Kamis, 13 Oktober 2011

Cincin Pelaris Diminati Pebisnis Kuliner


Paranormal Abah Rahman mengakui, salah satu hasil olah bathinnya berupa
cincin pelaris telah merambah ke dunia kuliner. Itu karena, informasi
mengenai keampuhan alat bantu supranatural untuk pembangkit usaha ini
telah bergulir dari satu komunitas ke komunitas lain.

Tanpa perintah sang paranormal, ternyata info mengenai keampuhan batu cicin pelaris yang merupakan sebuah produk olah bathin, bisa bergulir dari satu komunitas orang ke komunitas lainnya. Dan ternyata penggulirnya adalah pasien-pasien yang berhasil. Dilakukan dengan cara Mulut Lewat Mulut (MLM).

Itu terbukti, seorang pengusaha bakso mengakui mendapat informasi dari seorang SPG sebuah showroom. Sementara ia memperoleh informasi dari mulut seorang pengusaha saloon, yang memperoleh informasi dari seorang dokter praktek. Sedangkan sang dokter, memperoleh informasi dari mulut seorang bidan desa.

Paranormal Abah Rahman yang dikonfirmasi di tempat prakteknya membenarkan. Dan menurutnya, si bidan desa itu pun memperoleh informasi bergulir. Yakni dari seorang tukang lontong di sebuah kota, yang memperoleh informasi dari pedagang sayur di salah satu pusat transaksi sayur di kota Medan.

“Sementara ibu si pedagang sayur itu, memperoleh informasi dari iklan koran kita ini,” terang Abah Rahman, yang dalam karirnya pernah menjadi wartawan.

HP 0813 7630 6023
Menurut Abah Rahman, perguliran informasi dari seorang pembaca koran hingga dunia kuliner itu menjadi bukti bahwa, sang penggulir informasi telah merasakan secara baik manfaat dari penggunaan cincin peralis. Sehingga mereka terdorong untuk memberikan informasi kepada orang-orang yang mereka nilai perlu merasakan apa yang sudah mereka rasakan sendiri.

Dan umumnya mereka, tambah Abah Rahman, berkenan menjalin komunikasi lanjutan kepadanya. Yakni lewat 0813 7630 6023, nomor handphone miliknya yang aktif 24 jam. Juga melalui Facebook Abah Rahman, serta email konsultasi@abahrahman.com.

“Sehingga kami seperti bersaudara. Ini merupakan kegembiraan tersendiri bagi saya,” ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.

Topik pembicaraan, tidak hanya menyangkut problem usaha. Tetapi juga mengenai problem rumah tangga, percintaan, hingga problem seksualitas. Karena memang, aku Abah Rahman, ia juga mempunyai produk untuk mengatasi problem seks, baik pria maupun wanita, yang dapat dimahari.

Penjelasan Logika
Apasih kuncinya bisa seperti itu, Abah Rahman ? Pertama menurutnya, pemberian penjelasan tentang produk yang logika kepada calon pasien. Sembari menegaskan bahwa, pemakaian cincin pelaris atau benda supranarural lainnya merupakan salah satu usaha alternatif. Yang hasilnya bergantung kepada ridha Allah Tuhan Yang Mahaesa.

“Dengan penjelasan yang logika, niat pasien menjadi fokus dan kuat. Tidak bercampur sakwasangka, negative thingking, khawatir dan lainnya. Dan ini menjadi modal yang baik untuk mendapatkan keberhasilan ,” jelas Abah Rahman.

Kedua, tidak menjadikan pasien sebagai objek bisnis. Artinya, tidak mengupayakan agar pasien terpaksa melakukan ritual atau memahari lebih dari satu benda supranatural, jika faktanya tidak diperlukan.

“Maksudnya begini. Jika pasien kita perlunya cicin pelaris, ya cukup itu saja yang dimahari. Tidak perlu lagi kita mengarah-arahkannya supaya mandi bunga terlebih dahulu. Atau pun harus memahari lagi benda supranatural lainnya. Tidak perlu. Kesannya seperti menjadikan mereka sebagai objek bisnis. Beda jika mereka yang menginginkannya. Itu pun kita terangkan terlebih dahulu. Perlu apa tidak mereka memiliki benda magis lebih dari satu,” terang Abah Rahman.

Ketiga, menganjurkan pasien untuk meningkatkan amal, termasuk amal sosial. Misalnya memperhatikan kehidupan anak yatim dan kaum miskin, terutama yang bermukim tidak jauh dari rumahnya.

“Itu saja. Mungkin karena model pelayanan kami seperti ini, pasien pun menjadi merasa terbantu. Dan begitu berhasil, spontan menginformasikannya kepada yang lain, sehingga ya itu tadi, dari seorang pembaca Koran merambah hingga ke dunia kuliner” kata abah Rahman.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar