Sabtu, 20 Desember 2014

Setiap Kali Seluler Berdering Keris Pelaris Bergetar



Pengalaman Ajaib Pasien Abah Rahman
            Aku biasa dipanggil Supri (26 th), cewek perantau yang diberi kepercayaan majikan menjaga toko ponsel di salah satu pusat keramaian di Medan. Hampir dua tahun juga kegiatan usaha ini kujalani, untuk belajar hidup mandiri. Aku tinggal di rumah kos, yang tak begitu jauh dari toko ponsel.
            Memang sih target penjualan bulanan tetap terpenuhi sampai november kemarin. Karena terbantu dari penjualan kartu perdana untuk internet atau BB, juga pengisian ulang pulsa. Makanya sampai sekarang, majikanku tetap memberikan kepercayaan penuh kepadaku dalam pengelolaan. Dari mulai penjualan hingga belanja.
            Tapi karena aku punya dua keperluan pribadi, yakni pertama menyiapkan biaya pendaftaran kuliah adikku yang sekarang ini kelas III SMA di kampung, dan kedua mau meringankan beban calon suami untuk mengumpulkan biaya pernikahan kami, seperti yang dijanjikannya kepada keluargaku ketika meminang tiga bulan lalu, ya aku pun melakukan langkah praktis. Yakni menggunakan keris pelaris dari paranormal Abah Rahman.
            Adalah Ita, orang sekampungku yang membawa aku ke tempat praktek Abah Rahman. Iya samping masjid Al Hidayah namanya.
Ita yang baru enam atau tujuh bulan menikah itu, mengawali kemandirian di tanah rantau sebagai penjaga toko kain. Tapi sekarang dia sudah punya toko kain sendiri. Dikelola bersama suaminya, yang tidak lain adalah teman satu majikan. Suaminya itu dulunya bertugas sebagai pengantar pesanan sejumlah tukang jahit. Makanya dulu sering kuejek mereka,’cinta bersemi diantara kain.’
Ita mengaku, bisa mendapatkan nasib baik seperti itu, karena menggunakan cincin pelaris dari Abah Rahman.  Sejak pakai cincin pelaris yang dimaharinya Rp 300 ribu, usaha toko kain majikannya bertambah maju. Makanya kemudian, Ita pun dibantu majikannya supaya punya toko kain sendiri.

PILIH KERIS PELARIS
            Aku kan sebelum meluncur ke tempat praktek, konsultasi dulu sama Abah Rahman melalui BBM. Eh mula-mula kutelpon ke nomornya 0813 7630 6023.  Kemudian kami BBM, setelah dikasinya pin BB 214841E6.
Kubilang sama beliau, dijariku sudah ada dua cincin. Cincin bermata yang sudah dibubuhi oleh kakekku dengan ajian apa ya…, istilahnya untuk menjaga badan di tanah rantau. Supaya orang tidak sepele sama kita. Kedua, cincin emas yang diberikan calon suamiku ketika meminang. Istilahnya, cincin pengikat.
‘Kan aneh rasanya kalau cewek pakai cincin lebih dari dua. Dipikir orang pula awak sok dukun. Apa ada benda lain sebagai pengganti cincin, Pak Abah ?” tanyaku waktu itu sama beliau. Hehehehe… Kusebut beliau Pak Abah, karena kupikir Abah itu nama beliau juga.
Rupanya, abah artinya bapak atau ayah ya. Kalau pakai istilah Arab, sama dengan buya. Ita yang kasi penjelasan soal itu, begitu kubilang kok Pak Abah Rahman tertawa ya, setiap kusebut ya Pak Abah.. iya Pak Abah. Maklum sajalah, aku orang pelosok hehehe…
Nah begitulah. Sebentuk keris kecil yang dibubuhi Abah Rahman dengan ajian pelarisan usaha itulah yang kupilih. Dan juga kumahari Rp 300 ribu, sekira tiga minggu lalu.
Sampai sekarang kemana pergi kubawa, karena atas izin Abah Rahman komodefikasi ke tukang emas, menjadi mata rantai.

KERIS BERGETAR
            Pada seminggu pertama kupakai, terkesan biasa-biasa saja. Belum bisa kuhubungkan antara keberadaan keris pelaris dengan omzet penjulan toko ponsel. Omzet toko masih seperti biasa. Masih sekitar Rp 1,5 juta hingga Rp 3  juta perhari. Pada waktu itu memang, masih kusimpan di dalam dompet keris pelarisnya.
            Baru pada minggu kedua, hitungan dari jumat ke jumat ini ya, karena aku memaharinya pada hari jumat, ada kejadian luar biasa.  Dua hari berturut, senin dan selasa, keris pelaris bisa pula bergetar di dalam baju, setiap kali ada namanya Bang Hadi, Pak Martua dan Bu Lisa menelepon atau SMS aku.
Tiga orang yang kukenal ini  adalah orang yang kutawari menjadi mitra kerja. Mereka semula ingin tanya-tanya dulu, tapi kok tiba-tiba ngebet minta kurekomendasi.
Memang aku sudah buat terobosan. Yakni memberikan kesempatan kepada orang-orang tertentu untuk buka konter ponsel di wilayah tempat tinggal masing-masing. Syaratnya, mereka yang siapkan toko, kita dari Medan yang menyiapkan produk, dengan sistim bagi hasil. Makanya, orang yang kukenal dulu yang kuprosfek.
Waktu kejadian itu, aku entah kenapa biasa-biasa saja. Dan bisa pula getaran keris yang terasa betul oleh tubuhku waktu itu, sebagai sesuatu yang nikmat. Biasa saja aku waktu itu.
Nah, setelah tiga hari lah, atau setelah Bang Hadi, pak Martua dan Bu Lisa datang ke Medan untuk meneken surat kontrak kerjasama dengan tokeku, baru aku sadar. Baru bisa aku menilai bahwa hal itu adalah pengalaman ajaib, yang membuat aku tertanya-tanya. Semuanya kuceritakan dengan Abah Rahman. Merinding aku menuliskan tulisan ini. Ihh…
Menurut Abah Rahman, itu adalah tanda-tanda positif, yang bentuknya khusus. Disebut khusus, karena tidak ada jaminan bahwa setiap pengguna keris pelaris, akan mengalami hal sama. Mendapatkan tanda positif iya, tapi bentuk tandanya berbeda.
Itu adalah sebuah proses interaksi energi, yakni energi supranatural yang terdapat pada keris dengan energi di dalam diri. Nah energi yang telah berpadu itu lah yang membuat getaran berulang, karena secara spontan menjadi gelombang untuk bersatu dengan gelombang tertentu yang datang melalui ponsel.
Istilahnya kontak, kata Abah Rahman. Seperti ponsel yang berdering dekat televisi, sering televisinya berbunyi bahkan bergetar setiap kali ponsel bordering atau bergetar. Keris pelaris itulah seperti tv.
“Karena yang akan dilakukan oleh energi yang terdapat pada keris adalah menjamah energi. tubuh orang yang berbicara. Dengan begitu dia yang semula tidak mau menjadi mau dengan apa saja yang kita maui atau tawarkan.
Keterangan Abah Rahman inilah yang membuat aku puas. Artinya, aku kini punya kekuatan untuk membuat orang yang semula mungkin tidak mau menjadi mau dengan setiap yang kutawarkan atau kujual. Notabene, sepertinya ada kepastian aku dapat meraih apa yang kuniatkan atau rencanakan.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar