Minggu, 21 Oktober 2012

Soeharto dan Klenik


KEJAWEN! Sebagai seorang yang memiliki latar belakang budaya Jawa kental, mantan Presiden Soeharto dikenal sebagai sosok yang lekat dengan ritual kejawen. Ritual yang kemudian dilekatkan pada laku spiritual mistik dan klenik.

Klenik, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga diartikan sebagai sebuah kegiatan perdukunan dengan cara-cara yang sangat rahasia dan tidak masuk akal, tetapi dipercayai banyak orang. Sedangkan mistik, diartikan sebagai hal gaib yang tak terjangkau akal manusia yang biasa.

Sementara kejawen, dalam buku yang sama diartikan sebagai segala yang berhubungan dengan adat dan kepercayaan Jawa. Padahal, dalam dunia kini, kepercayaan Jawa, acapkali bersinggunggan dengan ritual-ritual yang menurut logika dan ilmiah sangat tidak masuk akal. Seperti ritus bertapa, semedi, menyimpan benda keramat hingga mendatangi tempat-tempat keramat.

Tak heran, jika ritual warisan para leluhur orang-orang Jawa itu seringkali dihadapkan pada mistik dan klenik. Mereka yang mengikuti aliran kejawen ini sangat dekat dengan kegiatan berbau mistik dan klenik!

Laku ritual mistik ini pun kemudian dianggap cukup lumrah dilakukan orang-orang Jawa pada umumnya dan bangsawan Jawa pada khususnya. Demikian pula, Soeharto saat masih awal-awal berkuasa dan pejabat Jawa lainnya.

Berdasar buku Dunia Spiritual Soeharto (Menelusuri Laku Ritual, Tempat-tempat dan Guru Spiritualnya), karya Arwan Tuti Artha, disebutkan tempat-tempat keramat yang biasa didatangi mantan penguasa orde baru itu.

Seperti Gunung Selok, gunung keramat yang terletak di Desa Karangbenda, Kecamatan Adipala, Cilacap. Kemudian, Srandi, Pohon Jambe, Sanggar Pamujan, Sanggar Palereman Kakung, Sanggar Palereman Putri dan Sanggar Supersemar.

Dari tempat inilah kegiatan spiritual Soeharto berjalan, dengan tujuan ngalap berkah atau mencari kekuatan spiritual dengan tujuan tertentu.

Seorang abdi dalem kraton Kasunanan Solo, KRA Sukatno Purwoprojo juga mengungkapkan sebuah fakta mengejutkan. Sebagai seorang kejawen, Soeharto juga memiliki puluhan benda pusaka keramat. Pria yang akrab disapa Mbah Sukat ini mengaku pernah diminta datang ke Cendana untuk menyuci pusaka keramat dengan berbagai bentuk dan kekuatan mistik itu.

Bahkan, dari penuturan Mbah Sukat, di awal kepemimpinannya sebagai presiden, Soeharto pernah meminjam dua benda pusaka kraton yakni tombak dan gong soromoyo. Namun, Hanya Pak Harto dan Paku Buwono XII Suryoguritno yang tahu tujuan dua benda pusaka kraton itu disimpan di Istana Negara.

Yang pasti, hanya berselang beberapa saat tombak dan gong itu dikembalikan ke kraton, Pak Harto pun lengser keprabon. Tak bisa dipungkiri, masyarakat yang percaya dunia klenik pun kemudian mengaitkan kekuatan dua benda pusaka itu dengan lengsernya Soeharto.

Sakit kritis yang diderita Pak Harto belakangan ini juga memancing publik untuk berbicara klenik. Berapa kali Pak Harto koma, dan berapa kali keadaan itu membaik, menimbulkan ketakjuban di masyarakat. Kondisi kesehatan Soeharto yang up and down di usia senja ini pun memicu spekulasi mistik.

Susuk! Benda pusaka berdaya magis yang dimasukkan ke dalam tubuh pemiliknya inipun diperbincangkan. Menurut pandangan orang "pintar", termasuk Mbah Sukat, pengguna susuk akan sulit meninggal saat ajal mendekat. Bahkan, Mbah Sukat yakin, sakit yang diderita pria kelahiran Kemusuk itu terkait susuk yang dipakai.

Pencuci pusaka kraton itu sempat berujar, bahwa banyak orang Jawa pada masa lalu, maupun pejabat orde baru yang memasang susuk di tubuhnya untuk tujuan tertentu.

Pada akhirnya, susuk, dan pusaka keramat pun seakan berpadu dalam ritus kegiatan spiritual kejawen yang dianggap lumrah pada masanya. Entah sekarang!
(net)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar