Rabu, 05 Februari 2014

Gara-gara Cincin Pelaris Abah Rahman ‘Dikejar’ Tante Tukang Kredit

Gara-gara cincin pelaris yang dimahari Rp 300 ribu sebuah, paranormal Abah Rahman yang ganteng itu ‘dikejar’ tiga tante tukang kredit, hingga ke tempat prakteknya di Jalan Medan – Tg Morawa km 14,5  No 79 (samping Masjid Al Hidayah) Tg Morawa Deli Serdang. Begitu ketemu, tiga tante  memesan enam cincin pelaris lagi, yang katanya untuk membantu anggota kelompok.

Persaingan di dunia perkreditan tradisional yang dari waktu ke waktu bertambah tajam, pada gilirannya membuat beberapa pelakunya membentuk kelompok. Bertujuan untuk saling membantu, dari mulai promosi, penagihan, pengembangan wilayah usaha, hingga penguatan modal.
Begitu pengakuan tante Am, kita sebut saja namanya itu, saat dipergoki bersama dua temannya sesama tukang kridit di tempat praktek paranormal Abah Rahman.
“Waktu itu, usahaku macet. Sudahlah banyak yang nunggak, nasabah baru pun berkurang jauh dari yang biasa. Makanya kuikuti saran kawan yang usaha kedai kelontong, supaya pakai cincin pelaris Abah Rahman,” kata tante Am.
Jadi karena sudah merasakan keberhasilan, imbuh tante Am, ia pun mengajak teman-temannya sesama anggota kelompok yang kebetulan sering mengeluh kepadanya, untuk memahari cincin pelaris Abah Rahman. Mereka yang mengeluh itu jumlahnya ada enam. Makanya ingin memahari enam cincin.
“Itu pulalah makanya kami bertiga mendatangi Abah di tempat praktek Jalan Laksana. Karena yang tiga lagi belum sempat ikut pula. Tapi itulah, sudah pindah pula kemari. Makanya kami kejar Abah ganteng ini kemari. Tadi sayangnya, tak kami telepon dulu. Padahal kusimpan nomor Abah di handphoneku. Ini ha nomor Abah 0813 7630 6023,” sebut tante Am.
Praktis Dan Ekonomis
    Apalah yang tante Am ceritakan kepada teman yang enam orang, sehingga semuanya tertarik ingin juga memakai cincin pelaris Abah Rahman ? Dijawab tante Am, ‘karena terbukti praktis dan ekonomis’.
    “Praktisnya begini menurutku. Kita sebagai pengguna, tidak dibebani pekerjaan tertentu lagi. Tidak harus ritual atau melakukan amalan tertentu pada saat atau waktu tertentu. Tidak musti ini, musti itu, supaya ampuh. Cukup dimahari Rp 300 ribu.Makanya disebut praktis,” sebutnya.
    Sebab memang, lanjut tante Am, cincin pelaris merupakan sebuah produk olah bathin Abah Rahman yang siap pakai. Dengan kemampuan bathinnya lah Abah menjadikan sebuah batu cincin, apa pun bentuk dan namanya, menjadi batu yang memiliki daya magis. Untuk menumbuhkan ketertarikan orang terhadap barang atau jasa yang ditawarkan oleh si pemakai batu cincin kepadanya.
    Dan disebut ekonomis, sambung tante Am, karena hanya berbiaya Rp 300 ribu. Katakanlah sebagai uang lelah untuk Abah, yang telah berkerja memproduksi sebuah batu cincin yang semula biasa, menjadi batu cincin pelaris, untuk dan atas nama masing-masing pemesannya. Sementara penggunaannya sepanjang umur. Karena tidak ada masa habis pakainya.
    “Logika kan, kalau disebut ekonomis ? Hanya Rp 300 ribu, untuk sebuah harapan besar. Yakni jualan laris, selama kita berjualan. Jualan apa saja, dimana saja dan kapan saja. Iya kan ?” ungkap tante Am.
    Karena tante Am begitu semangat menerangkan, Abah Rahman dan beberapa orang yang kebetulan mendengar, termasuk dua temannya, menjadi tertawa. Ada yang sampai mengacungkan jempol.
    Tante Am pun ikut tertawa. “Yah… begitu yang masih kuingat keterangan Abah Rahman.  Dan ini kuyakini betul, makanya aku cepat berhasil. Iya kan, Bah ?”
    “Betul.. betul… Pas yang ibu bilang itu,” sambut Abah Rahman.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar