dari hasil pemeriksaan HSG (Hysterosalpingography), aku dinyatakan dokter positif hamil. Keberkahan yang menjadi harapan baruku, setelah Abah Rahman mendorongnya. Terus terang, itu juga karena keris pelaris Abah Rahman
yang kumahari Rp 300 ribu sekitar lima bulan lalu.


            PANGGIL saja aku Mbak Tunik, karena aku orang Jawa. Jujur, aku sekarang semakin senang dengan paranormal muda Abah Rahman. Pasalnya, keris pelaris yang kumahari Rp 300 ribu dari Abah Rahman, bikin aku hamil jalan dua bulan.
            Ceritanya begini. Suamiku yang menikahiku setahun setengah lalu, sempat pulang ke Jawa, karena beberapa sebab. Salah satunya, karena aku tidak hamil-hamil. Sementara ibunya kepingin betul momong cucu pertama, sebelum dia berpulang.
Mertuaku bilang begitu, karena dia yakin betul umurnya tak lama lagi. Sebab penyakit kanker ganas terlanjur menderanya sejak beberapa bulan sebelum kami menikah. Pernikahan kami pun ya karena permintaan mertua perempuanku itu. Kalau mertua laki-laki, sudah lima tahun meninggal.
Karena aku pun pening dalam kesepian, akibatnya usaha salon yang kugeluti sejak awal pernikahan pun berantakan. Pelanggan pun satu persatu menghilang, karena tidak puas dengan pelayananku yang dinilai tidak serius.
Nah, ditengah kegalauan seperti itu, aku pun diusulkan oleh seorang temanku untuk berkonsultasi dengan Abah Rahman.  Temanku itulah yang mula-mula mengontak Abah Rahman lewat nomor 0813 7630 6023, supaya bisa ngomong sama aku. Seterusnya kami yang bertandang ke tempat praktek Abah Rahman. Waktunya, sekitar lima atau enam bulan yang lalu.
SEBENTUK KERIS KECIL
            Singkat cerita, ada dua solusi alternatif yang diberikan pemilik pin BB 214841E6 itu. Pertama, suamiku dipanggil pulang dengan cara kebathinan oleh Abah Rahman. Diantara maksudnya, supaya semangatku menjadi bangkit, dan maaf, kebutuhan bathinku terpenuhi kembali.
            Kedua, aku ditawari menggunakan ajian pelaris tingkat tinggi, untuk membangkitkan usaha salonku kembali. Medianya yang dipilih adalah sebentuk keris kecil yang bisa dibawa kemana saja. Tidak kupilih cincin, karena entah kenapa, kulit tanganku menjadi alergi, jika pakai cincin. Cincin apa saja, termasuk cincin mahar pernikahan.
            Hasilnya, memang nyata. Pada minggu kelima setelah Abah Rahman melakukan ritual pemanggilan, suamiku pun muncul ke Medan. Tapi membawa pengakuan, sudah menikah lagi dengan cewek yang pernah jadi pacarnya di kampung. Dan maduku yang saat dinikahinya berstatus janda itu sudah pula hamil.
            Hancur betul hatiku sebetulnya. Tapi karena banyak pertimbangan, utamanya menyangkut kebutuhan biologisku, akhirnya kuabaikanlah persoalan dia sudah nikah lagi. Sehingga kami bersama lagi. Dan disepakati bahwa, supaya tidak merepotkan, maduku itu dijeput, lantas dicarikan rumah yang agak jauh dariku di Medan ini.
            Satu lagi hasilnya, usaha salonku bisa pula bangkit lagi tahap demi tahap. Dan sekarang ini bisa dibilang, termasuk digemari lah. Karena keinginanku untuk memperdalam pengetahuan tentang pangkas, sanggul, busana pengantin dan lain-lainnya, ikut bangkit pula. Yang itu karena aku menggunakan keris pelaris. Jadinya usaha salonku bisa laris.

HAMIL DUA BULAN
            Sehingga aku pun berani menyimpulkan bahwa, kehamilanku berkat bantuan supranatural Abah Rahman. Karena faktanya, suamiku bisa bersamaku lagi, sebab pemangilan secara bathin oleh Abah Rahman. Kemudian usaha salonku bangkit, ya juga karena bantuan supranatural Abah Rahman melalaui pengisian keris kecil.
            Dengan kelancaran usaha, suamiku pun lebih betah di rumah, sehingga kami punya waktu yang banyak berdiskusi, salah satunya bagaimana agar aku hamil. Salah satu hasil diskusi adalah, minta tolong juga kepada Abah Rahman agar suamiku tetap tahan melayani dua istri yang sama-sama masih muda. Dan aku pun tetap hot. Aku dan suamiku diberinya masing-masing obat.
            Singkat cerita lagi, tiga minggu yang lalu aku pun periksa ke salah satu praktek bidan. Nah oleh bidan, aku dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pelayanan pemeriksaan HSG (Hysterosalpingography).
HSG harus dilakukan, karena aku merupakan istri yang mengalami infertilitas, atau sudah satu tahun menikah tapi belum menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Yang membuat aku bahagia, aku dinyatakan positif hamil. Itulah mengapa kubilang, keris pelaris Abah Rahman bikin aku hamil.
Keren pokoknya paranormal Abah Rahman, yang kabarnya orang Tanjung Balai itu. Atas usaha alternatifnya, suamiku kini terus lengket sama aku, walaupun harus bergantian dengan maduku. Usahaku juga Nampak mulai lancar, dan hore… aku hamil. Terimakasih banyak, Abah Rahman.***

Setiap Kali Seluler Berdering Keris Pelaris Bergetar



Pengalaman Ajaib Pasien Abah Rahman
            Aku biasa dipanggil Supri (26 th), cewek perantau yang diberi kepercayaan majikan menjaga toko ponsel di salah satu pusat keramaian di Medan. Hampir dua tahun juga kegiatan usaha ini kujalani, untuk belajar hidup mandiri. Aku tinggal di rumah kos, yang tak begitu jauh dari toko ponsel.
            Memang sih target penjualan bulanan tetap terpenuhi sampai november kemarin. Karena terbantu dari penjualan kartu perdana untuk internet atau BB, juga pengisian ulang pulsa. Makanya sampai sekarang, majikanku tetap memberikan kepercayaan penuh kepadaku dalam pengelolaan. Dari mulai penjualan hingga belanja.
            Tapi karena aku punya dua keperluan pribadi, yakni pertama menyiapkan biaya pendaftaran kuliah adikku yang sekarang ini kelas III SMA di kampung, dan kedua mau meringankan beban calon suami untuk mengumpulkan biaya pernikahan kami, seperti yang dijanjikannya kepada keluargaku ketika meminang tiga bulan lalu, ya aku pun melakukan langkah praktis. Yakni menggunakan keris pelaris dari paranormal Abah Rahman.
            Adalah Ita, orang sekampungku yang membawa aku ke tempat praktek Abah Rahman. Iya samping masjid Al Hidayah namanya.
Ita yang baru enam atau tujuh bulan menikah itu, mengawali kemandirian di tanah rantau sebagai penjaga toko kain. Tapi sekarang dia sudah punya toko kain sendiri. Dikelola bersama suaminya, yang tidak lain adalah teman satu majikan. Suaminya itu dulunya bertugas sebagai pengantar pesanan sejumlah tukang jahit. Makanya dulu sering kuejek mereka,’cinta bersemi diantara kain.’
Ita mengaku, bisa mendapatkan nasib baik seperti itu, karena menggunakan cincin pelaris dari Abah Rahman.  Sejak pakai cincin pelaris yang dimaharinya Rp 300 ribu, usaha toko kain majikannya bertambah maju. Makanya kemudian, Ita pun dibantu majikannya supaya punya toko kain sendiri.

PILIH KERIS PELARIS
            Aku kan sebelum meluncur ke tempat praktek, konsultasi dulu sama Abah Rahman melalui BBM. Eh mula-mula kutelpon ke nomornya 0813 7630 6023.  Kemudian kami BBM, setelah dikasinya pin BB 214841E6.
Kubilang sama beliau, dijariku sudah ada dua cincin. Cincin bermata yang sudah dibubuhi oleh kakekku dengan ajian apa ya…, istilahnya untuk menjaga badan di tanah rantau. Supaya orang tidak sepele sama kita. Kedua, cincin emas yang diberikan calon suamiku ketika meminang. Istilahnya, cincin pengikat.
‘Kan aneh rasanya kalau cewek pakai cincin lebih dari dua. Dipikir orang pula awak sok dukun. Apa ada benda lain sebagai pengganti cincin, Pak Abah ?” tanyaku waktu itu sama beliau. Hehehehe… Kusebut beliau Pak Abah, karena kupikir Abah itu nama beliau juga.
Rupanya, abah artinya bapak atau ayah ya. Kalau pakai istilah Arab, sama dengan buya. Ita yang kasi penjelasan soal itu, begitu kubilang kok Pak Abah Rahman tertawa ya, setiap kusebut ya Pak Abah.. iya Pak Abah. Maklum sajalah, aku orang pelosok hehehe…
Nah begitulah. Sebentuk keris kecil yang dibubuhi Abah Rahman dengan ajian pelarisan usaha itulah yang kupilih. Dan juga kumahari Rp 300 ribu, sekira tiga minggu lalu.
Sampai sekarang kemana pergi kubawa, karena atas izin Abah Rahman komodefikasi ke tukang emas, menjadi mata rantai.

KERIS BERGETAR
            Pada seminggu pertama kupakai, terkesan biasa-biasa saja. Belum bisa kuhubungkan antara keberadaan keris pelaris dengan omzet penjulan toko ponsel. Omzet toko masih seperti biasa. Masih sekitar Rp 1,5 juta hingga Rp 3  juta perhari. Pada waktu itu memang, masih kusimpan di dalam dompet keris pelarisnya.
            Baru pada minggu kedua, hitungan dari jumat ke jumat ini ya, karena aku memaharinya pada hari jumat, ada kejadian luar biasa.  Dua hari berturut, senin dan selasa, keris pelaris bisa pula bergetar di dalam baju, setiap kali ada namanya Bang Hadi, Pak Martua dan Bu Lisa menelepon atau SMS aku.
Tiga orang yang kukenal ini  adalah orang yang kutawari menjadi mitra kerja. Mereka semula ingin tanya-tanya dulu, tapi kok tiba-tiba ngebet minta kurekomendasi.
Memang aku sudah buat terobosan. Yakni memberikan kesempatan kepada orang-orang tertentu untuk buka konter ponsel di wilayah tempat tinggal masing-masing. Syaratnya, mereka yang siapkan toko, kita dari Medan yang menyiapkan produk, dengan sistim bagi hasil. Makanya, orang yang kukenal dulu yang kuprosfek.
Waktu kejadian itu, aku entah kenapa biasa-biasa saja. Dan bisa pula getaran keris yang terasa betul oleh tubuhku waktu itu, sebagai sesuatu yang nikmat. Biasa saja aku waktu itu.
Nah, setelah tiga hari lah, atau setelah Bang Hadi, pak Martua dan Bu Lisa datang ke Medan untuk meneken surat kontrak kerjasama dengan tokeku, baru aku sadar. Baru bisa aku menilai bahwa hal itu adalah pengalaman ajaib, yang membuat aku tertanya-tanya. Semuanya kuceritakan dengan Abah Rahman. Merinding aku menuliskan tulisan ini. Ihh…
Menurut Abah Rahman, itu adalah tanda-tanda positif, yang bentuknya khusus. Disebut khusus, karena tidak ada jaminan bahwa setiap pengguna keris pelaris, akan mengalami hal sama. Mendapatkan tanda positif iya, tapi bentuk tandanya berbeda.
Itu adalah sebuah proses interaksi energi, yakni energi supranatural yang terdapat pada keris dengan energi di dalam diri. Nah energi yang telah berpadu itu lah yang membuat getaran berulang, karena secara spontan menjadi gelombang untuk bersatu dengan gelombang tertentu yang datang melalui ponsel.
Istilahnya kontak, kata Abah Rahman. Seperti ponsel yang berdering dekat televisi, sering televisinya berbunyi bahkan bergetar setiap kali ponsel bordering atau bergetar. Keris pelaris itulah seperti tv.
“Karena yang akan dilakukan oleh energi yang terdapat pada keris adalah menjamah energi. tubuh orang yang berbicara. Dengan begitu dia yang semula tidak mau menjadi mau dengan apa saja yang kita maui atau tawarkan.
Keterangan Abah Rahman inilah yang membuat aku puas. Artinya, aku kini punya kekuatan untuk membuat orang yang semula mungkin tidak mau menjadi mau dengan setiap yang kutawarkan atau kujual. Notabene, sepertinya ada kepastian aku dapat meraih apa yang kuniatkan atau rencanakan.***

Kamis, 18 Desember 2014

Keris Pelaris Itu Bangkitkan ‘Dendamnya’



Kisah Nyata Pasien Abah Rahman
            KARENA hujan deras masih mengguyur bumi pada Rabu sekira pukul 10 Wib itu, aku, Mbak Rini dan Abah Rahman berbalik arah menuju tempat praktek Abah Rahman. Kami memutuskan menunda rencana ‘ngalap berkah’ ke sebuah tempat keramat di kawasan Deli Tua.
            Ternyata, aku yang terlanjur kuyup tak tahan ‘dibantai’ hujan. Karena mantelku kebetulan model baju celana, dan itu kuminta dipakai Mbak Rini yang kubonceng. Mantel Abah Rahman juga modelnya sama. Sebab itu pula, kami yang sudah berada di Jalan Kopi kawasan Marindal, singgah ke sebuah warung. Sementara Abah Rahman berinisiatif membelikan mantel untukku.
            Baru sekitar lima atau tujuh menit kami duduk di warung nasi, handphone Mbak Rini yang pengusaha pakaian itu berdering. Oleh seseorang, Mbak Rini diminta meluncur ke rumahnya di kawasan Medan Selayang, karena petugas bank ingin menangih janji pembayaran kredit. Kalau tidak, rumah akan disita. Mbak Rini pun menjawabnya, “tunggu saya pulang.”
            “Stress betul awak, Bang. Beginilah nasib janda, semuanya serba sendiri. Karena capek miskin, setahun lalu itu kan awak kredit ke bank, untuk buka toko pakaian kecil-kecilan. Tapi itulah, karena banyaknya hutang lama yang mau dibayar, orang tua di kampung pun menyandarkan hidupnya sama awak, enam bulan sudah pembayaran macat,” ungkap Mbak Rini. Air matanya menitik deras, mengimbangi hujan yang tak kunjung reda.
            “Jadi apa yang bisa kami bantu dengan Abah Rahman ?” tanyaku.
            “Coba kita diskusikan nanti sama Abah Rahman, Bang. Apa yang awak harus lakukan dengan keris kecil pelaris ini. Tiga bulan sudah awak mahari ini, Bang,” sambutnya.

SOLUSI ABAH RAHMAN
            Begitu Abah Rahman sampai ke warung dengan membawa sebuah mantel untuk kupakai, persoalan Mbak Rini itu pun disampaikan kepadanya. Abah Rahman hanya manggut-manggut. Dan kulihat dia seperti berpikir keras, karena dua bola matanya naik turun, seakan mencari sesuatu untuk diamati. Mungkin, itulah yang dimaksud dengan menerawang.
            Terus paranormal pemilik nomor handphone 0813 7630 6023 itu bilang,”jadi saranku begini, Mbak Rini. Mbak telephone petugas bank, bilang minta waktu sampai senin nanti. Tidak usah pulang, karena terikat janji lagi nanti, karena ada yang mau ditekenkan mereka itu. Sudah, telephone lah, aku bantu doa.”
            Paten, Mbak Rini pun bisa ‘mengusir’ petugas bank dari rumahnya. “Jutaan itu Bah, untuk senin nanti. Apa yang harus awak buat ?” Tanya Mbak Rini.
            Dijawab pemilik akun facebook Abdur Rahman dan www. Abah rahman.blogspot.com itu,”coba Mbak ingat-ingat, siapa-siapa yang sudah Mbak tawari belanja pakaian atau bakal pakaian. Atau yang mungkin bisa jadi agen penjualan. Kita hanya punya waktu empat hari, sebelum senin kan.”
            “Oh…. ada Bah, ada. Enam orang juga yang awak telephone. Apa petunjuk, Bah ?”
            “Oke. Sekarang begini, kita pisah. Aku balik ke tempat praktek, karena ada pasien menunggu,” kata pemilik pin BB 214841E6 itu, sambil menunjukan BBM yang masuk.
            “Kami ?” tanyaku, sampil menyepak kaki Mbak Rini yang disampingku, dengan maksud supaya dibayarnya nasi yang kami makan bertiga.
            Mbak Rini pun bangkit, tapi ditahan Abah Rahman. “Sudah, aku saja yang bayar, Mbak. Sekarang, Abang kawani Mbak Rini menjumpai enam orang itu. Tak usah ditelephone mereka. Dari penerawanganku, mereka di alamatnya masing-masing ini. Mbak Rini, bawa keris pelaris kan ?”
            “Iya, Bah bawa. Karena takut tercecer, maaf, awak tarok di bra,” jawab Mbak Rini polos. Spontan kami berdua tertawa.
            “Tak masalah, kalau niat meletakkannya tak menyimpang. Dimana saja pun boleh, asal kan tidak di tempat yang kotor. Memang, maaf kalau diletakkan di cd misalnya, tidakkan hilang energi supranaturalnya.
Percayalah. Karena tak ada benda apa pun yang bisa menyedot energi supranatural di wadahnya, baik cincin, keris kecil, maupun benda lain, kecuali aku atau guruku yang menariknya. Hanya saja, kita sudah melanggar asas kepatutan.
 Kan tak patut namanya kalau benda keramat semacam itu, kita letakkan sembarangan. Jangan mentang-mentang maharnya hanya Rp 300 ribu, kita bisa sembarangan. Energi di benda-benda itu, konek ke langsung ke aku itu, sebagai penerima ijazah ajiannya.”
“Maaf Bah, sudah mengecewakan Abah,” sebut Mbak Rini.
Abah Rahman tertawa kecil. “Aku tidak marah, Mbak. Hanya mau menerangkan apa sebetulnya energi supranatural itu, dan harus bagaimana kita menghargai dan menggunakannya. Oke. Sekarang, kita terobos lagi hujan ini. Supaya kebetuhan senin terpenuhi. Aku tetap akan kontrol, perjalanan Mbak.”

BANGKITKAN ‘DENDAM’
            Mbak Rini pun kubonceng di tengah hujan, menuju ke enam alamat dimaksud. Dan betul penerawangan Abah Rahman itu, kami ketemu dengan keenam orang dimaksud.
            Singkat kisah, memang tidak seluruhnya berhasil. Tapi dari satu orang, Mbak Rini mendapatkan janji transfer Rp 7,6 juta untuk pemesanan bakal baju seragam batik. Kebetulan, yang dipesan ada di toko Mbak Rini.
            Bathinku waktu  transaksi itu, luar biasa pengaruh energi keris kecil pelaris made in Abah Rahman. Bayangkanlah, sebetulnya pada awalnya pemesanan tak jadi, karena corak batik yang tak cocok. Tapi bisa pula Mbak Rini meyakinkan, bahwa corak batik yang ada padanya cukup bagus untuk seragam sebuah sekolah. Dan orang yang kami jumpai itu, menyambut dengan manggut-manggut. Minta keesokan harinya diantar barang, stelah itu ditransfer uang.
            Itulah, akhirnya kami pulang setelah menelepon Abah Rahman. Dibilang Abah Rahman,”sejumlah itu yang dibutuhkan, ya itu dulu lah diperoleh. Yang harus disyukuri, doa kita Kabul, karena betul-betul darurat.”
            Ketika kami makan malam yang kemalaman, Mbak Rini pun mengakui bahwa, sebentuk keris yang dimantrai Abah Rahman sebagai cincin pelaris buat Mbak Rini itu pengaruhnya terasa betul.
“Begitu dipakai, macam ada dorongan dari dalam diri. Yang namanya malas, ragu, segan untuk menawarkan jualan, bisa hilang. Yang enam orang kita jumpai tadi kan yang awak telepon setelah pakai keris ini. Rupanya ada yang harus didekatkan dengan energi keris ini ya, supaya del,” kata Mbak Rini.
Mbak Rini juga mengakui bahwa, keris pelaris hasil olah bathin Abah Rahman itu sudah membangkitkan ‘dendamnya’ terhadap kemiskinan. Buktinya, badan Mbak Rini seperti tak capek mengerjakan apa saja yang pantas dan halal, supaya dia bisa bayar hutang, memenuhi kebutuhan hidup, dan pada gilirannnya nanti punya tabungan.
“Dari kecil awak miskin, Bang. Memang sih, selama ini motivasi cukup kuat untuk mengubah nasib. Tapi begitu pakai keris pelaris, ibaratnya, kalau selama ini awak lari kepepatan gopek, ini sekarang sudah lari seribu,” kata janda beranak satu itu. Tidak hanya aku yang terbahak, dia juga. Itu menandakan, pikirannya sudah segar.
Itulah, sungguh pun resikonya aku sampai rumah tengah malam, karena harus mengantar Mbak Rini ke rumahnya di  kawasan Medan Selayang, tapi aku puas. Bisa membantu dia untuk menuntaskan satu persatu persoalan hidupnya.
Nekat memang aku, karena dia janda yang baru hari itu kukenal, karena diminta Abah Rahman memboncengnya.****