Tidaklah berlebihan kalau kusebut, cincin pelaris Abah Rahman lah yang
mengantarkan aku ikut Ujian Nasional SMA. Karena faktanya, cincin yang dimahari
ibuku itulah yang membuat usaha salonnya kembali lancar. Sehingga, tunggakan
uang sekolahku terbayar lunas.
Di lingkungan keluarga, aku dipanggil Upik. Anak sulung dari tiga
bersaudara, yang sejak kelas VI SD harus menyandarkan segalanya kepada ibuku,
karena ayah berpulang ke Rahmatullah.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup kami ketiga anaknya, ibu yang perantau
asal Jawa Tengah itu semula berkerja sebagai PRT. Itu karena, tidak ada lagi
harta yang dapat dijual untuk modal usaha. Padahal ibu berbakat untuk membuka
usaha. Sebab harta yang sempat dikumpulkan ayah selama ia berkerja sebagai
tukang pangkas, habis terkuras untuk biaya berobatnya.
Tidak lama memang ibu sebagai PRT. Seingatku hanya tujuh bulan saja.
Sebab majikannya mengangkatnya sebagai asisten salon kecantikan, setelah
mengikuti program kursus salon yang dilaksanakan selama tiga bulan. Di tempat
usaha salon majikannya, yang juga lembaga kursus tersebut.
Singkat kisah, ibu akhirnya menjadi tenaga terampil setelah profesi
itu digelutinya selama lebih kurang tiga tahun. Dalam kurun waktu itu pula ia
mengumpulkan empat sertifikat kursus. Yakni Tata Rias Pengantin, Tata
Kecantikan Rambut dan Kulit, Tata Busana, dan apa itu ya, lupa aku satu lagi.
Dan karena itu pula pada gilirannya, ibu minta izin kepada majikan untuk
membuka usaha sendiri.
Persaingan Tidak Sehat Kini ibu menjalani tahun ketiga sebagai pengusaha
salon kecantikan. Di sebuah rumah kontrakan, karena ibu belum mampu mengumpul
uang untuk mengganti rumah kami yang terjual ketika ayah sakit.
Pada tahun pertama membuka usaha, ya Alhamdulillah. Kebutuhan pangan,
sandang, kesehatan dan pendidikan kami, pun tercukupi. Karena memang
betul-betul diback up oleh bekas majikannya itu. Diberi pinjaman modal dan
dicarikan pelanggan.
Tapi begitu menjalani tahun kedua, tepatnya mulai sembilan bulan yang
lalu, usaha ibu terasa goyang. Entah mengapa, pelanggan baru tak nampak,
pelanggan lama pun hilang satu persatu. Apakah karena tak ada lagi support dan
promosi bekas majikan ibu, karena ia meninggal, atau karena hal lain, aku pun
tak bisa memastikannya.
Hanya yang kutahu, ada dua teman ibu sesama binaan bekas majikan ibu
itu yang diduga melakukan persaingan tidak sehat. Ibu yang berstatus janda dan
kebetulan sering memangkas kaum lelaki, dijadikan tajuk untuk menyebar isu
macam-macam.
Ah entahlah. Kalau aku, masih haqul yakin dengan kemampuan ibu menjaga
harkat martabatnya. Pastinya, ibu pun sampai terjerat hutang dengan rentenir,
karena macatnya penghasilan.
Cincin Pelaris Singkat kisah lagi, mulai empat bulan yang lalu, di
jari manis tangan kanan ibu terpasang sebentuk cincin. Batu blue safir dengan
ikatan perak Bali.
Karena asing bagiku, kutanyalah ibu. Diakuinya bahwa, batu cincin itu
adalah batu milik bekas majikannya, yang dikasi oleh salah seorang anak
laki-lakinya setelah sang bekas majikan meninggal. Katanya, sebagai
kenang-kenangan. Namun karena yang mengasi, dicurigai ‘ada hati’ dengan ibu,
makanya tidak dipakai ibu. Apalagi orang yang dimaksud itu umurnya jauh dibawah
ibu.
Tapi itulah, karena kepentingan usaha, cincin itu pun harus dipakai
sejak ya itu tadi, empat bulan lalu. Dan sudah bernama ‘cincin pelaris’ made in
paranormal Abah Rahman. Sang pemilik account Twitter @Abah Rahman dan Facebook
Abah Rahman.
Paranormal Abah Rahman itulah yang mengisi
batu cincin tersebut dengan energi pembangkit ketertarikan, melalui sebuah
proses olah bathin. Dan untuk kepentingan itu, ibu memberi mahar sebesar Rp 300
ribu.
“Kawan emak yang menganjurkan minta tolong ke Abah Rahman. Karena
pengalaman dia hampir sama dengan kita. Usaha hancur, karena dengki orang. Tapi
begitu dipakainya cincin pelaris, usahanya pun lancar lagi. Sampai sekarang.
Makanya emak pun yakin.” Begitulah kata ibuku waktu itu.
Betul pula. Begitu ibuku memakai cincin pelaris, usaha salonnya
berangsur normal. Dan Alhamdulillah, tunggakan uang sekolahku yang sampai enam
bulan, terbayar jadinya. Karena itu pula, tak ada halangan bagiku untuk
mengikuti Ujian Nasional SMA belum lama ini. Masuk Akal Terus terang, karena
penasaran, aku pun sempat mengontak Abah Rahman melalui nomor 0813 7630 6023
miliknya. Tidak bisa kukontak melalui pin BB 214841E6, karena BB ku sudah
terjual untuk bayar uang sekolah dua adikku.
Yang kutanya,”faktor apa yang menyebabkan energi cincin pelaris pada
batu cincin ibu begitu cepat berfungsi ?” Dijawab Abah Rahman,”karena ibu punya
keyakinan bagus, energi batu cincin pun berfungsi bagus.”
Energi batu cincin, kata Abah Rahman, berproses menjadi bagian aura
tubuh ibu, ketika batu cincin itu berada di jarinya. Kemudian menjadi magnet
yang dapat membangkitkan daya tarik orang untuk membeli apa yang ibu jual atau
memakai jasa ibu.
“Tidak lain karena, ibu tidak merasa terpaksa atau dipaksa memakai
batu cincin.” Begitu jelas Abah Rahman.
Tentang batu cincin, Abah Rahman telah menyiapkan beragam bentuk untuk
dipilih pasien. Tapi boleh saja pasien yang membawa sendiri sesuai dengan
selera atau yang dimiliki. Maharnya tetap sama, yakni Rp 300 ribu. Karena yang
mau dimahari, bukan batu cincinnya. Melainnya energy supranaturalnya.***