Kamis, 14 April 2011

Ny Jaminar: Cincin Pelaris Abah Rahman Bangkitkan Semangat Hidupku


Panggil saja aku Ny Jaminar. Dalam bulan Ultahku yang ke 42 tahun ini, perkenankan aku berungkap polos, menyangkut bantuan paranormal Abah Rahman melalui media cincin pelaris darinya, yang membuat semangat hidupku kini bangkit kembali.

Aku adalah anak desa dari sebuah kabupaten di provinsi yang dipimpin Mas Gatot Pujonugroho ini, yang dibawa suamiku merantau ke Medan sekira 22 tahun yang lalu. Atau tepatnya setelah kami menjalani usia perkawinan tiga bulan.

Tujuan merantau tidak lain untuk membuka usaha kedai nasi, karena memang Allah telah menganugerhkan kepadaku kepiawaian memasak ragam panganan , khususnya khas Melayu dan Minang sejak usia remaja.

Alhamdulillah, harapan kami berhasil. Pada awalnya kami membuka kedai nasi di emperan di kawasan sebuah pajak di Medan ini. Berkat kegigihan dan ketabahan, enam tahun kemudian atausetelah kami dikaruniai sepasang anak, kami pun diberi kemampuan olehNya membuka Rumah Makan di tempat strategis. Semula tempat itu kami sewa. Alhamdulillah, dua tahun kemudian tempat itu dapat kami beli dengan bantuan kredit bank.

Usaha itu pun berjalan normal, karena aku meyakini, salah satu sebabnya adalah kebaikan akhlak suamiku. Dia selain pandai bergaul dan membuat betah pelanggan, gemar pula bersedekah dan I’tikab di masjid-masjid.

Tapi itulah dinamika hidup. Kemudahan dalam memperoleh rezeki entah mengapa menjadi penyebab suami lupa diri. Walaupun dia masih gemar bergaul dan bersedekah, sekira empat tahun lalu dia memupuk kegemaran bermain judi hingga ke luar negeri. Bahkan terperangkap melakukan dosa-dosa besar.

Hal itu diakuinya setelah kuselidiki dan kuancam cerai. Akibatnya, petaka pun datang. Rumah Makan kami yang semula ramai bisa menjadi sepi. Menjual lima kilo nasi perhari saja pun susah. Padahal sebelumnya, rata-rata perhari 20 kilogram beras yang kami tanak menjadi nasi.

Info Koran
Singkat cerita, di tengah kegalauan hati karena kecewa, anak sulung kami yang kini sedang menyelesaikan perkuliahannya menunjukan kepadaku sebuah info Koran tentang praktek supranatural Abah Rahman. Rupanya, diam-diam anak sulung kami itu telah mengkliping beragam tulisan tentang produk supranatural Abah Rahman.

Dialah yang mati-matian memotivasiku agar segera membagi rasa kepada Abah Rahman. Sementara aku ketika itu sudah pupus harap, karena rasanya sudah tak tahu lagi mau berbuat apa. Aku berpikir ketika itu, kalau pun harus tutup Rumah Makan, tutuplah. Tapi jangan sampai meninggalkan hutang yang susah kami bayar. Terus aku dan anak pulang kampung untuk melakoni profesi orang tuaku sebagai petani.

Cincin Pelaris
Singkat cerita lagi, anak sulung kami itu berhasil memujukku agar datang ke praktek Abah Rahman. Dengannyalah aku menyampaikan ‘keluhan jiwa’ kepada paranormal muda dan ganteng itu. Dan setelah menyimak taushiyah Abah Rahman, akhirnya kami putuskan berikhtiar dengan memakai cincin pelaris.

Pemakaian cincin berdaya magis itu tentunya berawal dari pertimbangan akal sehat kami. Pertimbangan itu adalah, pertama kami yakin bahwa Abah Rahman yang orang Melayu itu tidak bermaksud menggiring kami menjadi orang syirik. Itu terbukti, dia selalu mengingatkan kami agar tidak pernah melepaskan rasa takut dan pengharapan kepada Allah. Pemakaian cincin menurutnya, hanyalah salah satu bentuk usaha dengan memanfaatkan kekuatan supranatural.

Kedua, karena Abah Rahman terlihat profesional dan diyakini bukanlah seorang pebisnis yang kerjanya hanya menjual produk supranatural. Itu terbukti, kami dinyatakannya tidak perlu mengawali pengambilan incin pelaris dengan ruwatan. Karena kalau harus diruwat, berarti kami harus mengeluarkan isi kantong lagi untuk maharnya. Sementara kami pun pada waktu itu sedang kesulitan, karena masih punya kewajiban membayar kredit bank.

“Kalau mau diruwat juga, yang harus ruwatan bukan ibu atau anak kita ini. Melainkan suami ibu yang ibu bilang sudah sering melakukan dosa besar. Karena dirinya terselimuti sial badan akibat melakukan dosa besar yang berulang-ulang. Ibu cukup pakai cincin saja. Insya Allah, kalau kita yakin, usaha ibu akan bangkit kembali. Karena kan ibu yang sekarang mengendalikan usaha.” Begitulah kira-kira kata Abah Rahman tulus saat kami bertandang pertama kali ke tempat prakteknya.

Semangat Bangkit
Singkat cerita lagi, setelah dijalani pemakaian cincin selama dua minggu lebih, Alhamdulillah secara bertahap Rumah Makan kami tampak ramai. Bahkan ada pintu-pintu rezeki lain yang terbuka, sehingga kami tidak lagi kesulitan membayar uangkuliah anak, bayar kridit bank dan kebutuhan lainnya.

Aku dan anakku bersyukur kepada Allah. Karena semangat hidupku bangkit dan bangkit kembali. Dan ditengah besarnya semangat hidup itu, aku pun dapat meneruskan kebiasaan kami bersedekah dan menabung. Terimakasih Abah Rahman.(***)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar