Kebiasaan menyendiri, membuat saya selalu pergi kemana mana juga
sendiri. Saya menjadi betah dengan kesendirian karena dengan begitu,
saya bebas kemana mana dan melakukan apa saja. Terlebih tidak ada yang
menyaksikan. Itu saya lakukan dari anak anak hingga sekarang ini, usia
kepala tiga. Saya akui
memang, dalam pergaulan saya sering dikucilkan, tidak dianggap, atau
bahkan, di panggil apabila diperlukan, hal itulah yang kemudian membuat
saya lebih betah dalam kesendirian.
Sedari kecil saya sangat hobby mendengar serial sandiwara radio. Bahkan
orang tua saya mengatakan, kalau sudah mendengar sandiwara, saya
seperti paku. Diam mematung. Sehingga, sedikit banyak, alur cerita dan
apa apa yang diceritakan, telah mempengaruhi alam pikir bawah sadar
saya. Apalagi yang menjadi bahan ceritaan didominasi cerita cerita
supranatural. Akhirnya saya terobsesi.
Semuanya diawali kegemaran saya mengunjungi kediaman
orang pintar. Dengan berbekal gula 1 kg, teh dan panganan kecil, saya
sudah bisa berkonsultasi sepuas puasnya dengan mereka. Entah sudah
berapa puluh orang yang saya datangi. Selain itu, saya juga hobby
mengunjungi yang katanya tempat keramat. Di tempat tempat itu juga, atas
usul para orang pintar yang saya kunjungi, saya disuruh untuk semedi
alias bertapa.
“Walaupun sebentar itu sudah cukup,” ujar mereka pada saya.
Ada kenikmatan tersendiri ketika melakukan itu. Setelah mukim di Medan,
tempat tempat seperti pemandian Putri Hijau di Pamah Deli Tua, Makam
Datuk Darah Putih di Jalan Palang Merah, Syeh
Said Bahrain di Jalan Putri Hijau dan tempat tempat lainnya yang
dianggap keramat.
Setelah mengunjungi tempat tempat tersebut, saya merasakan ada energi
yang terus mengikuti saya. Bahkan kemana pun pergi. Hingga akhirnya,
walau pun kemana mana sendiri, tapi dalam hati, saya merasakan ada yang
menemani.
“Itukan hanya halusinasimu saja, mana ada itu,” kata salah seorang
sahabat padaku. Mendengarnya, saya hanya bisa diam saja. Tak bisa
memberi komentar banyak, nanti jadi makin panjang ceritanya.
“Jika kamu meyakini tentang suatu hal maka selamilah sedalam dalamnya,”
ujar salah seorang teman yang memiliki pendidikan tinggi. Hal ini
jualah membuat saya makin semangat untuk terus menjelajahi dunia
irrasional ini.
Dalam
pengembaraan menjelajah tempat tempat keramat ini, saya berkenalan
dengan orang pintar yang ada di Galang, Deli Serdang, Sumatera Utara.
Dalam kesehariannya pria itu juga membuka praktek pengobatan bagi orang
orang yang datang padanya. Bahkan, biayanya seikhlas hati.
Olehnya
saya pun diberi wejangan seputar supranatural. “Saya lihat kamu
memiliki leluhur yang memiliki ilmu gaib
yang tinggi. Saya bisa hubungkan lagi kamu dengan gaib leluhur
leluhurmu dahulu. Sediakanlah perangkatnya, sebuah gentong kaca dan
lumpang (alat penumbuk padi). Dan datanglah pada malam Jumat,” ujar pria
itu. Dengan keyakinan penuh, saya pun menyanggupi permintaannya itu.
Setelah lebih kurang dua minggu, saya pun kembali datang ke tempat itu. Olehnya saya pun dibekali gentong dan lumpang.
“Yang
gentong ini bernama Syeh Datuk Mustafa dan ini Ki Lumpang,” ujarnya.
“Disaat saat kamu membutuhkannya berilah dia Fadiah Alfatiha 1 x, dan
tiap hari Kamis kamu beri bunga datuk dan telon. Alangkah baiknya kamu
beri lampu dan minyak wangi Malaikat Subuh,” paparnya panjang lebar.
Walaupun sudah setengah abad meninggalkan dunia, keilmuan Syeh Datuk Mustafa masih abadi hingga saat ini.
Tempat datuk gaib ini saya buat di sudut kamar kerja. Di depannya ada aneka bunga, minyak, air kemudian saya beri payung,
Siapa Syek Datuk Mustafa ?
Syeh
Datuk Musfata adalah seorang dukun sakti di zamannya. Ia hidup sekitar
tahun 50-an. Bermukim di Air Joman, Asahan, Sumatera Utara. Pada
zamannya ia sering dimintai tolong orang orang dalam hal masalah rumah
tangga, pelet, pelarisan, jodoh terhalang, karir terhambat.
“Pada
masa hidupnya, Datuk Mustafa merupakan seorang dukun. Isterinya cantik
jelita, walaupun ia mengidap penyakit kaki gajah. Orangnya ramah dan
pembawaannya yang tenang selalu membuat orang suka padanya,” terang
Hasan Manurung, seorang mantan Pengawas Sekolah dari Air Joman. Hasan
Manurung, yang kini sudah almarhum. Hasan Manurung mengatakan hal
tersebut, ketika ia dirawat di Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan hingga
menghembuskan nafas terakhirnya. Ada pun hubungan
pertalian saudara dengan Hasan Manurung, dia adalah Uwak Saya.
“Pokoknya,
kalau sudah urusan asmara , bereslah,” Ujar Hasan Manurung waktu itu.
Kala itu, saya mendengarnya hanya senyum senyum saja. Karena dalam
kenyataannya, Uwak saya yang satu ini memang terkenal Playboy.
Dilihat
dari penampilannya, Hasan Manurung, memang parlente, di samping itu, ia
memiliki kharisma yang membuat wanita jadi mudah ditaklukkannya. Tapi
kini semuanya sudah berlalu. Ia sudah lain alam dengan kehidupan saya.
Ya, sama dengan Syeh Datuk Mustafa.
Mendengar
itu, saya semakin paham dan
yakin. Kalau gaib yang satu ini bukan gaib sembarangan. Yang diletakkan
dalam gentong itu adalah, Qarin ilmunya Syeh Datuk Mustafa. Dan
akhirnya, Kekuatan gaib tersebut kugunakan untuk membantu orang orang
yang meminta tolong. Ibaratnya sebagai mitra kerja saja. Tidak ada
perjanjian khusus.
Lewat
bantuan gaib inilah, saya kemudian mengeluarkan Cincin Pintu Rezeki.
Media ini sangat populer di kalangan pedagang sebagai pelaris tingkat
tinggi. Lewat kekuatang gaib dari Syeh Datuk Musfata, Cincin Pintu
Rezeki berkekuatan sangat ampuh untuk menarik rezeki.
Tak hanya itu, berbagai permasalahan sehari hari anak manusia, Insya Allah lewat karomah istana gaib ini bisa teratasi.
Siapa pula Ki Lumpang ?
Ki
Lumpang juga sebangsa dengan Syeh Datuk Mustafa. Tapi secara kegaiban,
Ki Lumpang memiliki pangkat lebih tinggi. Sekelas wali songo lah
perannya.
Semasa
hidupnya ia seorang pertapa di sebuah bukit di tanah Jawa. Suatu masa,
datang banjir besar, hingga menenggalamkan bukit itu. Ketika airnya
telah surut, bukit tadi berubah bentuk seperti lumpang. Sejak saat
itulah gelar Ki Lumpang disandangnya, hingga masuk ke
alam gaib. Peran Ki Lumpang dan Syeh Datuk Mustafa, sama sama sebagai
mitra kerja saya.
Dua
gaib ini selalu memberi petunjuk maupun peringatan melalui mimpi atau
pun bisikan hati. Yang pada intinya untuk menuntun saya dalam membantu
orang orang. Tentunya, semuanya terjadi berkat izin dari Tuhan Yang Maha
Esa. (Abah Rahman)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar