Pengalaman Ajaib Pasien
Abah Rahman
Aku biasa dipanggil Supri (26 th),
cewek perantau yang diberi kepercayaan majikan menjaga toko ponsel di salah
satu pusat keramaian di Medan. Hampir dua tahun juga kegiatan usaha ini
kujalani, untuk belajar hidup mandiri. Aku tinggal di rumah kos, yang tak
begitu jauh dari toko ponsel.
Memang sih target penjualan bulanan
tetap terpenuhi sampai november kemarin. Karena terbantu dari penjualan kartu
perdana untuk internet atau BB, juga pengisian ulang pulsa. Makanya sampai
sekarang, majikanku tetap memberikan kepercayaan penuh kepadaku dalam
pengelolaan. Dari mulai penjualan hingga belanja.
Tapi karena aku punya dua keperluan
pribadi, yakni pertama menyiapkan biaya pendaftaran kuliah adikku yang sekarang
ini kelas III SMA di kampung, dan kedua mau meringankan beban calon suami untuk
mengumpulkan biaya pernikahan kami, seperti yang dijanjikannya kepada
keluargaku ketika meminang tiga bulan lalu, ya aku pun melakukan langkah
praktis. Yakni menggunakan keris pelaris dari paranormal Abah Rahman.
Adalah Ita, orang sekampungku yang
membawa aku ke tempat praktek Abah Rahman. Iya
samping masjid Al Hidayah namanya.
Ita yang baru enam atau tujuh bulan menikah itu,
mengawali kemandirian di tanah rantau sebagai penjaga toko kain. Tapi sekarang
dia sudah punya toko kain sendiri. Dikelola bersama suaminya, yang tidak lain
adalah teman satu majikan. Suaminya itu dulunya bertugas sebagai pengantar
pesanan sejumlah tukang jahit. Makanya dulu sering kuejek mereka,’cinta bersemi
diantara kain.’
Ita mengaku, bisa mendapatkan nasib baik seperti itu,
karena menggunakan cincin pelaris dari Abah Rahman. Sejak pakai cincin pelaris yang dimaharinya
Rp 300 ribu, usaha toko kain majikannya bertambah maju. Makanya kemudian, Ita
pun dibantu majikannya supaya punya toko kain sendiri.
PILIH KERIS PELARIS
Aku kan sebelum meluncur ke tempat
praktek, konsultasi dulu sama Abah Rahman melalui BBM. Eh mula-mula kutelpon ke
nomornya 0813 7630 6023. Kemudian kami BBM, setelah dikasinya pin BB
214841E6.
Kubilang sama beliau, dijariku sudah ada dua cincin.
Cincin bermata yang sudah dibubuhi oleh kakekku dengan ajian apa ya…,
istilahnya untuk menjaga badan di tanah rantau. Supaya orang tidak sepele sama
kita. Kedua, cincin emas yang diberikan calon suamiku ketika meminang.
Istilahnya, cincin pengikat.
‘Kan aneh rasanya kalau cewek pakai cincin lebih dari
dua. Dipikir orang pula awak sok dukun. Apa ada benda lain sebagai pengganti
cincin, Pak Abah ?” tanyaku waktu itu sama beliau. Hehehehe… Kusebut beliau Pak
Abah, karena kupikir Abah itu nama beliau juga.
Rupanya, abah artinya bapak atau ayah ya. Kalau pakai
istilah Arab, sama dengan buya. Ita yang kasi penjelasan soal itu, begitu kubilang
kok Pak Abah Rahman tertawa ya, setiap kusebut ya Pak Abah.. iya Pak Abah.
Maklum sajalah, aku orang pelosok hehehe…
Nah begitulah. Sebentuk keris kecil yang dibubuhi Abah
Rahman dengan ajian pelarisan usaha itulah yang kupilih. Dan juga kumahari Rp
300 ribu, sekira tiga minggu lalu.
Sampai sekarang kemana pergi kubawa, karena atas izin
Abah Rahman komodefikasi ke tukang emas, menjadi mata rantai.
KERIS BERGETAR
Pada seminggu pertama kupakai,
terkesan biasa-biasa saja. Belum bisa kuhubungkan antara keberadaan keris
pelaris dengan omzet penjulan toko ponsel. Omzet toko masih seperti biasa.
Masih sekitar Rp 1,5 juta hingga Rp 3
juta perhari. Pada waktu itu memang, masih kusimpan di dalam dompet
keris pelarisnya.
Baru pada minggu kedua, hitungan
dari jumat ke jumat ini ya, karena aku memaharinya pada hari jumat, ada
kejadian luar biasa. Dua hari berturut,
senin dan selasa, keris pelaris bisa pula bergetar di dalam baju, setiap kali
ada namanya Bang Hadi, Pak Martua dan Bu Lisa menelepon atau SMS aku.
Tiga orang yang kukenal ini adalah orang yang kutawari menjadi mitra
kerja. Mereka semula ingin tanya-tanya dulu, tapi kok tiba-tiba ngebet minta
kurekomendasi.
Memang aku sudah buat terobosan. Yakni memberikan
kesempatan kepada orang-orang tertentu untuk buka konter ponsel di wilayah
tempat tinggal masing-masing. Syaratnya, mereka yang siapkan toko, kita dari
Medan yang menyiapkan produk, dengan sistim bagi hasil. Makanya, orang yang kukenal
dulu yang kuprosfek.
Waktu kejadian itu, aku entah kenapa biasa-biasa saja.
Dan bisa pula getaran keris yang terasa betul oleh tubuhku waktu itu, sebagai sesuatu
yang nikmat. Biasa saja aku waktu itu.
Nah, setelah tiga hari lah, atau setelah Bang Hadi, pak
Martua dan Bu Lisa datang ke Medan untuk meneken surat kontrak kerjasama dengan
tokeku, baru aku sadar. Baru bisa aku menilai bahwa hal itu adalah pengalaman
ajaib, yang membuat aku tertanya-tanya. Semuanya kuceritakan dengan Abah
Rahman. Merinding aku menuliskan tulisan ini. Ihh…
Menurut Abah Rahman, itu adalah tanda-tanda positif,
yang bentuknya khusus. Disebut khusus, karena tidak ada jaminan bahwa setiap
pengguna keris pelaris, akan mengalami hal sama. Mendapatkan tanda positif iya,
tapi bentuk tandanya berbeda.
Itu adalah sebuah proses interaksi energi, yakni energi
supranatural yang terdapat pada keris dengan energi di dalam diri. Nah energi
yang telah berpadu itu lah yang membuat getaran berulang, karena secara spontan
menjadi gelombang untuk bersatu dengan gelombang tertentu yang datang melalui
ponsel.
Istilahnya kontak, kata Abah Rahman. Seperti ponsel
yang berdering dekat televisi, sering televisinya berbunyi bahkan bergetar
setiap kali ponsel bordering atau bergetar. Keris pelaris itulah seperti tv.
“Karena yang akan dilakukan oleh energi yang terdapat
pada keris adalah menjamah energi. tubuh orang yang berbicara. Dengan begitu
dia yang semula tidak mau menjadi mau dengan apa saja yang kita maui atau
tawarkan.
Keterangan Abah Rahman inilah yang membuat aku puas.
Artinya, aku kini punya kekuatan untuk membuat orang yang semula mungkin tidak
mau menjadi mau dengan setiap yang kutawarkan atau kujual. Notabene, sepertinya
ada kepastian aku dapat meraih apa yang kuniatkan atau rencanakan.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar