Sesuai dengan namanya, Jalan Putri Hijau
Medan, menyimpan banyak sisi sisi gaib. Karena nama yang digunakan bukanlah sembarangan. Putri Hijau, kekuatan
gaibnya sampai kini masih ada. Paling tidak begitulah bila dilihat dari kaca
mata para dukun.
Sejarah Putri Hijau dimulai dengan
keinginan Raja Aceh mempersunting Wanita cantik yang ada di Deli. Namun, karena
adanya penolakan sehingga timbul peperangan. Saat itulah Putri Hijau, yang
hendak dibawa ke Aceh setelah Kerajaan Aru Baru takluk di tangan pasukan
Kerajaan Aceh, dihadang seekor naga yang diyakini jelmaan dari abangnya Mambang
Diazid. Keberadaan Putri Hijau sejak saat itu hingga kini misterius, namun ada
versi menyebut dia sampai sekarang berada di lautan.
Cerita tentang kecantikan Putri
Hijau tidak berbeda dalam dua versi yang berkembang. Konon, karena cantiknya
sampai-sampai Raja dari Kerajaan Aceh yang tidak terungkap jelas namanya
tergiur. Tetapi, Putri Hijau menolak lamaran itu.
Raja Aceh merasa tersinggung dan
terhina sehingga mencari pasal lain untuk menyerang Kerajaan Aru, dan akhirnya
putri tunggal Kerjaan Aru itu takluk. Dalam versi itu juga disebutkan bahwa Putri
Hijau punya dua saudara laki laki, yaitu Mambang Diazid yang menjelma jadi naga
dan Mambang Khayali yang menjelma jadi Meriam Puntung. Penemuan benteng Putri
Hijau di Desa Delitua Kampung, Kec. Namorambe, Kab. Deliserdang, atau sekitar
10 Km dari Kota Medan pada 1970-an semakin menguatkan keyakinan bahwa Putri
Hijau memang ada. Bila dilakukan penelitian seksama untuk itu, hasil penelitian
para sejarawan lokal ataupun asing terhadap keberadaan benteng Putri Hijau
bersama tempat pemandian yang dikenal dengan Pancuran Gading Pemandian Putri
Hijau di kawasan yang sama, juga akan membuka tabir baru tentang Putri Hijau
dalam versi lain.
Ya begitulah sekilas sejarah Putri
Hijau yang penulis rangkum. Sementara dari sisi mata klenik, Putri Hijau secara
gaib terus ada di tengah tengah masyarakat Medan ini, tentunya bagi yang
percaya dan yakin akannya. Bukan bermaksud memuja atau menduakan Tuhan Yang
Maha Esa, pengalaman pribadi penulis, Putri Hijau mau membantu siapa saja yang
ingin dibantu dalam berbagai hal.
Pengalaman pribadi penulis, awalnya
berkenalan dengan gaib Putri Hijau karena kerap mengunjungi Pancur Gading. Di
tempat itu, saya sering berdoa, bermeditasi mendoakan orang orang yang minta
tolong. Baik dalam masalah usaha, asmara, perjodohan, karir dan lain lain.
Ketika melakukan ritual di tempat itu, saya seperti memiliki energi yang kuat
dalam mendoakan hajat. Setelah mempersiapkan
segala sesuatunya, kemudian saya memberikan fadiah Alfatiha kepada Putri Hijau.
Kemudian berdoa atas izin Allah SWT minta bantu pada Putri Hijau.
Sudah menjadi kebiasaan saya. Sebelum
melakukan ritual di tempat itu, saya membawa sesajen. Terdiri dari bunga datuk,
telon, hio dan bunga macan kera jika ingin mandi di pancuran. Suasana yang
alami, ditambah tempat ini sering dijadikan tempat ritual, membuat saya menjadi
betah ngalap berkah di tempat ini. Apalagi,
hasilnya selalu mustajab.
Mistik Persimpangan Jalan Putri
Hijau
Ada hal gaib lain yang bersentuhan
dengan Putri Hijau. Lokasinya persis di persimpangan Jalan Putri Hijau Medan
dan Jalan Guru Patimpus, depan Stasiun TVRI Sumut. Berdasarkan mata batin seorang cenayang perempuan, yang tak ingin
namanya di ekspos di media, gaib Putri Hijau kerap berada di persimpangan jalan
itu.
“Ia disana untuk singgah saja,
bukan untuk tujuan apa apa. Jadi saya sarankan, jika melintasi jalan itu,
terutama senja hari, jangan suka ngomong kotor atau pun bertingkah di luar
kewajaran, bisa bisa kesambet, imbuhnya kemudian.
Catatan saya, melintasi jalan Putri
Hijau pada malam hari memang menyisakan pengalaman gaib tersendiri. Suasananya terkadang
mencekam, dingin dan menghanyutkan. Apakah itu pertanda gaib Putri Hijau lagi
berada di tempat itu ? Silahkan anda uji
nyali malam nanti. (Abah Rahman)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar