Kamis, 11 Agustus 2011

Pengusaha Salon Minati Cincin Pelaris Abah Rahman


Ternyata tidak hanya pengusaha Rumah Makan dan Dokter praktek,
yang meminati cicin pembuka pintu rezeki paranormal Abah Rahman.
Kalangan pengusaha saloon kecantikan pun juga. Itu diketahui,
karena Tante Yen yang cerita ke teman-temannya. Setelah ahli kecantikan
rambut dan kulit itu bebas dari kemacetan order.


Kita sebut saja namanya tante Yen. Wanita karir 40-an tahun ini sudah belasan tahun melakoni profesi sebagai perias pengantin, sekaligus tutor life skill bidang Tata Rias Pengantin (TRP) dan Tata Kecantikan Rambut dan Kulit (TKRK). Dan untuk melayani pelanggan, ia membuka salon kecantikan di sebuah tempat strategis di kota Medan.

Bisnis tante Yen semula terbilang normal. Karena ia tipe orang gigih, sekaligus cantik dan ramah, saloon yang pada tahun pertama dan kedua dibuka di garasi rumah emaknya, bisa pindah tempat ke sebuah kompleks perumahan. Itu karena, dalam masa dua tahun itu, tante Yen bisa menabung untuk DP rumah.

Sekitar enam atau tujuh bulan bermukim di kompleks itu bersama dua orang adik perempuannya, tante Yen ketemu jodoh dengan seorang jejaka yang kesehariannya pemborong. Dari perkawinan mereka, lahirlah sepasang anak. Kini, si sulung perempuan memasuki tahun ketiga sekolah di sebuah SMK. Dan yang kecil laki-laki, duduk di SMP swasta vaforit, naik kelas dua.

Perjalanan bisnis yang normal, pada gilirannya membuat tante Yen yang pernah kursus kepribadian di Jakarta ini pindah tempat usaha lagi di sebuah tempat yang lebih strategis bagi sebuah usaha saloon. Ini terjadi pada tahun ke sepuluh tante Yen melakoni usahanya dengan baik.

“Di tempat usaha yang baru itulah si Yen mulai merasakan macammana nikmatnya naik daun,” ungkap tante As yang berkronologis soal tante Yen ini.

Tante Yen, sambung tante As, makin repot dengan pelanggan yang dari minggu ke minggu bertambah. Terus, ia pun sering diminta menjadi tutor penyelenggaraan pelatihan life skill, tidak saja di wilayah Sumut. Tetapi juga sampai ke luar Sumut.

Karena situasi barunya itu, tante Yen terpaksa mendelegasikan tugasnya sebagai bidan pengantin kepada enam orang asistennya. Karena memang, hingga tahun ke sepuluh ia sebagai pengusaha saloon sekaligus bidan pengantin, order terus meningkat. Ia sering mendapat order untuk resepsi pernikahan di gedung-gedung. Misalnya di hotel dan wisma.

Tidak Serius
Pendelegasian itu, terang tante As, hanya bertahan dua tahun setengah. Mengapa ? Karena tante Yen mulai sering dicomplain, karena dinilai tidak serius menangani kebutuhan orang pesta.

“Herannya, situasi itu tiba-tiba datangnya. Dan seolah-olah ada sutradaranya, karena dua tiga complain yang diterimanya dalam satu hari. Memang, si Yen sering dapat order dalam satu hari itu, sampai lima tempat,” kata tante As.

Akibatnya, tante Yen memutuskan fokus pada pelayanan orang pesta. Ia tidak lagi jadi tutor. Tidak lagi meneruskan niatnya membuka cabang saloon.

Tapi naas, ketika keputusan itu final, justeru ordernya macat total. Pelanggan yang datang ke saloon pun berkurang jauh. Sementara ia terlanjur sebagai penjamin kridit bank suaminya yang butuh modal. Kemudian, rumahnya pun belum lunas. Terus, ia sedang kredit mobil, dengan DP hasil penjualan mobilnya yang lama.

“Akhirnya si Yen babak-belur. Suaminya tidak open dengan masalah si Yen. Akulah yang berulang membawanya berobat, kalau dia jatuh sakit,” sebut tante As.

Ke Abah Rahman
Singkat cerita, lanjut tante As, tanpa sepengetahuannya, tante As bertandang ke tempat praktek Abah Rahman.

“Si Yen sendiri yang ngomong sama aku belakangan. Katanya sih, ada keluarganya yang membawakan ke sana,” terang tante As.

Nah, pada konsultasi pertama diketahui, ternyata ada dua sebab yang menjadi penghalang tante Yen melanjutkan masa naik daunnya.

Pertama, diduga ada pihak yang sirik dengan tante Yen. Itu diketahui, ketika Abah Rahman yang memegang nomor handphone 0813 7630 6023 itu melakukan deteksi supranatural jarak jauh.

“Tapi sudahlah. Soal ini nggak perlu diekspose. Karena dalam waktu yang relatif singkat, Abah Rahman dapat membuktikan dengan menyuruh datang secara kebathinan pihak yang sirik itu untuk minta maaf kepada si Yen. Ini si Yen sendiri yang cerita,” ucap tante As.

Kedua, karena tante Yen dan suaminya lupa diri. Mereka, dalam masa kejayaannya tidak pernah mengeluarkan zakat, bahkan zakat fitrah. Tidak pernah sedekah. Kemudian ironisnya, tabungan yang diniatkan untuk haji, malah diambil untuk melengkapi fasilitas saloon. Akibatnya, Tuhan memberi peringatan kepada mereka.

“Kalau soal ini, kata si Yen, boleh diceritakan. Maksudnya, supaya orang bisa mengambil iktibar. Karena ini kealpaannya. Kalau kejahatan lain, nggak ada dibuat si Yen. Untung saja Abah Rahman mengingatkan si Yen tentang ini,” ujar tante As.

Cincin Pintu Rezeki
Oleh Abah Rahman, kata tante As, tante Yen dibekali sebuah cincin pembuka pintu rezeki. Dan dipesankan Abah Rahman, untuk mendapatkan manfaat yang optimal dari cincin tersebut, tante Yen diajak berjanji.

“Janjinya, si Yen mulai mengerjakan sholat, minimal sholat fardhu. Terus, membuka kembali tabungan haji, walaupun dengan tabungan pertama Rp 50 ribu. Ketiga, mulai bersedekah dan ketika penghasilannya sudah normal, harus membayar zakat. Keempat, memperbaiki managemen usaha dan jangan pernah tamak, yang menyebabkan orang lain merasa tidak diberi kesempatan. Ini janjinya,” terang tante As.

Nah, setelah janji itu mulai dipenuhi tante Yen, pertolongan Tuhan pun datang. Tante Yen bebas dari persoalan kemacatan order. Dan karena gembiranya, tante Yen pun ‘nyanyi’ soal bagaimana Abah Rahman dalam memberikan solusi kepada teman-temannya sesame pengusaha saloon.

“Termasuk sama aku. Makanya aku tahu betul soal ini. Dan sekarang ini, beberapa teman dan aku, sering ke tempat praktek Abah Rahman. Dan aku terus terang, juga pakai cincin pembuka pintu rezeki. Walaupun nggak ada masalah yang pelik, tapi niatku supaya merasakan juga bagaimana nikmatnya naik daun,” aku tante As.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar